Ema Karismayanti: Lalui Cobaan dengan Kekuatan Pikiran

Reporter : Dwi Ratih
Senin, 14 September 2015 19:01
Ema Karismayanti: Lalui Cobaan dengan Kekuatan Pikiran
Mimpi besarnya sempat terkubur ketika ayah tercinta menghadap sang kuasa. Gagal dalam ujian memasuki perguruan tinggi favoritnya, hingga terlunta-lunta di ibukota yang jauh dari sanak keluarga.

Dream - The power of mind atau kekuatan pikiran bisa menjadi sebuah senjata ampuh untuk menaklukan keadaan. Itulah juga  yang menjadi prinsip dari Ema Karismayanti An-Naura dalam menjalani kerasnya kehidupan Jakarta.

Mimpi besarnya sempat terkubur ketika ayah tercinta menghadap sang kuasa. Gagal dalam ujian memasuki perguruan tinggi favoritnya, hingga terlunta-lunta di ibukota yang jauh dari sanak keluarga, membuat gadis kelahiran Sumedang ini jatuh bangun membangun karirnya di berbagai perkantoran.

Bersaing dengan ribuan orang dalam mencari sesuap nasi, membuat Ema sempat galau untuk membuka tutup hijab yang dikenakannya. Setelah melewati pergolakan batin, akhirnya ini memutuskan untuk konsisten memilih jalan hidupnya.

Baca kisah inspiratif Ema selengkapnya di bawah ini. Bila suka dengan kisah tersebut beri suara atau vote pada Ema Karismayanti An-Naura di sini

 

Saya percaya pada kekuatan pikiran. Karena sebuah pikiran yang positif akan memberikan energi yang besar terhadap produktivitas seseorang. Maka ketika kita berpikir kita mampu mencapai puncak gunung tertinggi, secara otomatis otak kita mengirim sinyal yang besar terhadap seluruh anggota tubuh kita. Kita menjadi bersemangat, dan berusaha keras untuk mencapainya.

Namun sebagai seorang muslim sejati, itu semua tetap tidak akan bisa tercapai tanpa doa dan ridha dari Yang Maha Kuasa. Saya teringat pada pepatah sang proklamator " Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh maka akan jatuh di antara bintang-bintang" . Sebagian orang pernah berkata pada saya, " kamu bodoh dan miskin, kalau mimpi jangan tinggi-tinggi. Kalau kamu jatuh, pasti sakit banget loh" .

Untuk sesaat saya sempat drop dan minder. Tapi kemudian pikiran saya bilang, ah itu sih mimpi mereka saja yang terlalu kecil. Saya yakin suatu saat saya pasti bisa menggapai mimpi saya satu persatu.

Dimulai dari mimpi saya saat SMP, saya ingin sekali masuk di sekolah menengah kejuruan favorit di Majalengka pada jurusan Akuntansi. Namun sayang mimpi saya saat itu gagal. Saya malah diterima di jurusan Pemasaran. Di tengah kekecewaan itu saya tetap percaya bahwa ini pilihan terbaik dari Allah SWT.

Di tengah perjalanan dalam meraih mimpi, saya mendapati kenyataan yang cukup pahit. Ayah saya tiba-tiba sakit keras, dan dalam jangka waktu tidak sampai 24 jam ayah telah dipanggil kembali kehadapan Yang Maha Kuasa. Rasa sedih, marah dan kecewa bercampur menjadi satu di dalam hati. Kehidupan seakan hancur dan saya merasa tidak dapat melanjutkan mimpi-mimpi saya tanpa ayah (he is my hero, he treat me like a princess).

Secara perlahan saya menata kembali mimpi-mimpi itu. Saya bertekad untuk berhasil masuk perguruan tinggi negeri (PTN) favorit dengan jurusan Akuntansi, namun lagi-lagi saya gagal. Saya terus mencoba dengan berbagai macam tes jalur masuk PTN, tapi rupanya Allah berkehendak lain atas takdir saya.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta seorang diri dengan harapan mampu menggapai mimpi saya yang lain. Meskipun sebelumnya saya tidak pernah pergi jauh-jauh dari kedua orang tua saya. “ Bismillahirohmanirohim Ya Allah, hamba-Mu yang cantik dan imut ini banyak maunya. Meskipun penuh dosa, hamba mohon bimbingan dan tunjukkan jalan yang lurus untuk meraih mimpi di Jakarta, Amiin!”.

Sempat menganggur tiga bulan, ditambah dengan menjadi korban penipuan salah satu perusahaan swasta, akhirnya mimpi saya tercapai, dengan diterima bekerja di salah grup perbankan terbesar di dunia. Namun pekerjaan itu hanya mampu saya pertahankan selama enam bulan. Padahal saat itu saya baru akan mendaftar kuliah Akuntansi di salah satu perguruan tinggi swasta.

Tak berselang lama, saya akhirnya diterima kembali di salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Tapi keberhasilan yang saya dapat dalam rentang waktu yang cukup singkat membuat saya terlena. Saya melepas hijab saya, berganti dengan pakaian ketat, dress selutut, celana gemes, rambut dicat dan di smoothing. Tidak hanya itu, saya telah keluar jalur cukup jauh.

Hingga suatu ketika saya memutuskan memakai hijab kembali di kantor, namun jika di kampus dan keluar dengan teman-teman saya melepasnya kembali. Menjalani kehidupan seperti itu, membuat saya merasa lelah dan sempat mengalami pergolakan batin. Akhirnya pada saat semester dua saya memutuskan untuk memakai hijab baik di kantor maupun di kampus. Tapi di luar itu saya masih sering melepas hijab.

Setahun berselang, saya merasa hidup seperti mata uang yang mempunyai dua sisi berlawanan. Hingga kemudian saya kembali berpikir dan mencari jati diri yang sesungguhnya. Hijrah yang sesungguhnya bukanlah berpindah dari kampung ke kota, melainkan hijrah adalah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari pribadi sebelumnya. Maka saat itu saya sadar bahwa tugas manusia bukanlah menjadi lebih baik dari orang lain, melainkan menjadi lebih baik dari diri sendiri kemarin, hari ini dan esok.

Mimpi untuk bekerja di bank dunia memang telah pupus, dan saya jatuh di antara bintang-bintang yang berkilau. Mencoba mengikhlaskan semuanya, setahun belakangan saya berkerja menjadi Accounting di Non Goverment Organisation yang menangani permasalahan NAPZA, HIV dan AIDS.

Saya langsung berhadapan dengan masyarakat pecandu dan HIV Positif, mengenal berbagai karakter dari lingkungan sosial ini. Saya juga mengajak beberapa teman-teman saya untuk membentuk kelompok sosial, di mana kami menggalang dana kemudian disalurkan kepada adik-adik kami di beberapa panti asuhan yang membutuhkan. Karena bagi saya sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Mimpi-mimpi saya masih banyak, ingin memberangkatkan haji ibu yang biasa saya panggil mimi. Kemudian menikah, dan menjelajah dunia bersama suami untuk melihat peradaban islam di Eropa. Doakan juga supaya saya tetap istiqamah untuk menjadi muslimah yang lebih baik.

Ingat “ The power of mind, ikhtiar, dan pray.” Pikiranmu mampu merubah dunia!

Beri Komentar