'Bocah-bocah Karang' Penghafal Alquran

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 9 Februari 2017 12:01
'Bocah-bocah Karang' Penghafal Alquran
Di tengah deburan ombak dan siraman sinar jingga sang surya, mereka larut dalam kekhusyukan menghafal Alquran.

Dream - Bocah-bocah itu tengah asyik duduk di atas karang yang terus dihempas ombak. Bukan berfoto selfi, tak ada alat pancing pula di tangan mereka.

Belia-belia itu hanya memegang kitab. Terus berkomat-kamit, membaca dan menghafal. Di tengah deburan ombak dan siraman sinar jingga sang surya, mereka larut dalam kekhusyukan menghafal Alquran.

" Paling senang belajar di pinggir pantai karena hafalannya lebih cepat masuk ke otak," ujar Istiqomah. Remaja putri 13 tahun ini jadi satu di antara bocah-bocah itu. Dia tengah menghafal juz 30.

Sesekali anak-anak itu membuka Alquran yang ada di tangan mereka. Melihat sekilas, lalu menutupnya kembali. Alquran itu lembarannya tak lagi terlihat mulus. Warnanya pun telah menguning, mungkin karena sudah terlalu sering dipakai santri lain atau warisan orangtua.

" Byur," suara itu keras terdengar. Semua menoleh, mencari sumber suara. Ternyata satu dari mereka tercebur ke laut. Saking asyiknya menghafal, bocah lelaki itu sampai lupa batu karang yang dia pijak licin. Sontak, gelak tawa teman-temanya pecah.

Sebelum bencana datang pada November 2015, agama hanyalah sebuah kata yang tercantum di kolom KTP. Lewat lindu, Tuhan semesta alam ini menegur masyarakat di sana. Lebih dari 300 rumah luluh lantak oleh gempa berkekuatan 4,5 skala Richter itu. Umat Islam di sana sadar, mereka sudah memunggungi ajaran Allah.

Tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur'an hadir untuk membantu korban gempa. Tak hanya membangun kembali 200 rumah, tim SIGAB ini juga mendirikan lima saung untuk anak-anak mengaji dan menghafal Alquran.

Usai gempa, Bobanehena jadi kampung wisata religi dengan anak-anak penghafal Alquran di setiap sudut kampung.

" ‎Alhamdulillah, sejak PPPA Daarul Qur'an hadir, desa ini tak lagi banyak pemabuk. Mereka malu, khususnya orang tua muslim yang anak-anaknya mengaji di sini," kata Ustadz Sofyan, pengasuh santri yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk Kampung Qur'an Bobanehena.

Ada senja yang tak bisa dibeli di pantai manapun juga. Sebab, bukan sepotong senja di pantai yang nakal dipenuhi pemandangan menambah dosa. Di sini, senja indah itu disyukuri dengan lantunan ayat-ayat suci Alquran.

Serupa dengan kehidupan anak-anak biasanya, hanya saja para santri penghafal Alquran ini bangun lebih awal. Sebelum fajar berubah jadi pagi, mereka sudah berwudu dan bergegas Sholat Subuh berjamaah.

Mata mereka masih sayu, sesekali juga menguap. Namun, kantuk tak jadi halangan. Mereka juga tak memikirkan harus lanjut bersekolah pukul 06.30 WIT. ‎Yang penting cita-cita menghafal 30 juz bisa terlaksana, biar bikin bangga keluarga.

" Mau bahagiakan orangtua, mau mendapat keberkahan dari Allah. Supaya semua cita-cita bisa tercapai," kata Fardian (15) ‎yang punya impian jadi dokter setelah hafal 30 juz.

Usai Sholat Maghrib berjemaah, mereka mendendangkan shalawat ditingkahi derik jangkrik. Agar sempurna hari-harinya, mereka khidmat mengikuti pengajian hingga selesai shalat Isya berjamaah.

Ada kabar gembira untuk memudahkan para santri menghafal Alquran. PPPA Daarul Qur'an memproduksi Alquran hafalan khusus untuk menghafal. Pada 2017 ini, PPPA menargetkan distribusi 40 ribu Alquran ke seluruh jaringan Rumah Tahfizh dan Kampung Qur’an.

Semangat mencetak lebih banyak penghafal Alquran mendasari program " Sejuta Qur'an Hafalan" . Pengadaan Qur’an ini melibatkan masyarakat luas yang ingin berpartisipasi, melalui sedekah Qur’an.

" Nilai 1 Qur'an hafalan untuk santri penghafal Quran sebesar Rp55 ribu, target setiap bulan kami akan distrubusi sebanyak 3 ribu Quran ke seluruh jaringan Rumah Tahfizh dan Kampung Quran," ujar Ustadz Solehuddin Pengasuh Rumah Tahfizh Center.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

Beri Komentar