Desain Kain Tenun Tuty Cholid Pikat Kaum New York

Reporter : Ratih Wulan
Rabu, 9 November 2016 15:01
Desain Kain Tenun Tuty Cholid Pikat Kaum New York
Selama kurang lebih dua tahun, Tuty mempersiapkan proses produksi kain tenun Lombok Barat untuk dikreasikan menjadi appareal yang bernuansa simpel dan elegan.

Dream - Kepiawaian desainer Tuty Cholid dalam merancang kain-kain etnik, berhasil memikat pecinta fesyen dari New York. Hal itu disampaikan Tuty seusai menampilkan 36 looks terbaru di panggung IPMI Trends Show 2017.

Sekitar dua tahun, Tuty mempersiapkan proses produksi kain tenun Lombok Barat untuk dikreasikan menjadi appareal bernuansa simpel dan elegan. Berbagai pesona keindahan kain tenun bercorak sederhana, dengan detail motif ikat rintik (gerimis) dan endek menjadi gambaran warna alam yang natural.

" Mengambil inspirasi dari relung kultura rasa kawasan tengah dan timur Indonesia yang eksotis dan persiapan kain ende itu sudah 1,5-2 tahun lalu namun sepertinya pasar memang baru menghendakinya sekarang," tutur Tuty yang ditemui di Senayan City, Jakarta, Selasa, 8 November 2016.

Tuty menuangkan ide-ide kreatifnya dalam potongan blazer, blouse long skrit, throuser, busana berpotongan loose dengan siluet A dan Y line. Tuty juga mengolaborasikan bahan-bahan bermaterial pure silk, perpaduan katun dan silk organdy sebagai ornamen pendukung.

Meskipun tak mem-branding sebagai busana modest namun koleksinya bisa dijadikan pilihan para perempuan berhijab. Seperti yang ditampilkan dalam runaway, padupadan outer longgar dengan bawahan denim nampak elegan untuk dikenakan dalam acara semi formal.

" Ini dari koleksi ku yang premium ready to wear jadi lebih casual," imbuhnya.

Sedangkan untuk warna-warna sendiri, cenderung bernuansa gelap seperti indigo, hitam dan lembayung. Namun tetap mengahdirkan warna-warna alam yang lembut seperti dusty pink dan hijau. Untuk koleksinya ini dibandrol dari harga Rp 1,25 juta hingga Rp 5 juta.

" Produksi pasti ada kendala dan memang campur tangan pemerintah belum total. Sedangkan biaya research sangat mahal untuk meluncurkan produk baru. Warna-warna yang cenderung gelap itu kan juga menjadi gambaran lemasnya perekonomian saat ini," tutupnya.(Sah)

Beri Komentar