Ilustrasi
Dream - Kondisi autoimun pada anak seringkali baru disadari terlambat. Biasanya hal ini karena pada beberapa kasus, sangat sulit dideteksi dan gejalanya mirip dengan penyakit lain.
Autoimun sendiri terjadi akibat reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Pada kondisi ini, sistem imun yang seharusnya menjaga imun tubuh dan melindungi tubuh justru berbalik menyerang tubuh.
Gejala penyakit autoimun pada anak biasanya bersifat umum atau tak spesifik. Tak jarang diagnosis penyakit autoimun pada anak membutuhkan waktu yang lama.
Dikutip dari KlikDokter, sampai saat ini, penyebab pasti sistem imun tubuh bereaksi berlebihan masih belum diketahui.
Faktanya, ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab seseorang memiliki penyakit autoimun, yaitu genetik, hormonal, lingkungan, dll. Ada banyak jenis penyakit autoimun pada anak yang sebenarnya sering terjadi. Berikut beberapa di antaranya.
1. Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA)
Penyakit ini terjadi pada 1 dari 1.000 anak dan lebih sering terjadi pada anak perempuan. Pada kondisi ini, sistem imun tubuh menyerang sendi, tepatnya di synovial membrane. Akibatnya muncul peradangan pada sendi. Apabila tidak diterapi, kerusakan sendi dapat terjadi. Gejala JIA meliputi, rasa nyeri, kemerahan dan bengkak pada sendi, kekakuan pada sendi, kesulitan untuk bergerak dan beraktivitas.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem imun anak menyerang sel-sel tubuh pada bagian pankreas, sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin. Penyakit ini membutuhkan terapi insulin seumur hidup untuk mengontrol gula darah anak.
Hingga 2017, penyakit ini telah terjadi terjadi pada 1-2 dari 10.000 anak. Gejala diabetes tipe 1 pada anak, antara lain rasa haus yang sering muncul, sering sekali buang air kecil, cepat lapar, berat badan turun, dan sering lemas.
3. Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP)
Penyakit autoimun pada anak ini menyerang keping darah (trombosit), sehingga kadar keping darah dalam tubuh menurun. Penyakit ITP terjadi pada 3-8 dari 100.000 anak.
Keping darah berperan dalam proses pembekuan darah. Itu sebabnya jika kadar keping darah rendah, akan muncul gejala perdarahan seperti bintik-bintik merah atau lebam di kulit, mimisan, atau perdarahan gusi. Pada anak perempuan yang sudah memasuki menstruasi, kondisi ini bisa ditandai dengan jumlah darah haid yang lebih banyak dibandingkan dengan normalnya.
Lupus merupakan salah satu penyakit autoimun pada anak yang sering dibicarakan. Lupus paling sering terjadi pada remaja putri dan wanita usia muda. Penyakit ini dapat menyerang berbagai organ, seperti kulit, sendi, mulut, sistem saraf, jantung, paru, ginjal, dan darah.
Gejala penyakit lupus umumnya berupa ruam berwarna merah atau keunguan berbentuk mirip kupu-kupu (ruam malar) yang terdapat pada pipi dan hidung.
Muncul ruam diskoid. Ruam ini berwarna kemerahan dan disertai dengan pengelupasan kulit. Biasanya dijumpai pada pipi, hidung, sekitar bibir, dan cuping telinga.
Kerap mengalami sesak napas, batuk-batuk, dan nyeri dada. Sariawan di mulut lebih dari satu dan tidak nyeri. Kulit mudah merah atau terbakar bila terpapar sinar matahari.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Anak-anak sebagian besar merasa sangat takut dengan jarum suntik. Padahal, prosedur medis satu ini mau tak mau harus dilakukan saat vaksinasi atau prosedur pemeriksaan darah.
Banyak yang menangis, histeris atau bahkan kabur saat harus berhadapan dengan jarum suntik. Penting bagi orangtua untuk membuat pengalaman anak dengan jarum suntik jadi tidak 'menyeramkan'.
Salah satunya adalah dengan menerapkan trik untuk meminimalisir rasa nyeri yang dialami anak. Bagaimana caranya? Untuk bayi yang masih menyusu, sangat disarankan untuk disusui atau menggendongnya saat divaksin.
Menyusu saat vaksin menurut penelitian cukup efektif untuk mengurangi level nyeri yang dirasakan bayi. Sementara untuk anak yang lebih besar, alihkan perhatiannya dengan menonton video atau minta ia bernyanyi.
" Minta anak untuk bernyanyi lagu favoritnya, dokter juga biasanya akan membuat suasana jadi menyenangkan, yaitu meminta anak menarik napas secara dalam lalu mengeluarkannya lewat mulut seperti meniup lilin saat ulang tahun," ujar Dina kulik, seorang dokter anak.
Teknik pernapasan ini sangat membantu meminimalisir level nyeri, bahkan pada orang dewasa. Hal yang tak kalah penting adalah tanamkan pada anak, suntikan atau jarum saat mengambil darah adalah demi kesehatannya.
" Saat ambil darah, ceritakan pada anak kalau darah tersebut telah mengalir dalam tubuhnya lalu diambil dan akan ditaruh di mikroskop untuk dilihat apakah ada virus nakal di dalamnya atau tidak. Biasanya cerita seperti ini akan membuatnya sangat tertarik dan terkesan," kata Dina.
Hindari juga menakuti anak dengan dokter dan jarum suntik. Pada banyak anak, hal tersebut malah menimbulkan trauma hingga dewasa.
Sumber: Today Parents
Tembok Putih di Rumah Selalu Kinclong, Lakukan Perawatan Rutin
Mona dan Indra Brasco Ungkap Awal Ketahui Putrinya Mengalami Depresi
Darurat Cacar Monyet, Dan Kematian Itu Makin Akrab
2 Tutorial Kerudung Citra Kirana, Auto Cantik dan Menawan!
OOTD Hijab Nuansa Pink Zaskia Adya Mecca, Terlihat Lebih Muda bak ABG
Doa Upacara 17 Agustus 2022, Naskah untuk Peringatan Hari Kemerdekaan RI
Dikira Batang Kayu, King Kobra Raksasa Ternyata Lagi Telan Bulat-Bulat Ular Piton Besar
Pesona Karen Vendela, Wanita yang Batal Dinikahi Boy William, Begini Nasibnya Sekarang
Mengintip Huawei MatePad Pro, Tablet Gahar 11 Inchi Performa Rasa PC