Indonesia Belum Jadi Rujukan Pemikiran Islam Dunia

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 3 Desember 2015 10:45
Indonesia Belum Jadi Rujukan Pemikiran Islam Dunia
Seharusnya potensi muslim yang ada di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk menambah khazanah pemikiran Islam.

Dream - Menyandang status negara muslim terbesar di dunia, perkembangan pemikiran Islam di Indonesia justru belum memadai. Tak heran jika Indonesia hingga saat ini belum bisa menjadi rujukan bagi pemikiran Islam dunia.

Persoalan ini menjadi bahan perbincangan dalam seminar internasional bertajuk 'Globalisasi dan Pengaruh Karya Besar Muhammadiyah dalam Pemikiran Keislaman di Asia Tenggara'. Seminar ini melibatkan para peneliti Islam Ermin Sinanovic, yang menyebut seharusnya potensi muslim yang ada di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk menambah khazanah pemikiran Islam.

" Meski umat Muslim di Indonesia berjumlah 200 juta jiwa, tapi jumlah karya budaya dan buku tidak banyak. Itu tidak bisa memberi pengaruh di pemikiran Islam internasional," ujar Sinanovic dalam diskusi yang digelar di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu, 2 Desember 2015.

Sinanovic menerangkan masyarakat selama ini cenderung menganggap penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan akademisi sebagai penghambat lahirnya karya Islami dari Tanah Air. Padahal anggapan tersebut sepenuhnya keliru. Buktinya, para akademisi di Rusia, Jerman, dan Jepang masih mampu membuat karya dengan bahasa asli mereka.

" Bahasa bukanlah batasan untuk mengutarakan sejumlah pemikiran," kata dia.

Pendapat Sinanovic diamini oleh Dosen Universitas HAMKA, Jakarta, Izzah Rohmi Nahrowi. Dia menyebutkan Tafsir Al Azhar karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) sebagai salah satu karya permikiran Islam yang cukup fenomenal berbahasa melayu.

" Salah satu karya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah-red) berjudul Tafsir Al-Azhar merupakan karya berbahasa Melayu yang dikaji di wilayah Asia Tenggara," jelas dia.

Tetapi, Izzah menyayangkan belum munculnya terjemahan bahasa asing atas karya HAMKA dan dan pemikiran Islam lainnya. Menanggapi ini, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Ahmad Najib Burhani mendorong diterjemahkannya karya-karya serupa dalam bahasa Asing.

" Kita memiliki banyak sekali pemikir yang menuangkan pemikirannya. Ada Gus Dur, Cak Nur, dan HAMKA. Semoga ke depan karya-karya mereka dapat diterjemahkan dalam bahasa asing," pungkas Najib.

Beri Komentar