IAI Memproduksi Drone Bunuh Diri (Foto: Julian Herzog/WikiCommons)
Dream - Aktivis dan ilmuwan menyuarakan amarahnya usai teknologi grafin yang dikembangkan Universitas Manchester digunakan untuk industri militer Israel. Grafin merupakan teknologi berbasis material atom karbon yang dibentuk dalam lempengan karbon.
CEO Versarien Neill Ricketts mengatakan kerja sama dengan IAI termasuk dalam teknologi militer yang dikembangkan.
" Apa yang kita miliki di sini yaitu untuk mengenali kemampuan material dan kinerja hasil penelitian dengan IAI tidak hanya di pesawat terbang tapi proyek pertahanan dan luar angkasa," kata Neill.
Sementara itu, mahasiswa Palestina di Universitas Manchester Huda Ammori mengatakan para akademisi dan mahasiswa tak menyadari telah membantu produksi penelitian untuk Israel.
" Di semua universitas, penelitian mengenai grafin berbicara manfaat dalam menyediakan air bersih untuk jutaan orang, namun isu itu kini beralih ke bisnis militer," kata Huda.
Huda juga merasa malu karena kemungkin hasil penelitian itu akan dicoba pada senjata yang menyerang warga Palestina.
" Aku merasa malu sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa untuk menyediakan komponen perang bagi Israel," ujar Huda.
Menanggapi kerja sama itu, juru bicara Universitas Manchester menjawab, " Kerja sama Universitas Manchester dengan berbagai macam organisasi akademik dan industri. Kami memiliki proses kemitraan yang kuat dan semua penelitian diuji dengan kriteria etika yang diakui secara nasional."
Diwartakan Al Jazeera, pada Oktober 2017, insinyur dari Versarien mengumumkan perjanjian kerja sama dengan Industri Kedirgantaraan Israel (IAI) untuk menguji coba grafin yang dinamai Nanene.
Nanene dikembangkan para peneliti di Universitas Manchester. Hak milik atas penelitian itu dimiliki oleh Versarien yang pada 2014 membeli sekitar 85 persen saham milik 2-DTech Limited, perusahaan yang dikeluarkan dari pembiayaan penelitian grafin.
IAI menghasilkan sejumlah senjata militer berbasis teknologi, semisal sistem misil, pesawat tempur, dan drone, serta Harop, yang dikenal sebagai drone `bunuh diri`.
Harop disebut mampu bertahan di atas awan semala berjam-jam sebelum akhirnya menjatuhkan `muatan` di target lokasi yang ditentukan.
(Sah)
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah