Sugiharto, 16 Tahun Berdakwah dalam Kelumpuhan

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 10 Agustus 2017 06:01
Sugiharto, 16 Tahun Berdakwah dalam Kelumpuhan
Dia lumpuh karena tertabrak bus saat hendak mengaji ke pondok pesantren.

Dream - Kendala fisik tak menghalangi niat Sugiharto membagi ilmu. Dalam keadaan lumpuh, pria berambut panjang itu tetap memberikan pengetahuannya kepada anak di sekitar tempat tinggalnya.

Sugiharto mengalami kelumpuhan karena mengalami kecelakaan di usia 16 tahun. Sugiharto muda saat itu hendak menuju pondok pesantrennya di Cilongok, Banyumas, untuk mengaji.

Tetapi, bus patas yang melintas menabraknya. Melindas tubuhnya. Beberapa rumah sakit menyatakan tak sanggup mengobati kelumpuhannya. Dia pun divonis lumpuh seumur hidup.

Para siswa menunggu giliran untuk mengaji

Meski begitu, Sugiharto tabah. Dia merasa bersyukur karena hanya tubuhnya yang lumpuh.

Ingatannya selama mengaji di pesantren masih utuh. Kedua tangan kurusnya pun masih sigap membuka lembaran Alquran dan kitab-kitab hadist.

Meski kondisinya parah, Sugiharto menolak jadi beban kerabatnya. " Jika ingin membantu, bantu biaya hidup sehari-hari saja," ucapnya lirih seperti dilansir Daarul Quran. 

Sehari-harinya, Sugiharto tinggal bersama Tisem, ibundanya. Tisem bekerja serabutan sebagai pengupas bawang.

Dalam sehari, Tisem hanya bisa mengupas bawang sebanyak tiga kilogram. Tiap kilogramnya dia diupah sebesar Rp1.500.

Hasilnya, tentu saja belum cukup untuk biaya makan sehari-hari. Ditambah lagi, harus membeli obat dan perban Sugiharto.

 

SUGIHARTO, 16 TAHUN BERDAKWAH DALAM KELUMPUHAN Ini sudah tahun ke-16 sejak ia terbaring, terbujur dalam tafakkur. Sebuah kecelakaan menimpanya saat usianya masih muda. Tahun 2002, suatu hari ia sedang perjalanan dari mengaji di pondok pesantren di Cilongok. Naas, sebuah bus patas melindas tubuhnya. Ia mati rasa seketika. Beberapa rumah sakit menyatakan tak sanggup mengobatinya. Ia pun divonis lumpuh seumur hidup. • Sugiharto tabah. Ia bersyukur, hanya tubuhnya yang lumpuh. Alhamdulillah, ingatannya selama mengaji di pesantren masih utuh. Kedua tangan kurusnya pun masih sigab membuka lembaran Al-Qur'an dan kitab-kitab hadist. • " Jika ingin membantu, bantu biaya hidup sehari-hari saja...." , ungkapnya lirih mengingat ia hanya tinggal bersama ibunya yang bekerja serabutan. • Dalam sehari, ibunya, Tisem, hanya bisa mengupas bawang sebanyak 3 kg yang diupah Rp. 1.500 saja per kg. Hasilnya, tentu saja belum cukup untuk biaya makan sehari-hari. Ditambah lagi, harus membeli obat dan perban Sugiharto. • Insyaallah, kitab-kitab pegon yang sangat dirindukan Sugiharto, dipan baru yang segera berganti, juga dukungan program Simpatik Guru akan disalurkan oleh PPPA Daarul Qur’an cabang Yogyakarta. • Ayo Bantu Sugiharto untuk terus berdakwah : #SedekahAja ke ð��³ BSM :700 503 6717 ð��³ Mandiri : 137 000 650 0561 ð��³ BCA : 456 487 3456 An. Yayasan Daarul Qur’an Nusantara Atau klik bit.ly/bantuSugiharto Terimakasih, Bantu Share info ini.. - #bantusugiharto #jogjaberbagi

A post shared by PPPA Daarul Qur'an (@daarul_quran) on

(ism)  

Beri Komentar