Ramai Rencana Pelabelan BPA, Ini Kata Para Ahli Terkait Keamanan Galon Isi Ulang

Reporter : Ferdike Yunuri Nadya
Senin, 5 September 2022 15:46
Ramai Rencana Pelabelan BPA, Ini Kata Para Ahli Terkait Keamanan Galon Isi Ulang
Baru-baru ini muncul revisi peraturan. BPOM khususnya pelabelan Biosphenol-A (BPA) pada kemasan galon yang ramai diperbincangkan

Dream - Sejauh ini, air mineral telah menjadi pilihan bagi masyarakat untuk pemenuhan hidrasi tubuh, termasuk asupan sejumlah mineral yang dibutuhkan.

Sebesar 70 persen tubuh manusia mengandung air, sehingga dibutuhkan asupan air agar fungsi tubuh berjalan dengan baik. Air mineral telah memiliki kandungan mineral yang juga dibutuhkan tubuh, seperti mikro nutrien yang harus diasup dari luar tubuh.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

“ Dengan mengonsumsi air mineral, selain hidrasi tubuh tercukupi, juga akan menjaga keseimbangan elektrolit yang dibutuhkan,” jelas praktisi kesehatan, Dyah Novita Anggraini, dalam acara virtual Polemik Revisi Label BPA: Manfaat VS Mudharat, beberapa waktu lalu.

Pilihan masyarakat jatuh pada air mineral dalam kemasan galon untuk kebutuhan rumah tangga, karena air mineral tersebut telah dikemas secara praktis dan higienis sesuai standar yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan, agar kualitasnya terjaga.

1 dari 3 halaman

Muncul Pelabelan BPA

Namun baru-baru ini muncul revisi peraturan. BPOM khususnya pelabelan Biosphenol-A (BPA) pada kemasan galon yang ramai diperbincangkan.

Rencana Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk merevisi Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, khususnya pelabelan Biosphenol-A (BPA) pada Air Kemasan Galon dinikai akan membuka kotak pandora yang bisa menimbulkan efek yang sulit dikendalikan.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

“ Jika rencana peraturan ini diterapkan, BPOM akan membuka kotak pandora. Nanti akan ada pelabelan bebas kandungan logam berat, pelabelan cemaran kimia, cemaran mikroba, itu kotak pandora. Ribuan pelabelan untuk ribuan makanan kemasan di Indonesia,” kata Rachmat Hidayat, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Kemasan Indonesia (ASPADIN).

2 dari 3 halaman

Padahal BPA Pada Galon Masih dalam Batas Aman

Rachmat menegaskan, sejatinya pemerintah dan lembaga terkait termasuk BPOM telah memberikan keputusan yang menyebut bahwa air minum dalam kemasan dengan bahan polikarbonat telah aman dikonsumsi masyarakat.

Pada tahun 2020, lanjut Rachmat, BPOM juga menggelar penelitian selama lima tahun terkait batas migrasi pada galon PET maupun polikarbonat, yang dinyatakan masih di bawah batas aman.

“ BPOM meneliti ratusan jenis kandungan kimia dalam ratusan jenis kemasan. BPA hanya salah satu kandungan dari ratusan kemasan itu. BPOM menemukan bahwa semua berada di bawah ambang batas  0,01 bagian per juta. Artinya 1/60 dari batas aman (0,6 bpj),” tambah Rachmat.
 
Untuk itu ia kembali mempertanyakan keputusan BPOM untuk menerbitkan revisi atas Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, yang akan mewajibkan label BPA pada kemasan galon guna ulang berbahan polikarbonat.

3 dari 3 halaman

Akan Menimbulkan Mispersepsi

Sementara itu, Nugraha Edhi Suyatma, dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center Institut Pertanian Bogor (IPB) kurang sependapat dengan sisipan pasal 61 A dan B dalam revisi Peraturan BPOM No.18 tahun 2018, yang dikhawatirkan akan menimbulkan mispersepsi pada konsumen, seolah kemasan plastik lain di luar polikarbonat terkesan aman.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

“ Padahal  BPA ada dimana-mana tidak hanya di polikarbonat, ada di kemasan kaleng, bahkan di botol bayi, itu juga harus dilabeli semua,” jelas dr. Nugraha Edhi.
 
Nugraha juga menjelaskan bahwa kandungan BPA justru terbanyak ada pada kemasan makanan kaleng, dengan hampir 90% bahan enamel pada kaleng merupakan hasil polesan  epoksi yang bahan bakunya adalah BPA.

Upaya menetapkan aturan label BPA menurutnya seperti membuat persepsi bahwa kemasan dengan label BPA free sudah aman.

“ Padahal belum tentu. Karena dari  PET juga memiliki risiko dari kandungan yang lain, seperti dari kandungan acetaldehyde lalu etilen glikol, dan dietilen glikol,” tambahnya

Beri Komentar