Atlet Atletik Dari Arab Saudi
Dream - Sebagai negara yang cukup ketat dalam pemisahan pria dan wanita, Arab Saudi memiliki ide sistem Olimpiade yang sedikit lain dari kebiasaan. Jika terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade, negeri kaya minyak ini mengusulkan atlet putra dan putri bertarung di lokasi terpisah.
Bahkan Arab Saudi bersedia berbagi tuan rumah dengan negara tetangga sebagai lokasi Olimpiade bagi atlet wanita.
Wakil dari Komite Olimpiade Arab Saudi menginginkan atlet putra bertanding di negaranya sementara atlet putri di negara tetangga, yakni Bahrain.
Pangeran Fahad bin Jalawi Al Saud, konsultan hubungan internasional Komite Olimpiade Arab Saudi, mengatakan kepada situs Frances Jeux bahwa negaranya bisa berbagi tuan rumah dengan negara Teluk lainnya.
Dengan alasan kendala budaya', Pangeran Fahad mengatakan sulit membayangkan atlet putri bertanding di negaranya.
" Negara kami sangat konservatif. Sangat sulit menerima perempuan berkompetisi dalam bidang olahraga, terutama cabang renang," katanya seperti dikutip Dailymail, Sabtu, 31 Januari 2015.
Pangeran Fahad menambahkan, memakai pakaian olahraga di depan umum dianggap melanggar norma. Atas alasan budaya inilah, sulit bagi Arab Saudi menyelenggarakan acara-acara internasional besar.
Namun kondisi ini tak lantas membuat Arab Saudi kehilangan akal. Pangeran Fahad mengusulkan jalan tengah yaitu bekerjasama dengan negara Timur Tengah lainnya seperti Bahrain untuk menjadi tuan rumah Olimpiade.
" Kami melihat Bahrain adalah negara yang tepat. Karena kami sudah sering bekerjasama dengan negara itu," kata Fahad seraya menambahkan " Bahrain akan menjadi tuan rumah bagi pertandingan atlet putri. Sementara kami atlet putra."
Sebelumnya, Arab Saudi untuk pertama kalinya mengirim dua atlet putri saat Olimpiade 2012 digelar di London, Inggris. Selain Arab Saudi, dua negara lain yang tidak pernah mengirim atlet putri ke Olimpiade sebelumnya adalah Qatar dan Brunei Darussalam.
Namun keputusan mengirim dua atlet yaitu pelari 800 meter Sarah Attar dan pejudo Wojdan Shaherkani mendapat kecaman dari kaum konservatif Saudi.
Sayang upaya Saudi menjadi tuan rumah Olimpiade ini tampaknya sulit terealisasi. IOC menolak usulan Pangeran Fahad tentang pemisahan pertandingan.
" Komitmen untuk tidak diskriminatif wajib bagi semua negara yang berminat menjadi tuan rumah Olimpiade di masa depan. Hal itu sudah jelas tertera dalam agenda Olimpiade 2020 dan harus dipatuhi oleh negara yang mendapat kontrak sebagai tuan rumah," kata Thomas Bach, Presiden IOC kepada AP.
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini
