Kain Tenun Dayak Iban, Menjaga Pesan Leluhur

Reporter : Ratih Wulan
Kamis, 2 November 2017 08:13
Kain Tenun Dayak Iban, Menjaga Pesan Leluhur
Kain etnik khas Kalimantan Barat ini tak banyak yang tahu sebelumnya, namun kini siap mendunia.

Dream - Kain etnik khas Kalimantan belum sepopuler batik atau songket. Tak banyak masyarakat yang tahu mengenai keberadaan tenun dayak Iban khas Kalimantan Barat.

Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) tak menyia-nyiakan perhelatan Jakarta Fashion Week (JFW) 2018. Di hari terakhir, Jumat, 27 Oktober 2017 ASPPUK mengenalkan keindahan kain tenun khas masyarakat Dayak pada pecinta fashion Tanah Air.

“ Bagi warga Dayak Iban, tenun ikat ini juga merupakan simbol ekspresi dan ritual budaya yang diwariskan turun temurun,” kata Mia Ariyana, Direktur ASPPUK.

Tenun Dayak Iban/ Ade_Oyot

Dituangkan dalam rancangan indah karya Yurita Puji dan Temma Prasetioyang membawa label 'Mandhari'. Kedua desainer ini berkolaborasi menampilkan 33 looks dengan ciri khas masing-masing. Terdiri dari 18 busana wanita rancangan Yunita dan 15 sisanya pakaian laki-laki hasil karya Temma Prasetioyang.

Tenun Dayak Iban/ Ade_Oyot

Temma menghadirkan koleksi bertemakan Savior. Diterjemahkan dalam ragam bentuk outer menrik. Ditampilkan dalam gayanya yang modis, modern dan tetap elegan dengan perpaduan desain modern dan wastra nasional.

Sedangkan Yurita menghadirkan kain tenun yang didominasi dengan warna Cokelat, cream, biru, dan abu-abu yang dipadankan dengan kain dari Maxistyle Novus dan Zhivago. Beragam desain nan eksotik ditampilkan dengan wujud dress, outer, jas, celana, rok, dan padanan blus.

“ Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan tanaman pewarna sebagai bahan dasar pembuatan tenun ikat, diharapkan akan menjaga keberlanjutan lingkungan dan kelangsungan tradisi budaya tenun Ikat Dayak Iban,” imbuh Puspa Dewi Liman, Direktur TFCA Kalimantan.

Tenun Dayak Iban/ Ade_Oyot

Keindahan koleksi tenun Dayak Iban semakin menonjol dengan padanan aksesoris miss Mysa. Aksesoris ini dikenal khas dengan keindahan bulu-bulu burung yang menjadi inpirasinya. Terlihat semakin modern saat dipadukan dengan mutiara air tawar.

Pemilihan mutiara pun bukan tanpa alasan. Sang desainer meyakini jika perhiasan ini akan tetap abadi, meskipun zaman terus berganti. Apalagi, bahan bakunya mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia seperti di Lombok, Maluku dan Papua. (ism)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More