Ibu Menyusui (Foto: Shutterstock)
Dream - Masuknya virus corona (Covid-19) ke Indonesia, pastinya menimbulkan kekhawatiran. Terutama para ibu yang masih menyusui dan baru saja melakukan perjalanan dari negara-negara dengan kasus corona yang cukup tinggi.
Mungkin banyak yang penasaran, bagaimana bila ibu menyusui terkena virus corona. Apakah harus tetap menyusui? Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan AyahASI membuat panduan singkat bila ada kasus ibu menyusui yang positif corona, berdasarkan informasi dari UNICEF.
Semua ibu yang terdampak dan berada di wilayah berisiko serta menunjukkan gejala demam, batuk atau kesulitan bernapas, harus segera mencari bantuan medis dan mengikuti petunjuk dari petugas kesehatan.
Karena pertimbangan bahwa menyusui dan ASI tidak memiliki peran signifikan dalam penyebaran virus pernapasan lain, maka ibu dapat terus melanjutkan menyusui, sambil melakukan semua tindakan pencegahan yang diperlukan.
Untuk ibu yang memiliki gejala tapi masih bisa menyusui, tindakan pencegahan yang dimaksud adalah memakai masker ketika berada di sekitar anak. Termasuk ketika sedang menyusui), mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan anak (termasuk menyusui), dan membersihkan/memberi desinfektan pada permukaan yang terkontaminasi.
Hal tersebut sebagaimana seharusnya dilakukan untuk tiap kali seseorang yang telah dikonfirmasi atau dicurigai terkena COVID-19 berinteraksi dengan orang lain, termasuk anak anak.
Jika kondisi ibu terlalu payah atau harus diisolasi maka disarankan untuk memerah ASI dan memberikannya ke anak melalui cangkir dan/atau sendok bersih. Tetap jaga kesehatan, Sahabat Dream!
Sumber: AIMI
Dream - Selama menyusui, ibu harus lebih hati-hati dan selektif dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Hal ini untuk menghindari paparan zat negatif yang bisa dikonsumsi bayi melalui air susu ibu (ASI).
Bukan hanya asupan sehari-hari, begitu juga obat medis. Selalu konsultasikan dengan dokter jika ingin mengonsumsi obat tertentu. Pasalnya, zat dalam obat bisa langsung berdampak bayi.
Bagaimana dengan ibu menyusui yang memakai narkoba? Seperti kasus Medina Zein, pengusaha yang baru saja melahirkan 9 September 2019 lalu. Melalui pemeriksaan polisi, ia diketahui positif mengonsumsi sabu-sabu.
Padahal, bayinya yang masih berusia 3 masih butuh ASI. Lalu apa dampaknya jika seorang ibu yang menyusui, memakai narkoba?
Dikutip dari KlikDokter, sabu atau metamfetamin dan senyawa turunananya yaitu amfetamin dapat menyebabkan sederet gejala yang sangat fatal. Antara lain, halusinasi, agitasi, kejang, psikosis, hipertensi, hipertermia, jantung berdetak lebih cepat, bergantung dengan dosis yang digunakan.
Efek samping obat tersebut menyebabkan ibu yang mengkonsumsi metamfetamin cenderung tidak bisa merawat bayinya.
Metamfetamin dapat dikeluarkan melalui air susu ibu ke bayi dalam jumlah besar. Jika tak ingin bayi juga terpapar metamfetamin, jarak antar menyusui dengan dosis terakhir metamfetamin harus setidaknya 48 jam.
Konsentrasi narkotika jenis ini mencapai 2,5 x lebih banyak saat dikeluarkan di air susu daripada jumlah di dalam cairan tubuh ibu. Pernah terdapat satu kasus kematian bayi setelah menyusu dari ibu pengguna metamfetamin.
Amfetamin senyawa turunan metamfetamin dapat menurunkan kadar hormon prolaktin sehingga menyebabkan produksi air susu ibu berkurang.
Bayi yang menyusu dari ibu pecandu narkotika jenis ini cenderung lebih sering gelisah, rewel dan sering menangis. Metamfetamin tidak aman dipergunakan saat kehamilan karena dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan berat badan bayi lahir rendah.
Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN