Wanita Tegar (3): Sebuah Malam dalam Cengkeraman Boko Haram

Reporter : Sandy Mahaputra
Senin, 27 Oktober 2014 20:34
Wanita Tegar (3): Sebuah Malam dalam Cengkeraman Boko Haram
Boko Haram menculik 210 gadis dari sekolah mereka untuk dijual. Simpati dunia berhamburan, tak terkecuali Nyonya Obama.

Dream – Dering telepon genggam memecah keheningan malam. Dari seberang, terdengar suara gugup penelepon dengan suara setengah berteriak.

" Cepat kabur dari rumah, mereka menuju kearah kalian!"  
" Mereka siapa?" tanya penerima telepon yang masih tergagap dari tidurnya. " Boko Haram !"

Tanpa menunggu lagi, pria itu menarik istrinya dan bangkit dari tempat tidur. Mereka lari keluar rumah. Sambil berlari mereka bangunkan tetangga untuk mengikuti langkah mereka.

Tak lama berselang, deru kendaraan terdengar memasuki gerbang kota Chibuk. Keriuhan itu memecahkan senyapnya kota yang terletak di timur laut Nigeria di benua Afrika itu. Maklum, kota seluas daratan Jakarta itu populasinya tak sampai 70 ribu orang.

Ratusan pasang mata mengamati dari persembunyian. Mereka menghitung ada 7 kendaraan, terdiri dari mobil pick-up dan jeep.

Belasan pria bersenjata tampak menumpang sambil berdiri. Mobil sempat berputar-putar di jalanan kota. Hingga akhirnya berhenti di depan Sekolah Menengah Putri berasrama, milik pemerintah.

Gerombolan pria itu melompat turun dan menuju ke gerbang sekolah. Brak…! Pintu sekolah ambrol mereka tendang. Beberapa pria menerobos masuk dan melepaskan tembakan ke udara. Suara tembakan itu membuat histeris para penghuni asrama yang semuanya wanita.

Mereka berhamburan mencoba kabur. Namun semua pintu sudah dijaga para pria bersenjata. Gadis yang mendekat langsung mendapat tendangan. Mereka diseret dan dikumpulkan di halaman tengah sekolah.

Seorang pria yang memimpin gerombolan itu berteriak-teriak. " Apa yang kalian lakukan di sini?"
" Kalian perempuan tak seharusnya sekolah. Ini haram! Ini gaya hidup barat!"

Sebanyak 300 gadis sudah terkumpul di halaman sekolah. Tangis mereka pecah, tubuh mereka menggigil ketakutan. Tak ada orangtua yang melindungi mereka. Beberapa gadis diseret masuk ke mobil pick up dan jeep itu.

Ternyata kendaraan mereka tak cukup membawa semua gadis. Dibawah todongan senjata, para gadis digiring ke belakang sekolah. Mereka masuk ke rerimbunan hutan. Beberapa kali gerombolan itu memuntahkan peluru ke angkasa.

Warga kota Chibuk yang melihat dari persembunyian tiada yang berani melawan. Mereka mengenal gerombolan itu pastilah Kelompok Boko Haram, kelompok bersenjata yang menggunakan simbol-simbol Islam.

Wanita Tegar (3): Sebuah Malam dalam Cengkeraman Boko Haram

Sejak muncul 12 tahun lalu, kelompok ini selalu menebar ketakutan di Nigeria Utara. Ambisi mereka menegakan hukum syariah yang konservatif dan berniat mengganti pemerintah Nigeria yang sah.

Dalam aksinya, kelompok militan menebar bom di tempat-tempat umum. Mereka tidak segan menghancurkan tempat-tempat ibadah baik gereja, bahkan masjid pun mereka ledakkan. Bahkan sejumlah ulama mereka bunuh karena dianggap berseberangan secara ideologi.

Salah satu yang Boko Haram pertahankan, perempuan dilarang sekolah. Hausa, begitu bahasa lokal menyebut bahwa sekolah hukumnya haram karena itu bentuk budaya barat. Aksi menculik di Chibuk malam itu untuk menegakkan Hausa.

Kawna Bitrus, termasuk diantara siswi Chibuk yang digiring malam itu. Mereka bergandengan tangan menembus gelapnya hutan.

" Kami hanya bisa menangis," kata gadis 16 tahun itu. Tak ada yang berani menghentikan langkah, karena popor senjata atau tendangan sepatu booth pasti segera mendarat ke tubuh mereka.

Teriakan dan tawa para lelaki bersenjata itu membuat tubuh mereka merinding. Nama Boko Haram selalu menjadi momok para gadis yang ingin belajar.

Bitrus berfikir, jika dia dibawa rombongan itu maka tak ada lagi pilihan dalam hidupnya. Dia harus bersedia diperistri lelaki manapun di kelompok Boko Haram itu, atau kehilangan nyawa.

Namun untuk melarikan diri, Bitrus harus berfikir dua kali. Boko Haram sudah membunuh lebih dari 3.000 nyawa. Baik yang ditembak maupun mati karena ledakan bom. Sehingga mencabut nyawanya pasti bukanlah suatu halangan.

Iring-iringan tawanan itu berakhir sekitar sejam kemudian. Mereka berhenti dibelakang sebuah truk besar. Beberapa gadis yang kelelahan mencoba duduk, tapi gerombolan itu langsung menendang dan melemparkan mereka ke atas truk. Bitrus mendapat giliran terakhir.

Di atas truk, mereka semua diperintahkan jongkok. Bitrus melihat ke sebelahnya. Dia lihat Hawna John, kakak kelasnya. " Kita lari," bisiknya ketika mata mereka saling bertatapan. Berfikir sejenak, Hawna menjawab, " Kita tunggu truknya jalan."

Benar saja, saat truk yang tanpa penutup di bak belakang itu mulai bergerak, Hawna melompat. Bitrus kaget dan langsung menyusul lompat. Berdua mereka lari masuk dalam kegelapan hutan. Dari belakang mereka mendengar suara tembakan.

Mereka terus lari tanpa alas kaki hingga menjelang pagi. Mereka takut kembali ke kotanya. Mereka lari tanpa arah sambil bersembunyi. Hingga 24 jam kemudian mereka bertemu sebuah kota yang mereka yakini aman. Saat ditemukan warga setempat, Bitru dan Hawna langsung dibawa ke rumah sakit. Di sana mereka dirawat hingga 5 hari.

Keesokan harinya polisi datang ke lokasi penculikan di Chibok. Mereka mendata ada 287 siswi hilang. Beberapa hari kemudian polisi menemukan 57 siswi yang berhasil kabur. Namun 210 siswi lain tak kunjung ada kabar.

Wanita Tegar (3): Sebuah Malam dalam Cengkeraman Boko Haram

Peristiwa penculikan di pertengahan April lalu itu menyebar higga ke seluruh penjuru dunia. Reaksi bermunculan. Mereka mengecam tindakan brutal kelompok Boko Hara ini.

Sebulan kemudian, pemimpin Boko Haram, Abubakar Shekau mengirim video peringatan kepada kantor berita AFP. Ia mengatakan akan 'menjual' gadis-gadis itu. Menurutnya, gadis-gadis itu seharusnya tak berada di sekolah tapi mengurus rumah tangga.

Abubakar Shekau menjadi pimpinan Boko Haram menggantikan Mohammed Yusuf. Pemerintah Nigeria berupaya memberantas dan membunuh Yusuf dalam sebuah insiden pada 2009. Beredarnya video kematian Yusuf malah menyulut aksi brutal kelompok ini.

Di bawah kendali Shekau, Boko Haram makin brutal menculik dan membunuh orang-orang asing yang bekerja di Nigeria. Namun pemerintah Nigeria kesulitan memburu Shekau. Beberapa kali pemerintah Nigeria mengklaim Shekau berhasil dibunuh. Tapi kelompok ini menyebar video propaganda yang menunjukkan klaim pemerintah Nigeria tidak benar.

Dalam menjalankan 'pemerintahan' kecilnya, Shekau menggunakan nama Darul Tawheed. Dia dikenal sangat fanatik dan menganggap muslim yang tidak sepemahaman sebagai musuh mereka. Shekau memerintahkan pengeboman masjid dan membunuh imam yang mengutuk tindakan Boko Haram.

Kekejaman Boko Haram memancing kebencian dunia. Penculikan terhadap para siswi di wilayah utara Nigeria memunculkan gerakan dunia. Mereka ikut dalam kampanye besar-besaran melalui media sosial menggunakan hashtag #BringBackOurGirls. Gerakan ini mendapat dukungan dari istri orang nomor satu Amerika Serikat, Michelle Obama. Hingga pesohor Hollywood, Angelina Jolie.

Wanita Tegar (3): Sebuah Malam dalam Cengkeraman Boko Haram

Pemerintah Amerika menghargai kepala Shekau US$ 7 juta atau sekitar Rp 77 miliar, bagi siapa saja yang bisa membunuhnya. Presiden AS Barack Obama memasukkan Boko Haram ke dalam daftar jaringan organisasi teroris internasional, tahun lalu.

Tapi ancaman itu tak menciutkan nyali Boko Haram. Shekau sesumbar menantang Amerika dan Eropa. " Kekuatan kami lebih besar dari Nigeria. Negara ini bukan lagi ancaman bagi kami. Kini kami akan menghadapi Amerika secara langsung," katanya.

Jumat, 24 Oktober 2014 lalu, Boko Haram kembali menyerbu kota Mafa, di wilayah Borno, Timur Laut Nigeria. Sebanyak 25 gadis di wilayah tersebut mereka culik. Shekau juga mengancam akan terus memperlebar serangannya hingga ke negara-negara yang berbatasan dengan Nigeria.

Peristiwa terakhir ini membuat dunia makin geram. Dalam wawancara dengan CNN, seorang Ibu warga Chibuk, Rebeccah tak bisa menahan tangisnya.

Dia meminta agar Aisyah, anaknya yang sudah enam bulan diculik segera dibebaskan. “ Saya sudah ajak dia berhenti dulu sekolah sampai kondisi aman. Tapi dia sangat berharap bisa jadi jurnalis," kata Rebeccah sambil terus menghapus air matanya.

Aisyah hanya satu diantara para gadis yang sekarang tak lagi bisa bertemu orangtua mereka. Peristiwa malam di pertengahan April itu sudah menghancurkan masa depannya. Bahkan orangtua yang melahirkan dan membesarkannya pun, kini tak bisa mendapat kabar nasib anak-anak gadis mereka. Apakah mereka berada di Nigeria ? Ataukah mereka telah 'dijual' seperti janji Shekau ?

" Mereka anak kami, apa hak Boko Haram mengambilnya?" kata ayah dari Sarah, korban penculikan Boko Haram di Chibuk.

(Berbagai sumber: CNN, Reuters, Newsweek)

Beri Komentar