Lubang Ozon Raksasa Tiba-Tiba Terbentuk di Kutub Utara, Pertanda Apa?

Reporter : Syahidah Izzata Sabiila
Senin, 13 April 2020 16:20
Lubang Ozon Raksasa Tiba-Tiba Terbentuk di Kutub Utara, Pertanda Apa?
Di tengah pandemi Corona saat ini, para peneliti menemukan hal unik yang terbentuk di Kutub Utara. Tiba - tiba saja terdapat sebuah lubang ozon raksasa. Apa penyebabnya?Berikut informasinya.

Dream - Banyak hikmah yang sering kali tak disadari umat manusia saat harus menjalani isolasi mandiri karena wabah virus corona. Di tengah pandemi penyakit Covid-19 yang meluas ke ratusan negara, sejumlah indikator polusi di negara yang menerapkan lockdown menunjukkan penurunan tajam.

Yang terbaru, para ilmuwan menemukan sebuah pemandangan unik yang terjadi di atmosfer. Para ahli menemukan sebuah lubang langka dan berukuran sangat besar telah terbuka di lapisan ozon di atas Kutub Utara.

Para ilmuwan masih terus meneliti untuk mengetahui penyebab munculnya ozon tersebut sekaligus dampak dari pandemi corona terhadap keadaan atmosfer.

Berikut adalah hasil penelitian yang telah kami rangkumkan dari New York Post untuk Sahabat Dream.

1 dari 3 halaman

Penelitian oleh Pusat Antariksa NASA

Dalam penelitian selama beberapa hari terakhir, Para peneliti menganalisa bahwa lubang tersebut terjadi akibat dari suhu rendah di atmosfer di atas kutub utara.

Para ahli memperkirakan lubang itu akan menghilang dalam beberapa minggu mendatang dan mungkin tidak akan menimbulkan masalah bagi manusia.

" Tahun ini memiliki suhu yang tidak biasa sehingga menyebabkan tingkat awan stratosfer kutub yang langka, dan yang menyebabkan penipisan ozon yang aneh," ungkap Paul Newman, kepala peneliti ilmu bumi di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Md.

 

2 dari 3 halaman

Tidak Ada Hubungannya dengan Pandemi Corona

Lubang ozon itu tidak terkait dengan penutupan pandemi virus corona -meskipun telah menyebabkan polusi udara menurun drastis dan menurunkan emisi gas rumah kaca.

" Lubang itu pada dasarnya merupakan keingintahuan geofisika," Vincent-Henri Peuch, direktur Copernicus Atmosphere Monitoring Service, menjelaskan kepada The Guardian.

“ Kami memantau kondisi dinamis yang tidak biasa, yang mendorong proses penipisan kimia ozon. [Dinamika itu] memungkinkan suhu yang lebih rendah dan pusaran yang lebih stabil daripada biasanya di Kutub Utara, yang kemudian memicu pembentukan awan stratosfer kutub dan perusakan katalitik ozon. ”

Menurut laporan The Guardian, terlalu dini untuk menentukan apakah kondisi pusaran kutub Arktik yang stabil terkait dengan pemanasan global atau bagian dari variabilitas cuaca stratosfer normal.

3 dari 3 halaman

Lihat Videonya

Beri Komentar