Biar Tak Kebablasan Manjakan Anak, Psikolog Ungkap Cara Mengeremnya

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 3 Maret 2023 08:24
Biar Tak Kebablasan Manjakan Anak, Psikolog Ungkap Cara Mengeremnya
Banyak kasus, anak yang banyak mendapat fasilitas dan dimudahkan oleh orangtuanya, malah berujung petaka.

Dream - Tak ada orangtua yang ingin melihat melihat anaknya mengalami kesusahan. Hal ini membuat kita sebisa mungkin memenuhi kebutuhan anak dari ujung rambut hingga ujung kaki, dengan usaha maksimal.

Rasanya akan sangat menyiksa saat melihat anak kesulitan tapi justru anak-anak membutuhkannya. Dalam tahap perkembangan psikologis, anak butuh mengalami kesulitan, kesedihan dan tantangan.

Hal tersebut untuk membentuk mentalnya jadi lebih kuat dan memiliki kemampuan problem solving atau memecahkan masalah. Sudah banyak kasus, ketika anak sejak kecil sudah dimudahkan dengan berbagai fasilitas dan segala masalah diselesaikan orangtuanya, saat dewasa ia 'gagap' membuat keputusan untuk dirinya sendiri.

Tak hanya itu, kadang malah pemikirannya yang pendek serta merasa selalu ada orangtua yang akan membantu, malah merugikan banyak orang, bahkan mencelakakan.

Lalu bagaimana jika ayah dan bunda selama ini merasa sudah terlalu memanjakan anak? Denrich Suryadi, seorang psikolog profesional, lewat akun Instagram @tanam_benih, menyarankan untuk segera mengubah perilaku memanjakan anak.

" Sebenarnya kita masih punya waktu ya untuk bisa mengubah anak-anak menjadi lebih positif. Nah ini artinya sebagai orangtua perlu berperan aktif untuk menghilangkan treatment kita, menghilangkan perilaku dan sikap kita yang selama ini mungkin tanpa kita sadari membentuk karakter manja pada anak," ujarnya.

 

1 dari 4 halaman

Bisa dimulai dengan membuat anak mandiri. Biarkan anak menyiapkan keperluan dan kebutuhannya sendiri. Bila anak tak melakukannya sendiri, mereka akan merasakan langsung konsekuensinya.

" Mungkin kita perlu membiasakan kepada anak untuk melakukannya sendiri mencobanya sendiri ya. Bahkan kadang-kadang ada orangtua yang membuat anaknya justru menjadi bosan, tidak diajak main, tidak dibelikan mainan namun setelah itu anaknya mencoba mencari cara sendiri untuk bisa menghibur atau bermain," kata Denrich.

Sesekali, biarkan anak mencari cara dan solusi atas keluhannya sendiri. Jangan melulu mengkondisikan anak selalu puas, senang dan mendapatkan segera apa yang diinginkannya.

" Anak tidak selalu harus punya mainan, tidak harus selalu ditemani dan tidak harus selalu punya hal-hal yang akan selalu membuat dia bahagia atau membuat dia senang. Nah ini pastinya butuh usaha orangtua yang cukup keras ya," ungkap Denrich.

Kira-kira ayah bunda bisa menerapkannya pada buah hati atau tidak, nih?

 

2 dari 4 halaman

Merasa Anak Terlalu Manja? Mungkin Ayah Bunda Sering Lakukan Hal Ini

Dream - Berada di mal dan anak menunjuk mainan yang dia inginkan. Sambil merengek, mengiba, bahkan menangis berguling-guling. Sangat sulit memang untuk menghadapi anak dalam situasi seperti ini, tapi orangtua tetap harus memegang kendali.

Selalu menuruti anak, bisa jadi bumerang bagi orangtua. Menumbuhkan sikap manja yang di kemudian hari bisa merugikan bagi anak sendiri saat dewasa, juga orangtua.

" Manja adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak-anak (bahkan orang dewasa) yang tampaknya selalu ingin mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa ada usaha untuk mendapatkannya,” kata Christopher Franz A. Carandang, seorang guru psikologi di Universitas Filipina Diliman dikutip dari SmartParenting.

Konsekuensi memanjakan anak bisa berbahay bagi masa depannya.Anak manja mungkin gagal tumbuh menjadi orang dewasa yang dewasa dan bertanggung jawab yang mampu menjaga dirinya sendiri dan mengendalikan hidupnya dengan cara yang positi.

" Dia mungkin juga mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain karena dia tidak belajar bagaimana mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan orang lain," kata Carandang.

 

3 dari 4 halaman

Indikator Anak Terlalu Dimanja

Apakah ayah bunda terlalu memanjakan buah hati? Ada tanda yang mungkin bisa jadi indikator anak terlalu dimanja.

1. Terlalu sering menawarkan hadiah
Anda mungkin tergoda untuk 'menyuap' anak dengan hadiah setiap kali dia melakukan apa yang disuruh. Seperti, " ayo kerjakan PR nanti kita beli mainan baru" .
Hasilnya memang instan dan anak bisa langsung menurut, tapi di kemudia hari anak akan selalu meminta imbalan atas kewajibanya. Hal itu tentu saja bukan hal baik.

2. Tidak konsisten dengan konsekuensi
Cinta dan kasih sayang orangtua kepada seorang anak kadang membuat kita tak tega untuk memberi hukuman. Terutama ketika anak melakukan kesalahan. Tetapi anak-anak membutuhkan batasan karena itulah cara mereka belajar bagaimana kehidupan. Selalu ajarkan konsekuensi sekecil apapun pada anak. Hal ini akan membuat mereka berpikir dengan pertimbangan yang lebih matang.

 

4 dari 4 halaman

3. Melindungi anak dari emosi negatif

Kapan pun anak kesal karena dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, jangan langsung mengalihkan ke hal lain atau yang dapat menghiburkan. Biarkan anak merasakan emosi negatif yang dirasakannya.

Misalnya, " Mama tahu kakak kesal karena disuruh tidur, tapi di hari sekolah aturan jam malam berlaku, marah tak masalah tapi tidak memukul ya" . Anak perlu tahu bahwa dia merasakan emosi kemarahan, frustrasi, dan kesedihan.

" Dengan mengalaminya, dia akan belajar untuk mengatasinya, alih-alih membiarkan emosinya menguasai dirinya," kata Dr. Laura Padilla-Walker, Direktur Brigham Young University’s School of Family Life.

Beri Komentar