Pangeran Ali Bin Al Hussein (Foto: Diplomat.so)
Dream - Terpilihnya Pangeran Ali bin Al Hussein dari Kerajaan Yordania sebagai salah satu anggota komite pada empat tahun lalu, membawa angin segar kepada Federasi Sepakbola Dunia, FIFA, dari segi politik.
Pangeran Ali, 39, memperoleh dukungan luas sebagai seseorang yang membawa pengaruh reformasi di dewan eksekutif FIFA. Namun jika ia memenangkan pemilihan presiden FIFA pada tanggal 29 Mei di Zurich mendatang, pengaruh itu akan berakhir.
Tidak semua orang mendukung gagasan reformasi dan modernisasi di badan pengawas sepak bola dunia itu. Dan Pangeran Ali telah menjadi korban dari intrik politik di Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) sendiri.
Itu berarti jabatannya sebagai wakil presiden sekarang akan diambil oleh Presiden AFC Sheikh Salman Bin Ebrahim Al Khalifa dari Bahrain.
Ali, yang terkenal sopan dan tidak pernah terlihat gagap setidaknya di depan umum, tidak memiliki masalah dengan prinsip itu.
Tapi dia tidak siap untuk berdiri sebagai perwakilan Asia untuk memperoleh jabatan tertinggi di FIFA melalui pemungutan suara oleh delegasi AFC. Masalahnya, AFC masih mendukung Sepp Blatter untuk melanjutkan tugas sebagai presiden tahun lalu.
Ali dan Blatter, yang pernah dekat, secara politik seakan menjadi musuh karena gerakan di belakang layar. Ini juga karena Ali tidak siap untuk duduk kembali dan menjadi anak yang baik sebagai presiden termuda di FIFA. Persaingan pemilihan Presiden FIFA semakin sengit saat Luis Figo mantan pemain Barcelona dan Real Madrid menyatakan mundur dari pemilihan.
Namun dia dengan cepat melihat di mana reformasi harus dilakukan dan sekarang menantang untuk mengubah FIFA dan menggeser Blatter, yang awalnya menyambut dia sebagai sekutu.
" Inilah waktu untuk mengalihkan fokus dari kontroversi administratif dan kembali ke olahraga. Berita utama harus tentang sepak bola lagi, bukan FIFA," katanya saat meluncurkan kampanye pada bulan Januari.
Ali menginginkan FIFA fokus pada olahraga dan harus menjadi organisasi yang lebih terbuka dan transparan.
Sebagai anggota keluarga kerajaan Yordania, dan anak ketiga dari almarhum Raja Hussein, Pangeran Ali adalah pewaris tahta dan telah menikmati hak istimewa sebagai anggota kerajaan.
Tapi dia menggunakan anugerah itu untuk dimanfaatkan, bukannya menyalahgunakannya.
Dididik di Amerika Serikat dan di akademi militer Sandhurst di Inggris, Pangeran Ali adalah seorang bintang gulat dan menjadi presiden asosiasi sepakbola negaranya pada usia 25, yang kini masih dipegangnya.
Saat usia 35 dia menjadi wakil presiden FIFA untuk kawasan Asia. Dia mendirikan mendirikan Federasi Sepakbola Asia Barat agar negara-negara di kawasan itu memiliki suara kuat di FIFA.
Pangeran Ali juga mendirikan Asian Football Development Programme (AFDP) yang menghasilkan banyak pemain berbakat yang merumput di klub-klub besar di wilayah Asia.
Jasa terbesar Pangeran Ali, keberhasilannya mencabut larangan perempuan dan anak perempuan bermain sepak bola sambil mengenakan hijab. (Ism, Sumber: India Times.com)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal