Dream - Kasus perundungan bisa terjadi pada anak usia berapa pun. Bukan hanya di kalangan anak usia SMA seperti yang tengah ramai, tapi juga di tingkat SD dan SMP.
Sebagai orangtua tentunya kita tak bisa melindungi anak selama 24 jam. Terutama ketika anak di sekolah dan mulai bergaul dengan teman sebaya.
Bisa jadi anak berada dalam situasi perundungan atau mendapat kekerasan fisik dari teman sebaya seperti pemukulan.
Dalam kondisi ini, orangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik dan diam saja.
Rupanya menurut Melissa Grace, seorang psikolog, dalam situasi tersebut bisa jadi momen membentuk mental anak dan mengajarkannya mencari solusi untuk konflik.
" Strategi ‘Self Protective Behavior’ (perilaku untuk melindungi diri) tentunya bukanlah satu satunya strategi yang dapat diaplikasikan pada semua situasi tanpa terkecuali," ungkap Melissa.
Menurutnya perilaku untuk melindungi diri perlu diajarkan pada anak sejak dini dan dimulai dengan banyak berdiskusi di rumah. Bisa dimulai dengan membahas situasi perundungan seperti yang sedang ramai.
Dari saran Melissa jika anak mendapat pemukulan atau kekerasan fisik lainnya, baik bercanda atau karena alasan tertentu dan anak tak menyukainya, jangan langsung meminta anak untuk membalas.
" Opsi ini dapat dimaknai oleh anak bahwa it is okay untuk menggunakan perilaku kekerasan untuk menyeelesaikan persoalan atau untuk memperoleh tujuan yang ia inginkan," ungkap Melissa.
Nantinya, di kemudian hari mungkin saja anak akan menggunakan cara yang sama dalam menyikapi suatu persoalan atau untuk mencapai keinginannya, meski dengan orang lain atau situasi yang berbeda.
Jangan juga menganggap wajar dan hal biasa jika anak kena pukul dan meminta anak tak terlalu berlebihan merespons atau diam saja. Seringkali orangtua mengabaikan perasaan anak padahal sebenarnya itu sangat menganggunya.
" Di kemudian hari mungkin saja anak akan berpikir bahwa ia layak memperoleh perilaku buruk dari orang lain atau anak dapat tumbuh sebagai pribadi yang terbiasa memendam rasa marah dan emosi negatif lainnya, hanya untuk seolah menyelamatkan sesaat situasi," ungkap Melissa.
Bukan membalas atau diam saja, latih anak untuk speak up hal yang tak disukainya. Bukan hanya pada temannya tapi siapa pun, termasuk pada orangtua sendiri. Ini akan sangat melatih mentalnya.
" Latih anak untuk berani mengatakan pada siapa pun yang berbuat sesuatu yang membuatnya tidak nyaman atau tidak aman. Misalnya, stop saya gak suka," ungkap Melissa.
Jika anak dipukul dan ia sudah mengungkapkan pada teman kalau ia tak suka dan pemukulan berlanjut, minta anak untuk pergi dari lokasi dan mencari orang dewasa di sekitar. Latih anak untuk memberi laporan sesuai dengan fakta yang ia lihat dan rasakan.
Tujuannya adalah meminta bantuan orang dewasa lainnya agar dapat segera bertindak atau memberikan perlindungan segera pada anak. Hal ini mungkin tak bisa diterapkan di segala situasi, tapi anak setidaknya sudah tahu apa yang harus dilakukan.
Bukan menyelesaikan kekerasan dengan kekerasan atau diam saja, tapi mencari solusi terbaik di tengah situasi yang tidak enak butuh mental dan kemampuan berpikir yang cepat. Ayah bunda bisa melatihnya dengan membuat simulasi di rumah dan banyak berdiskusi soal perundungan, agar anak lebih mengerti jika terjebak dalam situasi tersebut.
Sumber: Instagram @melissa_grace
Advertisement