Kelenjar Getah Bening Bengkak Setelah Divaksin Covid-19, Tak Perlu Panik

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 10 Maret 2021 11:48
Kelenjar Getah Bening Bengkak Setelah Divaksin Covid-19, Tak Perlu Panik
Ketahui fakta-faktanya.

Dream - Sejumlah keluhan muncul pasca vaksinasi Covid-19. Hal ini sebenarnya wajar, karena tubuh dimasukkan zat antibodi yang bisa memicu reaksi imun. Salah satu yang bisa muncul setelah vaksin adalah pembesaran kelenjar getah bening.

Menurut laporan dari Cleveland Clinic, ditemukan kasus efek samping vaksin COVID-19 berupa pembesaran kelenjar getah bening di bawah lengan. Begitu pula hasil uji coba vaksin Moderna, 11,6 persen pesertanya mengalami pembesaran kelenjar getah bening usai mendapatkan dosis pertama. Sementara 16 persennya lagi, mengalami efek samping serupa setelah dosis kedua.

Lantas, apakah hal itu berbahaya? Dikutip dari KlikDokter.com, menurut dr. Alvin Nursalim, Sp.PD, kondisi ini merupakan reaksi yang terbilang normal.

“ Kelenjar getah bening merupakan tempat sistem imunitas tubuh kita berkumpul. Setelah mendapatkan suntik vaksin COVID-19, sistem tersebut akan bereaksi atau terangsang. Jumlah imunitas pun meningkat,” kata dr. Alvin.

 

1 dari 4 halaman

Pertambahan jumlah imun di dalamnya tentu akan memperbesar ukuran kelenjar. Pembesaran kelenjar getah bening biasanya tidak terjadi secara langsung. Butuh beberapa hari hingga tanda-tanda itu muncul.

Tak muncul di banyak tempat, pembesaran kelenjar getah bening pasca vaksinasi terjadi di satu area saja, khususnya di dekat area suntik (ketiak). Berikan jeda waktu enam minggu untuk melihat reaksi lanjutan dari pembesaran kelenjar getah bening. Efek samping vaksin COVID-19 tersebut terbilang normal dan bisa mengecil dengan sendirinya.


Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

2 dari 4 halaman

Vaksin Astrazeneca Segera Didistribusikan, Ini Efek Sampingnya

Dream - Program vaksinasi di Indonesia akan menggunakan vaksin Covid-19 dari merek lain, bukan hanya Sinovac tapi juga Astrazeneca. Pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hari ini, 9 Maret 2021 baru mengumumkan penerbitan izin darurat untuk Astrazeneca.

Kepala BPOM, Penny Lukito mengatakan khasiat mutu vaksin ini hampir sama dengan vaksin Sinovac. Pada tahap vaksinasi massal untuk kelompok prioritas termin pertama, pemerintah menggunakan vaksin Sinovac.

" Kategori-kategorinya juga harus sama dengan vaksin Sinovac, penyimpanannya juga sama, cocok dengan negara yang biasa kita lakukan vaksinasi pada umumnya, yaitu 2-8 derajat celcius," ucap Penny dalam konferensi pers, Selasa 9 Maret 2021.

Penny tidak menampik ada efek samping dalam vaksin Astrazeneca. Antara lain rasa nyeri lokal, gatal, kemerahan, hingga efek samping sedang mual dan muntah. Namun demikian, efek samping itu menimbulkan antibodi dalam tubuh manusia.

Efek yang timbul setelah vaksin tersebut sebenarnya tak jauh berbeda dengan efek vaksin Sinovac. Berdasarkan data khasiat dan mutu yang diterima BPOM, pembentukan antibodi terhadap dewasa usia 18-60 tahun peningkatan antibodi sebanyak 32 kali. Sedangkan lansia di atas 65 tahun 21 kali.

Indonesia diketahui telah menerima sekitar 1,1 juta lebih vaksin virus Corona atau Covid-19 AstraZeneca sesi pertama melalui jalur multilateral. Vaksin tersebut tiba melalui Bandara Soekarno Hatta hari ini, Senin 8 Maret 2021 kemarin.


(Sah, Laporan Yunita Amalia, Sumber: Instagram @bpom_ri 

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

3 dari 4 halaman

Vaksin AstraZeneca Dapat Izin BPOM

Dream - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA) terhadap vaksin Covid-19 AstraZeneca. Izin ini terbit meski tanpa didahului uji klinis di dalam negeri.

Kepala BPOM, Penny Lukito, menjelaskan penerbitan izin darurat bisa dilakukan tanpa uji klinis. Selama data khasiat dan mutu vaksin tersedia, izin bisa diberikan.

" Tentunya tidak harus semua Emergency Use Authorization (EUA) harus melakukan uji klinis di Indonesia. Yang penting ada data mutu, khasiat, dan keamanan didapat dari uji klinis," ujar Penny, dalam konferensi pers disiarkan Badan POM RI.

Penny mengatakan vaksin Covid-19 AstraZeneca telah digunakan di sejumlah negara seperti kawasan Eropa, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, serta Malaysia. Dia menyatakan EUA vaksin ini mengantongi UEA dari Eropa sesuai lokasi produksinya.

" Tentunya karena ini diproduksi di Eropa maka sudah dapat Emergency Use Authorization di Eropa, UK, dan beberapa negara Islam seperti Saudi sudah diberikan, Malaysia, Kuwait, Bahrain, Mesir dan kita tanggal 22 Februari sudah terbitkan EUA," kata dia.

 

 

4 dari 4 halaman

Sudah Digunakan di Sejumlah Negara

Selain itu, vaksin tersebut juga sudah digunakan untuk vaksinasi di sejumlah negara. Termasuk vaksinasi untuk kelompok lanjut usia dan terbukti aman.

" Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dan pertimbangan manfaat dan risikonya, maka BPOM menerbitkan persetujuan Emergency Use Authorization pada tanggal 22 Februari yang lalu," terang Penny.

Terkait efek samping vaksin ini, Penny mengatakan dari data yang diterima BPOM tergolong ringan hingga sedang. Efek ringan yang muncul di antaranya nyeri pada titik suntikan, gatal, serta pembengkakan.

Sedangkan efek tergolong sedang seperti kelelahan, mual, sakit kepala, nyeri otot, demam, dan muntah. Sementara hasil evaluasi menunjukkan vaksin AstraZeneca bisa memicu pembentukan antibodi cukup baik.

" Pembentukan antibodi terhadap dewasa usia 18-60 tahun peningkatan antibodi sebanyak 32 kali sedangkan lansia di atas 65 tahun 21 kali," kata dia.

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar