(shutterstock.com)
Dream - Keberadaan startup seakan tidak habis untuk diulas, bukan hanya menjadi model bisnis yang segar, tapi juga telah menghadirkan berbagai solusi yang memudahkan penggunanya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu yang dianggap sukses menghadirkan layanan terbaik, paling terjangkau, dan efisien adalah Grab.
Startup yang dirintis sejak tahun 2012 ini baru saja meraih level decacorn di akhir tahun 2018 dan menjadikannya sebagai yang pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara.
Kenalan dengan Istilah Decacorn
Penilaian startup diambil dari valuasi atau pendanaan yang didapat dari para investor. Di dunia startup sendiri ada enam sebutan dalam tingkatan valuasi perusahaan rintisan. Mulai dari cockroach, pony, centaurs, unicorn, decacorn, dan hectocorn.
Tiga level teratas dari valuasi startup dimulai dari unicorn dengan penilaian di atas US$1 miliar. Dilanjutkan dengan decacorn untuk valuasi US$10 miliar dan hectocorn yang mencapai 10 kali lipat decacorn atau tepatnya US$100 miliar.
Sepak Terjang Grab di Indonesia hingga Raih Decacorn
Grab yang berhasil mengumpulkan valuasi hingga US$11 miliar awalnya didirikan oleh Anthony Tan dan Hooi Ling Tan dengan nama MyTeksi di Malaysia pada tahun 2012. Bersamaan dengan gelar unicorn pada tahun 2014, GrabTaxi juga melakukan ekspansi ke Vietnam dan Indonesia, sekaligus meluncurkan layanan lain berupa GrabCar, Grabfood, hingga GrabBike.
Setelah mengubah nama menjadi Grab di tahun 2016, startup yang bermula dari layanan ride-hailing ini mengakuisisi Kudo sebagai teknologi pembayaran dan Uber di tahun 2018.
Inovasi Grab sebagai superapp terus dilakukan dengan menggandeng HappyFresh untuk menghadirkan GrabFresh, OVO untuk menggantikan GrabPay, hingga HOOQ untuk layanan video streaming langsung di aplikasi.
Hal ini sesuai dengan komitmen Grab untuk menawarkan solusi sehari-hari, mulai dari layanan transportasi, pengiriman barang dan makanan, pembayaran mobile, hingga hiburan digital.
Langkah ini yang kemudian dianggap berhasil meningkatkan kualitas layanan Grab dan meningkatkan revenue. Hasilnya, Grab berhasil menarik perhatian investor dan membukukan US$6 miliar dalam 4 tahun terakhir, yang membuatnya melesat menuju level decacorn.
Faktor Pendukung Grab Meraih Decacorn
Perlu waktu dan gebrakan berani dari Grab hingga berhasil mendapatkan gelar decacorn ini. Mulai dari inovasi teknologi yang tiada henti, ekspansi Grab hingga ke 8 negara di Asia Tenggara, hingga mempertahankan kualitas layanan yang diberikan.
Hal ini tidak terlepas dari filosofi platform terbuka yang diusung Grab untuk menyatukan para mitra demi hidup yang lebih baik di Asia Tenggara.
Target Grab Menuju Hectocorn
Pencapaian ini menjadi awal yang baik bagi Grab di tahun 2019. Selain terus menghadirkan inovasi baru lewat fitur-fitur di aplikasinya, Grab terus meningkatkan revenue yang didapatnya.
Diharapkan di tahun yang akan datang pendapatan yang berlipat ganda mampu menarik para investor, lewat model bisnis yang sudah terbukti menguntungkan. Tidak menutup kemungkinan, Grab mampu meraih level hectocorn menyamai nama-nama besar dunia seperti Facebook dan Google.
Akankah target tersebut akan terwujud? Let’s wait and see!
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah