Unknown Threat, Ancaman Baru Data Pribadi di Era Digital

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 22 Juli 2021 17:44
Unknown Threat, Ancaman Baru Data Pribadi di Era Digital
Apa yang diserang oleh ancaman itu?

Dream – Meningkatnya perkembangan teknologi di era digital, membuat ancaman atau threat ikut berkembang. Kalau dulu, ancaman bisa diketahui dari sistem keamanan jaringan komputer dan antivirus.

Kini, muncul ancaman yang tidak diketahui alias known threat.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Pangarepan, mengatakan serangan ini menembus pertahanan keamanan tanpa terdeteksi sistem. Ancaman baru ini tidak diketahui karakteristiknya.

“ Serangan ini bisa terjadi di banyak bagian, seperti jaringan, aplikasi, atau data,” kata Semuel dalam webinar Swiss German University (SGU) bertajuk 'Seminar Security Insights in the Data Analytics Era', Kamis 22 Juli 2021.

Pada bagian data, kata dia, berkaitan erat dengan data pribadi. Data pribadi merupakan data perorangan yang harus dijaga kerahasiaanya.

Data yang dikumpulkan ini rentan karena bisa diambil oleh pihak ketiga. Oleh sebab itu, segala jenis serangan harus bisa diantisipasi untuk melindungi data seseorang.

1 dari 3 halaman

Dibutuhkan SDM Andal di Bidang Keamanan Siber

Vice President dan CTO FireEye, Steve Ledzian menjelaskan semakin internet berkembang, jenis ancaman yang datang juga semakin banyak.

“ Saat ini hacker lebih kreatif sehingga yang perlu diperhatikan bukan di mana attack terjadi, tetapi perilaku apa yang menunjukkan attack tersebut,” kata Ledzian.

Selain itu, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang cukup untuk mengerjakan cyber security. Steve mengatakan SDM bisa ditingkatkan melalui kerjasama industri dengan universitas.

2 dari 3 halaman

RUU Perlindungan Data Pribadi Dinilai Sangat Urgent

Semuel menambahkan Indonesia setidaknya harus punya satu referensi mengenai aturan data pribadi agar ada pemahaman yang sama. Hal tersebut yang menyebabkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) terus dikerjakan.

“ RUU ini sangat urgent. Kalau dulu data pribadi harus diinput, sekarang bisa otomatis. Maka dari itu harus ada satu aturan untuk semuanya,” kata Semuel.

Kerja sama semua pihak, kata dia, juga dibutuhkan bukan hanya dari pemerintah tapi juga pihak lain sehingga bisa mengurangi kebocoran data.

3 dari 3 halaman

Kiprah SGU

Master of Information Technology (MIT) di Swiss German University (SGU) memiliki visi untuk menciptakan arsitek transformasi digital, yang berfungsi untuk memastikan transformasi digital benar-benar akan menciptakan nilai tambah.

Dengan pemikiran ini, MIT SGU telah mengembangkan keamanan siber sebagai salah satu fokusnya dalam kurikulum dan inisiatif penelitiannya. Hal ini memunculkan peluang untuk menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi pola yang mencurigakan dan bahkan berbahaya, memungkinkan analisis ancaman berbasis perilaku yang mendetail untuk meningkatkan akurasi yang lebih tinggi dalam deteksi ancaman.

SGU MIT (Master of IT), Eka Budiarto

SGU MIT (Master of IT), Eka Budiarto mengatakan MIT SGU percaya potensi besar ini memungkinkan kemungkinan kolaborasi penelitian antara industri, pemerintah, akademisi, dan komunitas keamanan siber untuk menyediakan berbagi informasi ancaman yang sangat dibutuhkan.

" Hal ini mendorong MIT SGU untuk menyelenggarakan acara yang mendorong kolaborasi dan pertukaran informasi antara berbagai mitra, dalam seminar, pelatihan, dan lokakarya yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran, serta untuk berbagi informasi, pengetahuan, dan keterampilan," ucap Eka dalam kesempatan yang sama.

(Laporan: Elyzabeth Yulivia)

Beri Komentar