Kegigihan Hijaber Anak Penjual Gorengan Jadi Apoteker

Reporter : Sandy Mahaputra
Jumat, 25 Juli 2014 07:29
Kegigihan Hijaber Anak Penjual Gorengan Jadi Apoteker
Dia adalah salah satu penerima beasiswa BIDIKMISI yang diterima di Fakultas Farmasi UGM melalui jalur SNMPTN 2014.

Dream - Meski punya postur tubuh kecil, semangat hijaber ini untuk terus melanjutkan studi ke perguruan tinggi sangat besar. Dia adalah Galih Putri Wulandari, salah satu penerima beasiswa BIDIKMISI yang diterima di Fakultas Farmasi UGM melalui jalur SNMPTN 2014.

Gadis kelahiran Purworejo, 14 Oktober 1996 ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Galih berasal dari SMAN 1 Purworejo.

Sebelum mencoba mendaftar ke UGM, Galih sempat ragu. Ini cukup beralasan mengingat kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Galih sehari-hari hidup bersama ibu, adik dan kakaknya. Kakak Galuh saat ini juga tengah studi di Jurusan Teknologi Industri Pertanian UGM.

" Sudah sejak 2009 silam bapak meninggal dunia, Mas," kata Galih, ketika dijumpai di rumahnya, Desa Botorejo RT 03/RW III, Bayan, Purworejo.

Kegigihan Hijaber Anak Penjual Gorengan Jadi Apoteker

Srubingah Muji Rahayu, ibunda Galih, sehari-hari bekerja serabutan. Terkadang jualan sayur matang, terkadang jualan gorengan keliling kampung. Penghasilannya sehari rata-rata Rp25 ribu.

Dengan kondisi ekonomi semacam ini sempat membuat Galih ragu-ragu bisa melanjutkan kuliah. Namun, dengan dorongan keluarga serta bimbingan dari guru BP di sekolah akhirnya membuat Galih memilih Fakultas Farmasi UGM dengan beasiswa BIDIKMISI.

" Ya senang dan bangga, Mas. Sebelumnya sempat takut gak bisa nerusin sekolah," katanya.

Fakultas Farmasi UGM adalah pilihan pertamanya. Galih melihat bekerja sebagai apoteker cukup mulia. Bekerja di dunia medis kapan dan dimana pun akan selalu dibutuhkan masyarakat.

Ibunda Galih, Muji Rahayu mengaku bangga dan terharu anaknya bisa diterima di UGM. Sama halnya dengan Galih, Rahayu juga sempat ragu-ragu bisa membiayai anaknya melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Apalagi kondisi kesehatannya kian menurun setelah mata sebelah kiri berkurang penglihatannya. " Mata sebelah kiri ini sudah sulit untuk melihat dengan jelas. Jadi memang mengganggu untuk aktivitas berjualan," kata Rahayu.

Galih memang gadis yang punya semangat tinggi. Bukan hanya ketika ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi namun juga ketika dia bangku SMA. Untuk berangkat ke sekolah Galih harus naik sepeda dari rumahnya hingga pangkalan ojek di jalan raya dengan jarak 3 km.

Setelah itu dia selalu membonceng motor temannya hingga ke sekolah. " Modalnya helm saja mas karena selama SMA saya membonceng motor teman," gurau Galih.

(Ism, Sumber: UGM.ac.id)

 

Beri Komentar