30 Makam Korban Perdagangan Manusia Ditemukan Dekat Malaysia

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 5 Mei 2015 10:31
30 Makam Korban Perdagangan Manusia Ditemukan Dekat Malaysia
Diduga kuburan itu berisi lebih dari 30 jasad manusia.

Dream - Kuburan massal berisi jenazah para korban perdagangan manusia ditemukan di kawasan hutan Thailand, tepatnya di Distrik Sadao, Provinsi Songkhla. Lokasinya hanya 300 meter dari perbatasan dengan Malaysia. Diduga terdapat lebih dari 30 jasad manusia terkubur di dalamnya, dengan kedalaman lubang yang dangkal.

Dikutip dailymail.co.uk, Selasa, 5 Mei 2015, sebanyak 26 jenazah berhasil diangkat. Belum diketahui bagaimana orang-orang itu, yang kebanyakan berasal dari Myanmar dan Bangladesh, bisa meninggal.

Distrik Sadao ini merupakan lokasi yang menjadi tempat para pelaku perdagangan manusia menahan para korban. Ini lantaran posisi distrik itu sulit dijangkau.

Pelaku pun kerap memperlakukan korban secara semena-mena. Mereka dikurung dalam penjara berupa galian yang ditutup dengan bambu, sementara para pelaku menunggu pihak yang mau menebus mereka.

Para korban yang sakit atau mati akan ditinggalkan begitu saja. Jika para pelaku berkenan, mereka akan menguburkan jenazah dengan cara sembarangan.

Para korban yang kebanyakan merupakan Muslim Rohingya tertangkap oleh pelaku ketika dalam perjalanan mencari lokasi aman dan pekerjaan di Malaysia atau Thailand. Penyebabnya, mereka kerap mendapat kekerasan di tanah kelahirannya karena konflik SARA.

Satu pria dewasa dan dua anak-anak ditemukan selamat di dekat lokasi kuburan massal tersebut. Mereka langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk menjalani perawatan medis.

Keberadaan kuburan massal dan penampungan ilegal ini telah terendus lama oleh Kepolisian Kerajaan Thailand. Tetapi, polisi kerap gagal ketika mengadakan operasi lantaran medan yang begitu sulit dijangkau.

" Kami telah mendengar berita tentang kamp ini dan berkali-kali mencoba melacak lokasinya, tetapi karena jauh di dalam hutan, itu sangat sulit," ujar Wakil Komisaris Jenderal Kepolisian Thailand Aek Angsananont.

Polisi setempat kini tengah melakukan identifikasi korban. Diperkirakan proses ini akan membutuhkan waktu cukup lama.

" Keluarga korban harus menempuh perjalanan dulu melalui dari Myanmar dan Bangladesh untuk menunjukkan contoh DNA," ujar Kepala Polisi Jenderal Jarumporn Suranamee.

Dari sejumlah bukti yang didapat, Jarumporn menyimpulkan para korban meninggal akibat tindak kekerasan. Bukti tersebut diperkuat keterangan dari saksi yang ditemukan selamat di lokasi.

" Dari bukti-bukti yang diberikan oleh saksi yang berada di kamp, kami percaya ada kekerasan di sini dan orang meninggal karena kekerasan," ungkapnya.

Kasus ini mendapat sorotan dari Human Rights Watch. LSM ini mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan investigasi independen untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi.

" Penemuan kuburan massal ini harus menjadi pemicu pemerintah Thailand memutus jaringan perdagangan manusia yang memperkaya pejabat tetapi memangsa orang lain," terang Direktur Asia Human Rights Watch Brad Adams. (Ism)

 

Beri Komentar