Brigjen Pol Umar Septono
Dream - Tak hanya soal tugas. Kedisiplinan juga harus diterapkan dalam urusan agama. Tepat waktu salat. Itulah yang disampaikan oleh Kapolda Nua Tenggara Barat, Brigjen Pol Umar Septono, kepada anak buahnya.
“ Telah saya sampaikan, saya taruhkan pangkat dan jabatan saya untuk apa, untuk mempertahankan salat awal waktu berjamaah di masjid,” tutur Umar.
Pria kelahiran Purbalingga, 13 September 2016 ini, mengajak anak buahnya untuk memakmurkan masjid. Menurut dia, mambangun masjid memang berat. Apalagi merawatnya.
“ Tapi yang lebih berat lagi adalah memakmurkan masjid-masjid Allah. Dan hanya orang berimanlah, yang percaya dengan hari akhir yang berangkat ke masjid,” tambah dia.
Simaka selengkapnya di video berikut ini:
Pesan Kapolda Brigjen Pol Drs Umar Septono SH,MH kepada anak buahnya yang Muslim :- Sholat Berjamaah di awal waktu di Masjid.- Laki laki yang tidak sholat di Masjid adalah laki laki yang sholehah (baca : bencong).- Hidupkan Jihad, Jihad Sholat berjama'ah di awal waktu di Masjid...________Siap Ndan...
Posted byLa Ode Abu Hanifaon Thursday, January 7, 2016
(Ism)
Dream - Iyah, 33 tahun, asal Cianjur merupakan potret bagaimana kelompok miskin di Indonesia masih saja terabaikan. Wanita yang merupakan istri dari Andun Suherman, 45 tahun, harus membesarkan tujuh orang putrinya dalam kondisi serba kekurangan.
Bahkan, Iyah sampai memasak batu untuk mengelabui anaknya. Sebab, di rumahnya sudah tidak ada lagi persediaan makanan.
Kisah ini terjadi ketika anak Iyah yang masih kecil merengek lapar. Iyah bingung dan memutuskan memasak batu, berharap anaknya tertidur dan melupakan rasa laparnya.
Kabar tersebut lantas terdengar oleh Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu. Hatinya terenyuh dan segera menemui keluarga Andun dan Iyah.
Guntur lalu memberikan sejumlah bantuan. Tidak hanya makanan, pejabat kepolisian itu juga mengusahakan agar Andun, Iyah dan ketujuh putrinya tinggal di rumah yang layak.
Selama ini, mereka tinggal di gubuk reyot yang berdiri di atas lahan milik orang. Guntur mencoba mendekati pemilik tanah hingga akhirnya sang pemilik tanah merelakan sebagian tanahnya untuk keluarga miskin tersebut.
Guntur membalas kebaikan pemilik tanah dengan menanggung seluruh biaya sertifikasi tanah tersebut. Dalam pengurusan sertifikat dan pemberian bantuan, Guntur dibantu oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Cianjur beserta sejumlah donatur.
(Ism, Sumber: akun fanpage Divisi Humas Mabes Polri.)
Dream - Hari belum terang tanah. Kumandang azan subuh baru saja lewat, di Ahad itu. Di rumah sederhana dalam sebuah gang, Rahmawati sedang berkemas. Istri polisi lalu lintas itu menyisipkan dompetnya ke dalam tas belanja yang tergantung di sepeda motor.
Dari balik pagar rumahnya di Gang 6D, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Gresik, Jawa Timur, Rahmawati mengeluarkan motornya dengan senyap. Dia berusaha tidak membangunkan dua anaknya yang masih terlelap. “ Belanja ke pasar sebentar, pulang sebelum anak-anak bangun,” begitu pikirnya.
Di mulut gang, baru Rahmawati menyalakan mesin motor menuju pasar di Simpang Lima Gresik. Setiba di pasar, pembeli sudah ramai. Mumpung anak-anak libur sekolah, dia ingin memasak agak istimewa.
Terlalu asyik belanja Rahmawati lupa hari mulai terang. Bergegas dia keluar pasar dan memacu motornya pulang. Sial baginya, jarum jam sudah menunjuk angka tujuh. Setiap hari Ahad, jalan Jaksa Agung yang menuju rumahnya ada larangan kendaraan bermotor melintas. Car free dayitu berlaku selama dua jam sejak pukul 06.00 WIB.
Rahmawati panik, khawatir anak-anaknya sudah bangun sementara dia belum sampai rumah. Sementara suaminya pun sedang bertugas pagi itu. Celingak-celinguk, dia mencari jalan alternatif melewati lorong-lorong kecil di belakang Jalan Jaksa Agung Suprapto, menuju rumahnya.
Rahmawati mengarahkan motornya ke sebuah lorong. Saat hendak masuk ke mulut gang, dua polisi lalu lintas yang berjaga mengenalinya. Mereka segera menghampiri istri Aiptu Jailani, sesama anggota polantas di kota itu. Kedua polisi itu faham kesulitan yang sedang dihadapi Rahmawati.
“ Sudah, tak usah lewat gang,” kata salah seorang polisi. Mereka mempersilakan Rahmawati lewat jalan raya itu. Menimbang saran itu, Rahmawati pun mengucap terimakasih dan menjalankan motornya menuju rumah.
Terang saja, semua mata memandang ke arah satu-satunya motor yang melintas itu. Meskipun motor itu berjalan pelan dan menyisir di tepian jalan. Masyarakat yang tengah berolahraga di jalan itu bertanya-tanya. Petugas polantas yang dilewati tak menghiraukan, karena mereka sangat mengenal pengendara motor tersebut.
Baru beberapa ratus meter motor itu melintas, mendadak seorang polantas menghentikannya.Lho…? Rahmawati kaget, lalu menatap wajah sang polisi. Ternyata polisi itu adalah Aiptu Jailani, suaminya sendiri. Tak hanya dinasehati karena melanggar lalu lintas, sang suami juga menerbitkan surat tilang untuk istrinya sendiri.
“ Untungnya istri mau mengerti dan memahami tindakan saya,” kata Aiptu Jailani tersenyum geli saat menceritakan kejadian itu kepada reporter merdeka.com, Moch. Ardiansyah.
Cerita tentang polisi yang menilang istrinya sendiri, segera tersebar di kota santri itu. Obrolan menyebar di warung-warung kopi. Jadi banyolan, tapi juga muncul rasa hormat kepada Pak Polisi Jaelani.
Berita itu segera terekspos di media massa. Komunitas Forum Film Jambi tertarik dan membuat film pendek dengan judul “ Kisah Nyata Polisi Menilang Istrinya.” Sejak diunggah ke jejaring video sosial Youtube akhir Mei 2914 lalu, film itu telah ditonton lebih dari 800 ribu kali!
Dream - Seorang polisi bernama Wazir Arwani Malik mampu mensinergikan antara ilmu forensik dengan sejumlah ayat yang ada dalam kitab suci Alquran.
Penyidik berpangkat Aiptu Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Tengah, yang kesehariannya berkutat di dunia forensik mampu mengaplikasikan ayat Alquran saat melakukan olah TKP terhadap mayat.
Menurut dia, pendekatan teologis dalam hal autopsi sangat membantu untuk memecahkan persoalan forensik yang kerap menjadi tanda tanya.
Apalagi, ketika ia harus memecahkan suatu kasus, seperti mayat yang tidak diketahui identitasnya. Penasaran? Kisah selengkapnya klik di sini. (Ism)
Dream - Sebuah film pendek karya anak bangsa berjudul Different bercerita tentang seorang polisi lalu lintas yang menangkap seorang pengendara motor yang tidak mematuhi aturan lalu lintas jalan raya.
Pengemudi yang terburu buru berusaha berdamai dengan memberikan 'hadiah' berupa uang untuk sang polisi, tapi apa yang dilakukan polisi tersebut pastinya membuat takjub. Film yang berdurasi 3 menit 46 detik ini cukup banyak membuat netizen berharap memiliki sosok polisi pengayom seperti itu.
Film pendek ini dibuat sebagai bentuk kontribusi pada Police Movie Festival 2014 dengan tema Hope and Change. Different berhasil meraih juara ketiga dalam ajang tersebut. (sumber youtube : Rupakata Cinema)
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya