Dream - Banyak yang beranggapan bahwa kebahagiaan seseorang sangat ditentukan dengan hubungan asmara atau pernikahannya. Hal ini memunculkan persepsi bahwa masa muda tanpa cinta adalah seperi sangat hampa dan menyedihkan. Benarkah demikian?
Perlu diingat, kalau kehidupan tak selalu berputar di sekitar percintaan. Sebuah penelitian baru dari tim psikolog di Johannes Gutenberg University Mainz (JGU), Jerman, mengungkap fenomena yang mengejutkan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology Bulletin ini menemukan bahwa generasi Z merasa puas dan menerima masa lajang mereka.
Penelitian ini juga mengungkap adanya kesenjangan generasi dalam hal 'kepuasan masa lajang' antara remaja yang lahir pada tahun 2001-2003 dengan mereka yang lahir beberapa dekade sebelumnya.
Para peneliti menemukan bahwa remaja Jerman yang lahir pada tahun 2001-2003 memiliki kemungkinan 3% lebih besar untuk menjadi jomblo dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun 1991-1993.
Selama berabad-abad, hubungan romantis dianggap sebagai pencapaian utama dalam hidup. Kehidupan lajang sering kali dipandang negatif, diidentikkan dengan kesepian dan ketidakbahagiaan.
Baru-baru ini terjadi peningkatan jumlah individu yang memilih hidup lajang. Dengan menurunnya angka pernikahan dan meningkatnya fokus pada pendidikan serta karier, kehidupan lajang mulai diterima dengan lebih terbuka. Tekanan sosial untuk menikah dan memiliki anak pun mulai berkurang.
Peran media sosial dalam mengubah pandangan tentang kehidupan lajang juga signifikan. Media sosial mendukung kemandirian dan mengakui keberadaan hubungan non-konvensional, seperti hidup bersama tanpa menikah.
Generasi Z, lebih dari generasi sebelumnya, merasakan pergeseran ini dan merasa puas dengan status lajang mereka. Remaja lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar, sehingga mengubah sikap mereka terhadap hubungan. Bahkan, remaja masa kini menunjukkan kurangnya urgensi untuk menjalin hubungan romantis, sesuatu yang tidak terlihat pada generasi sebelumnya.
Remaja lajang masa kini lebih bahagia dengan hidup mereka. Sebanyak 75% responden remaja dalam studi Jerman tersebut adalah lajang dan merasa puas.
Mereka yang memiliki tingkat neurotisisme rendah (stabil secara emosional, kurang reaktif terhadap stres) merasa lebih puas dengan hidup mereka. Mereka merasa aman dan tidak merasa perlu menjalin hubungan romantis
Sebaliknya, remaja dengan tingkat neurotisisme tinggi (kesulitan mengatasi masalah, manajemen stres yang buruk) merasa gelisah dengan status lajang mereka, yang berdampak negatif pada kepuasan hidup mereka.
Studi ini juga menemukan bahwa wanita lajang lebih puas dibandingkan pria lajang, sebuah perbedaan yang menonjol dari generasi sebelumnya.
Sumber: Hindustan Times/ Laporan: Aykaputri Amalia
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN