Inikah Alasan Truk Sekarang Tanpa Moncong?

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 18 November 2020 18:42
Inikah Alasan Truk Sekarang Tanpa Moncong?
Ternyata, ada alasan di balik `wajah` truk yang rata.

Dream – Pada era 1970-1980-an, truk dengan moncong masih dijumpai. Kini, model tersebut telah berganti dengan cabin over engine (COE).

Dikutip dari Otosia, Rabu 18 November 2020, ciri truk tipe COE tak punya hidung. Hal ini disebabkan oleh mesinnya dibenamkan di bawah kabin.

Training Center PT Isuzu Astra Motor, Thomas A. Wijanarko, mengatakan truk tanpa hidung dinilai lebih efisien, terutama dalam ketersediaan ruang kargo.

Ini berimbas kepada muatan barang yang menjadi lebih banyak. Di samping itu, truk COE juga punya visibilitas di lokasi yang terbatas dan manuver yang lebih baik.

“ Kalau dengan moncong, akan mengurangi dimensi kendaraan yang seharusnya bisa digunakan sebagai bak atau boks muatan,” kata Thomas dalam webinar bertajuk 'Basic Truk Bersama Isuzu' belum lama berselang .

1 dari 7 halaman

Lalu, Apa Fungsi `Jambul` Truk?

Sementara di atas kepala truk, biasanya, terlihat seperti ada “ jambul”. Ternyata, nama komponen itu adalah wind deflector.

Thomas mengatakan jambul itu bukanlah pemanis, melainkan pemecah angin.

“ Gunanya untuk memecah angin dari arah depan agar lebih aerodinamis, tidak menabrak bak atau boks yang posisinya lebih tinggi daripada kabin,” kata Thomas. 

2 dari 7 halaman

Nasib Isuzu Panther Masih `Digantung`

Dream - Nasib raja diesel Isuzu Panther ibarat hubungan yang digantung. Hingga saat ini PT Isuzu Astra Motor (IAMI) masih menjalani proses produksi dan menjual mobil bermesin diesel itu.

Namun si Raja Diesel ini kemungkinan akan disuntik mati jika pemerintah mengeluarkan kebijakan baru terkait standar emisi Euro 4. 

“ Semua produk Isuzu masih diproduksi dan dijual seperti biasa,” kata General Manager IAMI, Attias Asril, kepada Liputan6.com di Jakarta, dikutip pada Senin 24 Februari 2020.

Menurut Aatias, Isuzu masih menunggu kepastian penerapan regulasi standar emisi Euro 4 yang akan mulai berlaku pada 7 April 2020. Hingga saat ini, manajemen masih belum memastikan nasib masa depan Panther. 

 

 

“ Sampai hari ini belum ada keputusan dari manajemen soal itu (setop produksi atau lahir model baru). Kami akan melihat kebijakan pemerintah tentang standar emisi Euro 4,” kata dia.

Sebelumnya, Chief Operating Officer Astra Isuzu, Harry Kamora mengaku Isuzu Panther akan disuntik mati apabila kebijakan Euro4 mulai berlaku.

“ Kalau Euro4 berlaku, maka otomatis setop karena mobil ini tidak untuk Euro4. Memang mesinnya bukan untuk standar Euro4. Banyak di Indonesia hari ini mobil (diesel) yang diproduksi dan tidak siap untuk Euro4. Ketika diberlakukan, pasti varian atau merek tertentu akan selesai,” kata dia di Jakarta.

3 dari 7 halaman

Terakhir Meremajakan Panther

Sebagai informasi, tahun 2005 menjadi momen terakhir Isuzu meremajakan Panther. Perubahan terjadi hanya berupa pembenahan di sektor tampilan, seperti grille, desain lampu utama, serta interior.

Pada periode yang sama, Isuzu juga menghadirkan Panther versi Grand Touring dan LV Adventure. Tak hanya itu, terdapat juga perangkat turbo pada semua varian untuk memenuhi standar Euro II.

Namun, hingga saat ini tak ada perubahan besar pada Panther. Hanya beberapa sentuhan ringan diberikan Isuzu yang diklaim sebagai facelift pada 2013. 

(Sumber: Liputan6.com/Dian Tami Kosasih)

4 dari 7 halaman

Hiks! Umur Si Raja Diesel Isuzu Panther Tinggal Setahun Lagi

Dream - Sang `Rajanya Diesel` Isuzu Panther tak lama bakal turun tahta. Kendaraan favorit di era 90-an ini kemungkinan akan dihentikan produksinya seiring akan berlakunya kebijakan Euro4 pada 2021 mendatang.

Selama ini Isuzu Panther telah terjual sebanyak 700 unit per tahun. Namun kinerja penjualan tersebut terus menurun beberapa tahun terakhir.

Panther kalah dalam persaingan dengan mobil-mobil diesel yang mengusung desain, teknologi, sampai fitur terbaru. 

“ Kalau Euro4 berlaku, otomatis stop karena mobil ini tidak untuk Euro4,” kata Chief Operating Officer Astra Isuzu, Harry Kamora, di Jakarta, dikutip dari Liputan6.com, Kamis 13 Februari 2020.

 

 

Menurut Harry, Panther termasuk salah satu mobil diesel di Indonesia yang tidak siap dengan Euro4. Ketika diberlakukan, pasti varian atau merek tertentu akan berakhir.

Walaupun Panther akan disuntik mati, Harry mengatakan sampai saat ini masih banyak pembeli yang setia menggunakan mobil produksi Jepang tersebut. Kebanyakan pemilik Panther adalah konsumen yang sudah pernah memiliki kendaraan tersebut. 

Para konsumen Panther loyalis itu sebagian besar adalah korporasi, perbankan, dan pemilik rental yang menggunakannya untuk membantu mobilitas 

“ Kalau new customer rasanya agak sulit..... Wah itu tangguh,” kata dia.

5 dari 7 halaman

Momen Terakhir Meremajakan Panther

Sekadar informasi, pada 2005, Isuzu meremajakan Panther. Perubahan terjadi hanya berupa pembenahan di sektor tampilan, seperti grille, desain lampu utama, serta interior.

Pada periode yang sama, Isuzu juga menghadirkan Panther versi Grand Touring dan LV Adventure. Tak hanya itu, terdapat juga perangkat turbo pada semua varian untuk memenuhi standar Euro II.

Namun, hingga saat ini tak ada perubahan besar pada Panther. Hanya beberapa sentuhan ringan diberikan Isuzu yang diklaim sebagai facelift pada tahun 2013 lalu.

(Sumber: Liputan6.com/Dian Tami Kosasih)

 

 

6 dari 7 halaman

Pernah Berjaya, Nasib Isuzu Panther Menanti `Ajal`?

Dream - Isuzu Panther pernah menjadi merek mobil fenomenal di Indonesia. Di tengah serbuan mobil berbahan bakar premium, Isuzu hadir dengan menawarkan bahan bakar solar yang kala itu hanya dipakai kendaraan jenis truk dan bus.

Kini kisah melegenda Isuzu Panther kemungkinan akan tutup buku. PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) belum dapat memastikan kelanjutan mobil asal Jepang yang pernah kali mengaspal di Indonesia era 1990-an itu.

Saat ini Isuzu hanya bisa mengandalkan model lama dalam pemasarannya. Tak mengherankan jika penjualannya terus turun. 

Dikutip dari Liputan6.com, Selasa 4 Februari 2020, General Manager Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Attias Asril, menjelaskan penjualan Panther saat ini hanya menjangkau angka penjualannya.

 

 

Nasib Panther seolah sedang berada di garis finish. Kelangsungnya kemungkinan akan berakhir saat regulasi soal mobil berbahan bakar solar sudah tidak sesuai lagi dengan spesifikasi kendaraan.

" Begini, pasar juga akhirnya melihat. Apalagi seperti Euro4, satu yang membuat kami bisa lanjut atau tidak, adalah keterlibatan prinsipal kami," kata Attias di Jakarta.

Isuzu Panther saat ini memang dipasarkan dengan menggendong mesin berstandar Euro2. Jika nantinya ada mesin yang sesuai dengan regulasi (Euro4) dan prinsipal (Isuzu Jepang) berkomitmen melanjutkan, IAMI sebagai agen pemegang merek (APM) akan memperpanjang napas kendaraan legendaris itu.

" Untuk Panther memang masih tanda tanya, karena masalahnya tidak hanya mesin. Panther itu, hari ini hanya tinggal di Indonesia saja. Di Filipina, sudah ganti menjadi MU-X, dan fokus Isuzu ke SUV, mengembangkan MU-X," kata dia.

7 dari 7 halaman

Pilih Dorong MU-X

Attias mengakui Isuzu Indonesia akan membutuh investasi yang sangat besar jika harus mengembangkan Panther. Faktor harga jual juga akan kalah kompetitif jika perusahaan memaksakan memproduksi lagi Panther model terbaru.

" Kalau ganti rasanya terlalu berat ya buat produk barunya sendiri. kalau dipaksakan untuk dikembangkan lagi, akan sulit. jadi, realistis saja. ...... dan jika Panther dikembangkan dan dipaksakan tidak akan kompetitif," kata dia.

Isuzu Indonesia sendiri memilih untuk mendorong penjualan Isuzu MU-X. Meski mematok harga relatif lebih mahal, model MU-X dianggap bisa mengikuti tren SUV yang sedang berkembang di Indonesia. 

Sekedar informasi, penjualan Isuzu Panther sendiri tahun lalu hanya sekitar 763 unit. Jadi, sebulan rata-rata hanya 60-an unit. Angka tersebut, memang semakin turun dibanding periode 2018, yang masih 950-an unit.

(Sumber: Liputan6.com/Arief Aszhari)

 

 

Beri Komentar