Perjuangan Gigih Pengamen Bekasi Menjadi Ahli IT

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 26 April 2016 19:02
Perjuangan Gigih Pengamen Bekasi Menjadi Ahli IT
Fery hanya mampu sekolah sampai SD. Ekonomi keluarga yang sangat kekurangan memaksa dia untuk mengamen di jalanan.

Dream - Fery Kurniawan, 21 tahun, tumbuh di tengah keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya hanya seorang tukang servis elektronik dengan penghasilan tidak menentu. Dan sang ibu mencari tambahan uang dari berjualan tisu.

Mereka berdua bahu-membahu bekerja demi tujuh orang anak di keluarganya. Salah satunya Fery sebagai anak sulung.

Kondisi keluarga yang serba kekurangan menuntut Fery untuk membantu mengais rezeki. Menjadi pengamen jalanan dilakoninya demi membantu ekonomi keluarga.

Saban hari Fery mengamen di salah satu sudut lampu merah di Kota Bekasi. Tidak jarang, dia mengajak adik-adiknya mengamen, sebagian berjualan tisu demi membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pendapatan yang didapat tak seberapa. Sekadar cukup untuk makan. Dia dan keluarganya bahkan sering terpaksa mengorek tempat sampah demi mendapat makanan sisa yang masih bisa dikonsumsi.

" Kami biasanya mencari di tempat sampah dekat rumah makan Padang," ujar Fery.

Hidup di jalanan sudah dijalani Fery sejak kecil. Karena alasan ekonomi pula, Fery akhirnya hanya mampu menempuh pendidikan sampai lulus SD.

Keinginan untuk melanjutkan pendidikan di ke jenjang SMP tentu ada dalam benak Fery. Tapi, lagi-lagi faktor biaya yang menjadi penentu mimpi itu tidak terwujud.

Merasakan Dingin Penjara

1 dari 2 halaman

Rasakan Dingin Penjara

Rasakan Dingin Penjara © Dream

Menjalani keseharian sebagai pengamen dialami Fery bukan terasa nyaman. Ancaman kerap mengintai dia, seperti terjaring razia yang digelar oleh Satpol PP.

Fery pun kerap merasakan penahanan selama satu bulan dan hanya mendapat makanan sekali dalam sehari. Tidak hanya itu, dia pun pernah tertangkap razia Brimob saat mengamen di Jakarta dan harus menjalani penahanan selama tiga bulan.

Saat berada di dalam tahanan, Fery kerap tidur di lantai yang terdapat banyak pecahan botol berserakan. Dia pun hanya mendapatkan asupan air putih tanpa makanan.

" Makanya saya sekarang kurus, padahal dulu badan saya gemuk," ucap dia.

 

2 dari 2 halaman

Tak Mau Adik-adik Ikut Terjerat

Tak Mau Adik-adik Ikut Terjerat © Dream

Dream - Pelbagai pengalaman buruk yang kerap dia alami membuat Fery tergerak untuk mengubah keadaan. Dia tidak ingin ibu dan adik-adiknya terjerat kemiskinan dan terus berjualan tisu serta mengamen di jalanan.

Dalam benak Fery, pemuda ini sebenarnya punya mimpi untuk menjadi ahli IT. Dia ingin meraih kesuksesan menjadi ahli IT dan melanjutkan pendidikannya serta adik-adiknya.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Fery kini bergabung dengan Rumah Gemilang Indonesia (RGI). Dia tercatat sebagai santri angkatan ke-14 jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Di RGI, Fery mendapat pelatihan tentang dunia komputer selama enam bulan tanpa biaya sepeserpun. Di rumah ini pula untuk pertama kalinya Fery menyalakan komputer.

Dia menjalani pelatihan dengan penuh semangat, serta kerap bertanya kepada instruktur jika mendapati materi yang tidak dia paham. Pelatihan tersebut dijalani Fery lima hari dalam sepekan.

Saat Sabtu dan Minggu, Fery pulang ke rumahnya di daerah Bekasi dan kembali mengamen. Hasilnya dia berikan kepada adik-adiknya dan sebagian digunakan untuk membeli kebutuhan selama di RGI seperti pakaian dan peralatan mandi.

Rasa syukur terungkap dalam diri Fery lantaran RGI telah membangkitkan kembali semangatnya dalam menjalani hidup demi meraih cita-cita. Semua itu demi membahagiakan orangtua dan adik-adiknya.

Sumber: LAZ Al Azhar Peduli Ummat

Beri Komentar