Warga Uighur Saat Berkumpul Di Pasar (Foto: Shutterstock)
Dream - Ramadan telah tiba dan menjadi bagian penting umat Islam. Umat Islam merayakan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Tetapi, tak semua umat Islam mampu menjalankan puasa. Komunitas muslim di Uighur, Xinjiang, China tak dapat menjalani puasa. Otoritas China melihat berpuasa sebagai `tanda ekstrimisme`.
Dilaporkan Amnesty International, beberapa aktivitas semisal, menumbuhkan jenggot, mengenakan jilbab, berpuasa, sholat, dan menghindari alkohol masuk dalam kategori “ tanda ekstremisme” di beberapa lokasi.
Menjalani larangan itu dapat membawa umat Muslim masuk ke pusat interniran di Xinjiang.
Beberapa kota di Xinjiang dilaporkan juga telah mengedarkan larangan bagi siswa sekolah dasar dan menengah, serta anggota Partai Komunis, untuk menjalani puasa Ramadan di sekolah.
Gulzire, seorang wanita Uyghur dari Yining, di barat laut Xinjiang, mengatakan, ketika dia menghadiri sekolah menengah di awal 2000-an, gurunya mendesak siswa untuk tidak berpuasa karena mereka membutuhkan nutrisi yang baik untuk mempersiapkan ujian publik mereka.
Beberapa siswa tetap berpuasa dan tinggal di kelas untuk beristirahat selama makan siang alih-alih pulang atau pergi ke kantin untuk makan. Untuk mencegah berpuasa, guru akan pergi ke ruang kelas untuk memeriksa siswa.
Gulzire ingat, seorang guru memintanya untuk makan siang sebagai bukti bahwa ia tidak berpuasa.
Tetapi dia mengatakan pembatasan tidak terlalu ketat saat itu. Beberapa masih berhasil berpuasa diam-diam.
Pembatasan ini juga tidak diberlakukan secara seragam di seluruh Tiongkok. Ketika Gulzire meninggalkan Xinjiang untuk belajar di kota Shenzhen di Cina selatan pada 2006, dia terkejut dengan keterbukaan yang ia temukan di sana.
Selama festival keagamaan, Universitas Shenzhen, Gulzire dan teman-temannya asal Xinjiang dapat ke masjid atau ke acara keagamaan dan budaya lainnya.
Situasi semakin memburuk pada musim panas 2009. Kekerasan antar-etnis di Urumqi, ibukota Xinjang, menewaskan hampir 200 orang. Sebagai tanggapan, militer dikerahkan di seluruh Xinjiang. Kondisi ini memicu ketegangan lebih.
Warga Uighur (Foto: Shutterstock)
Gulzire mengatakan orang tuanya menyuruhnya berhenti pergi ke masjid, bahkan di Shenzhen. Orang tuanya takut, Gulzire dicap sebagai keluarga ekstremis. Mereka juga berhenti berbicara dengannya tentang Alquran dan berhenti mengucapkan salam Idul Adha kepadanya melalui telepon, seperti " Qurban bayram mubarek" (Salam pada Festival Kurban).
Sejak itu, situasinya terus memburuk. Serangkaian undang-undang disahkan untuk membenarkan diskriminasi agama dan etnis, serta penindasan meningkat di Xinjiang.
Pada 2017, orang dapat dilabeli " ekstremis" karena menolak untuk menonton radio publik dan program TV, mengenakan burqa, atau memiliki jenggot.
Jurnalis Radio Free Asia, Gulchehra Hoja (Foto: Amnesty.org)
Ramadan ini, banyak Muslim di Xinjiang terpisah dari orang-orang yang mereka cintai - beberapa hilang, sementara yang lain dibawa masuk ke kamp-kamp interniran.
Jurnalis Radio Free Asia, Gulchehra Hoja meninggalkan China 18 tahun yang lalu. Setelah pindah ke Amerika Serikat, dia akhirnya bisa sepenuhnya merayakan Ramadan,
“ Saya ingat hanya orang tua seperti nenek saya yang berpuasa dan berdoa untuk meminta kepada Allah agar mengampuni anak-anaknya karena tidak berpuasa. Sekarang giliran saya untuk terus berdoa untuk keluarga saya dan seluruh orang Uyghur. "
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik