Ahmad Aboutaleb
Dream - “ Solidaritas berarti timbal balik,” tutur Ahmad Aboutaleb. Kalimat ini pendek. Tapi penuh makna. Bukan sekadar kata mutiara, ungkapan ini merupakan filosofi pemimpin. Seorang Walikota Rotterdam.
Aboutaleb memang sedang bicara soal masyarakat. Tentang daerah yang dia pimpin. Dulu, kata dia, Rotterdam menjadi medan tempur Perang Dunia II. Ribuan tentara dari penjuru Bumi bertaruh nyawa di sini.
“ Saat itu, kota saya memerlukan dukungan,” ujar dia.
Setelah perang, Rotterdam menjadi kota maju. Wilayah pelabuhan itu menjadi tujuan banyak pendatang. Orang-orang dari berbagai penjuru Bumi meriung di sini. Berusaha mencari kehidupan yang lebih baik.
Zaman telah berubah. Perang sudah lewat. Rotterdam semakin makmur. Tapi satu hal yang tak berubah, dan tak akan diubah oleh Aboutaleb. Solidaritas masyarakat.
“ Hari ini, orang lain membutuhkan dukungan,” ujar dia.
Aboutaleb memang dikenal sebagai pemimpin manusiawi. Tidak pernah membedakan rakyat yang dipimpin. Menjadi pelindung kaum lemah. Juga panutan kaum berdaya.
“ Saya tak punya resep. Saya punya pengalaman sendiri dan saya punya kebijakan di kota saya,” tutur Aboutaleb.
Prinsip itulah yang membuatnya sukses memimpin. Kini, dia sudah masuk periode ke dua. Tak hanya warga Rotterdam, Aboutaleb juga menjadi panutan banyak orang di dunia. Namanya sohor hingga ke luar Belanda.
***
Aboutaleb bukanlah orang Belanda asli. Dia lahir dan besar dari keluarga Muslim di Maroko. Dia lahir pada 29 Agustus 1961 di sebuah desa di Beni Sidel. Kota kecil di jalur pegunungan Rif, utara Maroko. Di wilayah Provinsi Nador itu, Aboutaleb tinggal bersama keluarga hingga berusia 15 tahun.
Masa kecil dia lewati penuh keprihatinan. Dia tumbuh di tengah keluarga miskin. Makan tiga kali sehari saja seolah tak pernah. “ Saya tahu bagaimana rasanya hidup dalam kemiskinan,” kata Aboutaleb.
“ Saya menghabiskan 15 tahun pertama kehidupan saya di Maroko dengan makan sekali sehari, berjalan tanpa sepatu,” tambah dia.
Pada 1976 keluarga Aboutaleb hijrah. Bersama sang bunda dan saudara, dia menyusul sang ayah ke negeri Belanda. Saat itu, ayahnya sudah mendapat pekerjaan layak di sana.
Di negeri Kincir Angin itu, keluarga itu bisa menjalani hidup lebih layak. Tak lagi bingung makan seperti di kampung halaman. Orangtua Aboutaleb juga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang tinggi.
Di masa sekolah, Aboutaleb merasa memiliki perbedaan dengan anak-anak kebanyakan. Dia gemar membaca buku. Salah satu buku favoritnya adalah karya-karya penyair Arab, Adonis.
Usai menamatkan pendidikan di jurusan Telekomunikasi Hogere Technische School, Aboutaleb mengawali karier sebagai jurnalis di sejumlah media Belanda, seperti NOS-Radio dan RTL Nieuws. Sebagai reporter.
Menjadi jurnalis membuat Aboutaleb banyak bersentuhan dengan isu-isu multikulturalisme dan toleransi. Dia banyak menjumpai kasus diskriminasi yang dialami oleh warga miskin.
Pengalaman itulah yang menuntun hatinya untuk terjun ke dunia politik. Dia lantas bergabung dengan Partai Buruh Belanda (Nederland Labour Party atau NLP).
Politik menjadi dunia baru. Tensi politik Belanda begitu tinggi. Para politisi kerap bersuara, tanpa segan. Bahkan saat menyerang lawan-lawan politiknya.
Aboutaleb juga merasakan kerasnya politik negeri Dam ini. Dia kerap lawan politik, termasuk dari anggota partai sayap kanan Belanda, Geertz Wilders. Politisi sekuler ini kerap menuduh Aboutaleb tak punya loyalitas pada Belanda. Sebab punya kewarganegaraan ganda, Belanda dan Maroko.
Tapi, kritik itu tidak ditanggapi dengan omongan. Aboutaleb memilih bekerja nyata, membuktikan kemampuannya, sekaligus menunjukkan pada kaum sekuler Muslim bukan golongan yang tidak bisa menerima nilai-nilai barat. Hal itu dia tunjukkan saat terpilih sebagai Walikota Rotterdam pada 2009 lalu.
***
Rotterdam merupakan kota yang tumbuh dengan pesat. Sebagai kota pelabuhan, Rotterdam banyak dihuni oleh para imigran. Sehingga sangat majemuk, tentu rawan gesekan.
Aboutaleb sadar dan tahu betul bagaimana karakter masyarakat yang dia pimpin. Dia berhati-hati dalam menjalankan roda pemerintahan. Satu yang terbersit dalam pikirannya, Rotterdam tidak akan terbangun jika dia bekerja sendiri. Ada peluang yang dapat dimanfaatkan, yaitu masyarakat.
Untuk itu, dia merasa perlu mengenal lebih dalam bagaimana sebenarnya karakter orang Rotterdam. Dalam bulan-bulan pertama sebagai walikota, Aboutaleb sama sekali tidak memberi kesempatan media untuk wawancara. Alasannya, dia butuh tahu watak warganya. Agar misi itu tercapai, dia memilih terjun langsung dan mempelajari keadaan yang sebenarnya.
Tur digelar di awal kepemimpinan. Dia kunjungi warga dari daerah ke daerah. Mengajak warga dialog dan mencoba mengerti kebutuhan mereka.
Cara ini banyak menuai pujian dari sebagian besar warga Rotterdam. Dia juga berhasil mengurangi pesanan politik dari warga Belanda kulit putih.
“ Pekerjaan saya adalah menjadi walikota bagi pengusaha Belanda hingga anak Suriname yang hanya belajar untuk bisa mencari nafkah,” kata dia.
Aboutaleb kerap melibatkan masyarakat dari pelbagai unsur di setiap program kota. Cara ini cukup efektif untuk mewujudkan Rotterdam menjadi kota bagi semua kalangan. Yang lebih mengesankan, dia lebih senang melibatkan anak muda.
Bagi dia, anak muda merupakan masa depan. Ya, sejak 2009 hingga kini, pekerjaan Aboutaleb di Rotterdam belum usai. Dia tetap merajut masa depan rakyat yang dia pimpin....
Advertisement
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan