Ilustrasi/ Foto: Shutterstock
Dream - Varian Covid-19 Omicron kini mendominasi penularn di berbagai negara. Omicron oleh peneliti disebut-sebut memiliki tingkat penularan lebih cepat dibanding varian sebelumnya.
Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran, tapi ada kabar baiknya yaitu gejala yang muncul cenderung lebih ringan. Gejalanya khasnya antara lain sakit tenggorokan, batuk, demam, nyeri otot, sesak napas, gangguan pencernaan, rambut rontok, infeksi mata, maupun percepatan denyut nadi dan jantung.
Pada banyak pasien infeksi virus corona Omicron juga tidak menunjukkan gejala sama sekali. Selain itu, varian dengan kode B.1.1.529 ini juga sangat jarang memicu komplikasi penyakit parah.
Tingkat penularannya yang lebih cepat memang jadi perhatian utama. Tim dari University of Kent di Inggris dan Goethe University Frankfurt di Jerman melakukan riset dengan proses kultur sel.
Caranya dengan mengambil sel hidup yang berasal dari virus Omicron dan sel kekebalan tubuh. Lalu, sel ditempatkan ke dalam lingkungan yang terkontrol, seperti tabung reaksi atau cawan petri. Hasil studi mengungkapkan B.1.1.529 kurang efektif menghadapi mekanisme sistem kekebalan tubuh bernama interferon.
Interferon merupakan salah satu mekanisme respons imun, selain antibodi dan sitotoksik. Disampaikan dr. Theresia Rina Yunita, interferon merupakan modulator penting dari respons imun tubuh.
“ Interferon merupakan salah satu dari beberapa protein yang diproduksi oleh sel-sel tubuh sebagai respons defensif terhadap virus. Mereka bekerja dengan mengganggu proliferasi virus dengan merangsang sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya untuk menghasilkan protein yang mencegah virus bereplikasi di dalamnya,” katanya.
Dokter Theresia menambahkan, interferon juga memiliki fungsi sebagai imunoregulator. Protein kekebalan ini berperan menghambat aktivasi limfosit B (sel B), meningkatkan aktivitas limfosit T (sel T), dan meningkatkan kemampuan sel pembunuh alami (terhadap virus) yang dimiliki tubuh.
Peneliti menemukan COVID-19 Omicron sangat sensitif terhadap interferon. Kendati begitu, mutasi virus corona ini terbukti lebih baik dalam menghindari antibodi akibat infeksi coronavirus sebelumnya, maupun yang terbentuk pascavaksinasi.
Temuan ini sekaligus menjawab hasil penelitian sebelumnya yang menemukan orang yang terinfeksi Omicron memiliki kemungkinan 70 persen lebih kecil untuk mengalami gejala parah. Hal ini berlaku ketika dibandingkan dengan mutasi virus corona varian Delta.
Penjelasan selengkapnya baca di KlikDokter.com
Dream - Virus Covid-19 terus bermutasi dan hingga kini belum terkendali dengan baik. Saat ini varian Omicron sedang mendominasi penularan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Omicron dikenal sebagai BA.1, dan kini muncul lagi turunan dari varian omicron yaitu BA.2. Sampai saat ini para peneliti belum mengetahui secara detail karakteristik virus tersebut. Perbedaan yang diketahui antara BA.1 dan BA.2 yaitu BA.2 memiliki beberapa perbedaan genetik dibandingkan dengan BA.1 namun tidak terlihat secara signifikan.
Varian BA.2 baru dari Omicron secara teknis merupakan turunan dari varian Omicron asli (BA.1). Varian tersebut ditetapkan sebagai " varian yang sedang diselidiki" oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) pada 21 Januari, karena peningkatan jumlah urutan BA.2 yang diidentifikasi baik di dalam negeri maupun internasional.
Kasus mutasi sub varian omicron saat ini sudah terdeteksi di Denmark. Hampir setengah dari kasus omicron di Denmark disebabkan oleh BA.2. Menurut UKHSA, setelah menyerang Denmark, negara terbanyak yang menjadi pusat BA.2 terbanyak ialah India, Swedia, dan Singapura.
Menurut Washington Post, beberapa ilmuwan memberi julukan BA.2 julukan " siluman Omicron" , karena memiliki sifat genetik tertentu yang membuatnya lebih sulit untuk diidentifikasi sebagai Omicron pada tes diagnostik—khususnya reaksi berantai polimerase (PCR) tes.
" Kondisi tersebut tidak berarti virus itu sendiri tidak terdeteksi — hanya saja lebih sulit untuk diklasifikasikan sebagai Omicron," kata John Sellick, ahli epidemiologi University at Buffalo/SUNY dikutip dari Health.
Dalam situasi seperti sekarang penting meminimalisir perjalanan antar negara dan berkumpul dengan banyak orang. Vaksinasi Covid-19 juga merupakan perlindungin penting demi mengurangi risiko tingkat keparahan jika terpapar.
Laporan Amanda Putri Ivana
Advertisement
Mengenal Penyakit Rosacea yang Banyak Menyerang Kaum Hawa Paruh Baya
Lihat Ojol Pakai Kacamata Lusuh, Penumpang Tawarkan Hadiah yang Manis Banget
5 Wisata Ramah Anak di Sentul, Bikin Si Kecil Betah Main Seharian
Ikut Komunitas Nebeng Yuk, Bisa Bantu Kurangi Macet dan Polusi
Bye Insecure, Tips Atasi Kulit Tangan yang Belang Secara Alami