Pertama dalam 200 Tahun, Kaisar Jepang Turun Tahta

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 30 April 2019 10:02
Pertama dalam 200 Tahun, Kaisar Jepang Turun Tahta
Setelah turun tahta akan menjabat Kaisar Emiritus.

Dream - Kaisar Akihito, 85 tahun mengakhiri pemerintahan yang sudah berjalan tiga dasawarsa, esok hari, Selasa, 30 April 2019. Tahta kekaisaran Jepang akan jatuh ke putranya, Putra Mahkota Naruhito.

Dengan keputusan ini, Akihito menjadi kaisar pertama yang turun tahta dalam 200 tahun kerajaan Jepang.

Dilaporkan Japan Today, Akihito mundur karena dua alasan utama. Pertama, Kaisar Akihito khawatir mengenai usianya dan kesehatannya yang terus menurun.

Akihito mengatakan, sebetulnya sudah ingin mundur pada Agustus 2016. Saat itu kondisinya masih sehat dan bugar.

Meski tak diatur dalam undang-undang Jepang, pengunduran Akihito memberi kesan penting dalam masyarakat Jepang.

 

 

1 dari 2 halaman

Mendobrak Tradisi

Sebagai simbol, menurut pengamat, Akihito ingin kehadiran kerajaan dapat selalu dilihat masyarakat.

Meski demikian, upaya pengunduran diri ini juga dapat dibaca sebagai cara Akihito melanggengkan kedudukan keluarga di kerajaan Jepang.

Kedua, Akihito dikenal sebagai salah satu pendobrak tradisi kerajaan. Dia merupakan pria yang menikahi gadis di luar garis keturunan darah biru bernama Michiko.

Michiko kemungkinan juga akan membongkar tradisi pemakaman dalam kerajaan yang langgeng berabad-abad. Michiko meminta jasadnya dikremasi saat sudah meninggal.

2 dari 2 halaman

Akan Digantikan Putra Sulungnya

Setelah mundur, Akihito akan memegang gelar baru, Kaisar Emeritus. Akihito tidak akan lagi bergelut dengan dokumen dan upacara penerimaan pejabat, serta ritual suksesi putranya, Naruhito.

Akihito akan menikmati masa pensiunnya dengan pergi ke museum dan konser, atau menghabiskan waktu untuk penelitiannya di sebuah vila kekaisaran di tepi laut.

Setelah pengunduran Akihito, rencananya, Putra Mahkota Naruhito, 59 tahun, akan naik tahta pada Rabu, 1 Mei 2019.

Naruhito dikenal sebagai musisi dan penjelajah yang menghabiskan dua tahun berkuliah di Oxford, Inggris. Dia dikenal menulis makalah tentang sistem transportasi Sungai Thames abad ke-18, setelah mempelajari sejarah di Universitas Gakushuin.

Istrinya, Masako, mantan diplomat berpendidikan Harvard, pulih dari kondisi stres setelah melahirkan putri mereka Aiko di tengah tekanan untuk menghasilkan anak laki-laki. (ism)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More