Amalia: Aku Memilih Jauh dari Orangtuaku

Reporter : Eko Huda S
Kamis, 10 September 2015 09:31
Amalia: Aku Memilih Jauh dari Orangtuaku
Memilih itu adalah hal yang sulit. Apalagi harus jauh dari orangtua

Dream - Berprestasi dalam bidang non akademik membuat Amalia Nurtikasari peserta Dream Girls 2015 asal Pekalongan ini, harus bisa menelan pahitnya nilai akademik yang hanya rata-rata dan tidak bisa masuk perguruan tinggi negeri. Langkah selanjutnya dia memilih untuk masuk perguruan tinggi swasta. Namun ia ditawarkan dua pilihan sulit oleh orangtuanya. Pilihan seperti apa? Dan apa yang ia pilih? Jika Anda penasaran silahkan baca kisah inspiratif dari Amalia. Bila Anda suka silahkan beri suara ke Amalia DI SINI

Semerbak aroma hujan pun telah tiba. Rintikan kian menjemput dan hujan pun membasahi seluruh makhluk. Kemarau panjang yang melanda kini telah berakhir, para makhlukpun sejuk kembali, segar kembali dan semangat kembali. Ini keadaan desaku saat ini, setelah sekian lama kering akhirnya basah kembali. " Alhamdulillah" itu adalah kata yang diucap setiap benak, setelah sang Maha Kuasa menguji kami. Namun Dia tak kan pernah lupa akan ganjaran bagi kami yang kuat menghadapi setiap ujian-Nya. Hal itu yang kembali mengingatkanku akan bersyukur.

Pernah suatu ketika, aku lulus SMA dari sebuah SMA ternama, aku merasa bangga. Aku sombong, aku lalai. Dan aku lupa kalau Dia selalu mengawasiku, selalu melihat usahaku selalu memantau segala aktivitasku. Semasa SMA aku tidak rajin beajar. Aku terlalu sibuk dengan hobiku. Memang hobiku membawa prestasi namun tujuan utamaku malah terbengkalai.

Aku lulus dengan nilai yang hampir di bawah rata-rata. Akupun sadar bahwa itu karena usahaku yang tidak optimal, dan akupun jauh dari-Nya. Dan akupun menerima ganjarannya, aku daftar di perguruan negeri yang aku inginkan sama sekali tidak diterima melalui jalur apapun, dari SNMPTN sampai UM. Hasilnya adalah nol besar.

Namun aku sadar itu upahku atas apa yang aku sia-siakan selama ini. Aku menyesal, aku menangis, namun hal itu justru membawa berkah untukku. Aku semakin dekat dengan-Nya, aku selalu meminta kepada-Nya. Setelah seluruh usahaku aku kerahkan, aku pun bertawakal kepada-Nya. Saat itu aku hanya bisa berdoa dan meminta. Apapun keputusan-Nya besok aku mencoba menerima dengan lapang dada. Akhirnya dengan izin-Nya aku diterima disebuah perguruan swasta di Yogyakarta.

Namun Ibu agak takut jika aku melangkah terlalu jauh darinya. Ibu pun memberi dua pilihan untukku. Jika aku kuliah di Pekalongan semua kebutuhanku akan ditangani oleh Ibu dan Bapak, dari kos, kendaraan, media belajar, semuanya akan dipenuhi oleh mereka. Namun jika aku kuliah di Yogyakarta, mereka hanya bisa memberi media belajar saja. Akupun bimbang. Aku bingung ketika itu. Namun aku harus berubah. Aku harus kuat dan aku harus menengok dunia luar. Kuncinya adalah yakin. Akhirnya aku memilih pergi jauh menapakkan kaki, aku memilih kuliah di Yogyakarta. Dengan bekal nekat dan yakin dan satu yang paling utama, adalah doa.

Ketika kaki ini berpijak di Yogyakarta. Di sini aku hanya ditemani kakak sepupu unutk mencari kos. Kami berdua pun mengelilingi daerah dekat kampus dari pagi sampai sore. Sehari itu pun tidak ada hasil apa-apa. Keesokan harinya pun kami lanjutkan mencari kos. Setelah berputar untuk ke sekian kalinya akhirnya aku menemukan sebuah kos kecil. Nah di situ lah aku tinggal, dekat embung Tambak Boyo Yogyakarta.

Aku tidak mencari kos yang mewah, karena aku sadar hidupku masih ditanggung oleh kedua orang tuaku. Dan akupun tahu bagaimana mereka mencari uang. Setiap pagi Bapak ke kantor dan malamnya lembur membuat laporan, dan ibu di setiap subuh harus bangun dan berjualan makanan di warung sembari memasak untuk keluarga. Akupun mencari kos yang murah yang hanya 200 ribu per bulan.

Aku yakin kalau aku pasti bisa mandiri. Aku yakin aku adalah anak Ibu. Dan aku pasti bisa melalui semuanya dengan semua yang telah Ibu bekalkan kepadaku. Satu hal yang selalu Ibu tekankan kepadaku yaitu salat. Akupun tak pernah lupa akan hal itu. Sehari dua hari akupun menjalani hidup di kota orang dan sampai saat ini aku masih bertahan dan justru bertambah kuat berada di sana.

Di tempat yang dulu tak pernah kusangka, di keadaan yang tak pernah terbayangkan, ternyata di balik semuanya Allah selalu Merencanakan sebuah rencana yang lebih istimewa untuk kita. Allah melimpahkan anugerah yang begitu melimpah. Aku dipercaya oleh pemilik kos untuk memegang uang kos. Kemudian aku memiliki sahabat yang amat banyak dan bermacam-macam orangnya, dan akupun menjadi asisten dosen di salah satu mata kuliah di kampus.

Dulu aku tak pernah berfikir sejauh itu namun aku bersyukur dan aku sangat berterimakasih kepada-Nya atas semua anugerah dan rizkinya. Dan kini aku tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku harus sukses dan aku harus membahagiakan kedua orang tuaku yang telah berjuang untukku dan yang telah berdoa demi kelancaranku di setiap sujudnya kepada yang Maha Kuasa. Dan satu hal lagi, aku sangat ingin pergi ke Mekah. Aku ingin bersujud memuja-Nya di tempat yang paling istimewa di bumi ini. Semoga cerita ini dapat menginspirasi sahabat-sahabat semua. Jika ada yang tidak baik jangan diambil. Ambillah yang baik-baik saja.

Beri Komentar