Kisah Para Perawat Jemaah Haji

Reporter : Eko Huda S
Kamis, 22 September 2016 15:04
Kisah Para Perawat Jemaah Haji
Mereka menyaksikan jemaah menolak ibadah, menerima curhat, hingga menyaksikan jemaah wafat dengan mata kepala sendiri.

Dream - Salah satu petugas yang membantu kelancaran proses ibadah haji kemaah asal Indonesia adalah tim kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekah. Mereka membantu jemaah yang sakit dan lansia agar bisa tetap beribadah.

Aulia Maulida dan Miftah Farid. Mereka adalah dua di antara petugas kesehatan itu. Keduanya punya tugas khusus di Mekah. Setiap hari, dalam dua shift, keduanya bergantian dengan dua petugas lainnya mendampingi jemaah haji yang dirawat di KKHI.

Aulia merawat pasien perempuan dan pasien yang mengalami gangguan emosi, sementara Miftah bertugas di pasien laki-laki. Mereka tergabung dalam tim Pembimbing Ibadah Jemaah Udzur (PIJU).

“ Kita membimbing jemaah di sini. Membimbing tayamum, wudhu, salat dan lainnya,” sebagaimana dikutip Dream dari laman kemenag.go.id, Kamis 22 Septemebr 2016.

1 dari 2 halaman

Jemaah Stres Sampai Tolak Ibadah

Jemaah Stres Sampai Tolak Ibadah © Dream

Banyak cerita menarik selama interaksi dengan para jemaah. Mulai dari jemaah yang menolak ibadah, marah-marah, meminta dipijat, sampai menjadi teman curhat jemaah yang tak punya teman dan sanak saudara selama berhaji.

Tak hanya itu, Aulia juga mengurusi pasien yang mengalami gangguan emosional. Tantangan menghadapi mereka tidaklah mudah. “ Harus sering sabar-sabar,” kata mahasiswi yang berkuliah di Yordania ini.

2 dari 2 halaman

Jemaah Wafat di Depan Mata

Jemaah Wafat di Depan Mata © Dream

Cerita serupa diungkapkan Miftah. Baginya, pengalaman tak terlupakan dalam membimbing ibadah para pasien adalah ketika melihat langsung momen duka saat mereka meninggal.

Setidaknya ada tiga pasien yang wafat di depan mata Miftah. Semua meninggalkan kenangan mendalam bagi mahasiswa yang berkuliah di Sudan ini.

“ Ini jadi pelajaran bagi saya. Istilahnya muhasabah diri apa yang kita lakukan bisa bermanfaat. Introspeksi diri juga bahwa umur kita nggak panjang,” terang Miftah.

Selain kesabaran, keduanya juga mendapat tantangan soal pemahaman ibadah. Terkadang, mereka harus berdebat dengan jemaah atau KBIH yang memaksa agar tetap melakukan ibadah padahal kondisinya tak memungkinkan. Tak jarang, mereka harus beradu argumen.

Beri Komentar