Dream - Dalam hal busana tradisional, Indonesia sangat kaya. Motif, desain dan model busana yang dibuat para perancang Tanah Air seringkali terinspirasi dari keindahan dari kain dan pakaian tradisional.
Para desainer dengan kepiawaiannya mengemas busana dengan sentuhan etnik Indonesia yang begitu memikat dan memanjakan mata. Seperti dalam gelaran Plaza Indonesia Fashion Week pada 4 Maret 2024 kemarin.
Dalam gelaran fashion show tersebut, terdapat dua koleksi yang nuansa etniknya begitu kuat.
Dikemas dengan lebih modern tapi tanpa kehilangan karakter etnik khas Indonesia, yaitu koleksi dari Parang Kencana dan Wilsen Willem yang berkolaborasi dengan Batik Keris. Mari lihat keindahan desainnya.
Koleksi dari Parang Kencana yang dihadirkan pada peragaan busana Plaza Indonesia Fashion Week Day 3 bertemakan Sanjita yang artinya perempuan tangguh.
Motifnya sendiri terinspirasi dari Kerajaan Majapahit yang sarat akan budaya dan peninggalannya yang berupa arca. Dari arca-arca itulah Parang Kencana terinspirasi untuk mengaplikasikannya ke dalam motif batik.
Ada banyak varian model yang ditampilkan dengan desain modern dan chic. Busana batik yang dibuat Parang Kencana masih menggunakan teknik cap dan diwarnai dengan langkah-proses tradisional.
Saat ini, masih banyak orang yang menganggap batik itu kuno padahal batik itu bisa dipakai sehari-hari. Tentunya kita tetap bisa tampil modis dengan batik. Jika dulu trench coat hanya polos atau printed, maka Parang Kencana mencoba memadukan trench coat tersebut dengan batik untuk tampil keren.
Kolaborasi antara Wilsen Willim dan Batik Keris pada Plaza Indonesia Fashion Week Day 3 berhasil membuat audiens berdecak kagum. Ia menampilkan koleksi kebaya Janggan dengan desain yang megah.
Kebaya ini tren setelah dikenakan Dian Sastro yang berperan sebagai Jeng Yah di serial Gadis Kretek. Kebaya dan batik yang ditampilkan memiliki aura mewah. Pada koleksi ini material yang digunakan yaitu mix texture corduroy yang dibuat menjadi beskap trendy, dan sutra.
“Banyak inspirasi dulu, dikenakan kini, dan semoga di masa depan akan semakin banyak terpakai. Indonesia tidak harus berkiblat pada pakaian western, kita punya signature dan history sendiri. Itu arah koleksinya,” kata Wilsen.
Wilsen memang banyak bekerja sama dengan brand lokal lainnya, karena ia percaya jika industri di Indonesia perlu untuk saling support dan membuktikan jika kualitas produk lokal bisa satu level atau bahkan di atas international brand.
Laporan Aykaputri Amalia Rahmani