NASA Potret Perubahan Kondisi Palu dan Donggala Pasca Tsunami

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 4 Oktober 2018 12:35
NASA Potret Perubahan Kondisi Palu dan Donggala Pasca Tsunami
Citra satelit NASA merekam kerusakam akibat gempa dan tsunami.

Dream - Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang pantai utara Palu, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018. Bencana itu menyebabkan kerusakan luar biasa pada sejumlah bangunan. Sementara itu, gelombang tsunami turut merusak garis pantai. Belum lagi aliran lumpur yang muncul dan `menelan` beberapa rumah warga.

Citra satelit Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) menangkap perubahan kondisi Palu dan Donggala, sebelum dan pasca gempa dan tsunami. Citra satelit The Operational Land Imager (OLI) di Landsat 8 menangkap gambar kondisi alam Palu pada 23 September 2018.

Tampak dalam gambar pertama, area sebelum gempa dan tsunami. Pada gambar itu tampak area berwarna memudahkan melihat lokasi kota (ungu kelabu), vegetasi (hijau), dan lumpur (cokelat dan sawo matang).

Kondisi pra dan pasca musibah di Palu dan Donggala

Sedangkan, pada gambar kedua yang diambil pada 2 Oktober 2018, mulai terlihat dampak dari kerusakan akibat gempa dan tsunami. Pada gambar itu tampak wilayah pesisir yang mengalami kerusakan berat karena tsunami. Tiga aliran lumpur besar yang menyebabkan kerusakan parah di daerah padat penduduk.

1 dari 1 halaman

Bentuk Teluk Palu Bikin Air Lebih Cepat

Getaran yang intens dari gempa bumi mungkin telah memicu pencairan dan penyebaran lateral, proses bercampurnya pasir basah dan lumpur. Proses-proses ini, sangat umum terjadi di dekat sungai dan tanah reklamasi. Proses ini dapat menghasilkan lumpur-lumpur yang merusak bahkan di daerah yang relatif datar.

Kondisi pra dan pasca gempa dan tsunami di Palu dan Donggala

Peneliti dari NASA, Adam Voiland, mencatat keterkejutannya karena tsunami yang muncul karena gempa bumi. Sebab, biasanya, tsunami besar terjadi setelah gempa bumi megathrust yang menyebabkan perpindahan lempeng bumi secara vertikal.

Adam menulis gempa Sulawesi terjadi di sepanjang sesar mendatar, yang berarti gerakan itu horisontal. Beberapa ilmuwan, kata dia, menduga, tanah longsor bawah laut yang terguncang akibat gempa, mungkin telah memberikan energi yang memicu tsunami yang merusak.

Selain itu, kata Adam, bentuk Teluk Palu yang sempit dan menyerupai jari itu memperbesar dan membuat gelombang air yang mengalir cepat, lebih berbahaya.

Beri Komentar