Orang Pintar Cenderung Tak Punya Banyak Teman, Ini Alasannya

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 21 Desember 2016 07:44
Orang Pintar Cenderung Tak Punya Banyak Teman, Ini Alasannya
"Individu yang lebih cerdas merasa kurang bahagia jika mereka terlalu sering bergaul."

Dream - Sebuah studi pernah mengungkap, semakin banyak interaksi seseorang dengan teman-temannya, semakin bahagia kehidupannya. Tapi kenyataannya tak selalu demikian.

Ada pengecualian besar bagi beberapa orang. Yang mengejutkan, hal itu dialami orang-orang yang cerdas atau memiliki IQ tinggi.

Satoshi Kanazawa dari London School of Economics and Political Science, dan Norman Li dari Singapore Management University menemukan bahwa individu yang lebih cerdas kurang puas dengan kehidupan jika mereka lebih sering bersosialisasi dengan teman-temannya.

" Dampak kepadatan penduduk pada kebahagiaan dua kali lipat lebih besar terlihat pada individu yang ber-IQ rendah daripada yang memiliki IQ tinggi," kata Li.

Dalam penelitiannya, Kanazawa dan Li menggunakan teori yang menyebutkan bahwa pada dasarnya manusia adalah masyarakat pemburu dan senang berkumpul, yang disebut dengan The Savanna Theory of Happiness. Teori tersebut menjelaskan persepsi manusia tentang kebahagiaan.

Dengan teori tersebut Kanazawa dan Li menemukan bahwa manusia yang hidup dalam lingkungan yang padat cenderung kurang merasa bahagia. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, mereka semakin kurang bahagia. Sementara itu, semakin tinggi tingkat interaksi sosial orang-orang dengan teman-teman dekat, semakin bahagia mereka.

" Individu yang lebih cerdas merasa kurang bahagia jika mereka terlalu sering bergaul dengan teman-teman mereka," ujar Kanazawa dan Li dalam penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Psychology itu.

1 dari 1 halaman

Fokus Orang dengan IQ Tinggi

Fokus Orang dengan IQ Tinggi © Dream

Hubungan atau koneksi antara teman dan anggota keluarga selalu dipandang sebagai dasar kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia. Namun mengapa orang-orang ber-IQ tinggi ini justru menjauhinya?

Carol Graham, peneliti Brookings Institution yang mempelajari ekonomi kebahagiaan, mengatakan orang-orang dengan kecerdasan lebih cenderung kurang suka menghabiskan begitu banyak waktu untuk bersosialisasi. Hal itu karena mereka fokus pada tujuan jangka panjang.

Sebagai contohnya, orang-orang pintar itu mungkin adalah seorang dokter yang berusaha untuk menyembuhkan kanker atau seorang penulis sedang menulis novel besar atau seorang pengacara hak asasi manusia yang berusaha untuk melindungi orang-orang yang teraniaya dalam masyarakat.

Selain mungkin dianggap menghambat tujuan-tujuan tersebut, interaksi sosial yang terlalu sering bisa mempengaruhi kebahagiaan mereka secara keseluruhan dalam kehidupan.

(Sah/Sumber: Washington Post)

Beri Komentar