Ilustrasi
Dream - Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak 80 anak usia 0-5 tahun meninggal akibat varian Omicron selama gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia. Ini berdasarkan data yang terkumpul per 19 Februari 2022.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan kasus kematian pada balita banyak disebabkan komorbid atau penyakit penyerta. Dia pun meminta para orangtua untuk selalu mewaspadai penularan Omicron mengingat sifatnya yang lebih cepat.
" Varian ini bisa mempercepat terjadinya klaster keluarga," ujar Nadia.
Sementara, terdapat 35 orang meninggal akibat Covid-19 meski sudah mendapatkan booster. Sebagian besar karena memiliki komorbid.
" Karena komorbid berat," kata Nadia.
Dari 35 orang tersebut, Nadia merinci sebanyak 15 orang merupakan kelompok lansia dengan komorbid dan 10 lansia tanpa komorbid. Kemudian, 5 orang non-lansia dengan komorbid dan 5 orang non-lansia tanpa komorbid.
Risiko kematian bagi non-lansia tanpa komorbid yang telah mendapatkan booster hanya 0,49 persen, sedangkan risiko kematian bagi lansia tanpa komorbid yang sudah mendapatkan booster itu 7,5 persen.
" Ini risikonya sangat rendah. Artinya dengan adanya vaksinasi terlibat bahwa kematian itu turun dengan adanya pemberian vaksinasi," kata dia.
Selain komorbid, kata Nadia, penyebab lain yang dapat memicu kematian meski sudah mendapat booster adalah terjangkit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh pasien.
" HIV ini bukan komorbid," kata Nadia.
Diperkirakan pasien Covid-19 non-lansia dan tanpa komorbid meninggal dunia adalah Orang Dengan HIV (Odhiv). Sehingga kondisi imunnya lemah meski sudah mendapatkan booster.
" Iya, Odhiv dengan Covid-19," ucap Nadia, dikutip dari Merdeka.com.
Nadia menjelaskan, hasil kajian Kementerian Kesehatan menunjukan risiko kematian meningkat rata-rata 3,5 kali lebih tinggi pada kelompok Lansia dan orang yang memiliki komorbid serta belum mendapatkan vaksinasi.
Sebanyak 2.484 pasien dilaporkan meninggal dunia selama varian Omicron merebak di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 73 persen kasus meninggal karena Covid-19 akibat belum divaksin lengkap dan 27 persen sudah divaksin lengkap.
" Kalau kita melihat data ini, dari kasus meninggal dunia 73 persen belum divaksin lengkap. Baik sama sekali belum mendapatkan vaksin, maupun yang baru mendapatkan satu kali dosis vaksin," katanya.
Selain itu, dari total kasus meninggal, terdapat 46 persen memiliki komorbid dan 54 persen tidak mempunyai komorbid. Dari kasus yang memiliki komorbid, tercatat 21 persen mempunyai penyakit penyerta lebih dari 1. Komorbid terbanyak ialah Diabetes Melitus.
Nadia menambahkan, 53 persen dari pasien Covid-19 yang meninggal dunia masuk kategori lanjut usia atau lansia. Sementara 47 persen non lansia.
Data Kementerian Kesehatan, 2.000 pasien meninggal atau 80 persen berusia di atas 45 tahun. Tercatat 80 pasien atau sekitar 3 persen ada di rentang umur 0 sampai 5 tahun.
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap