Bayi Keluarkan Cairan di Payudaranya Mirip ASI? Ketahui Faktanya

Reporter : Astri Agustina
Kamis, 2 Oktober 2025 19:06
Bayi Keluarkan Cairan di Payudaranya Mirip ASI? Ketahui Faktanya
Keluarnya cairan menyerupai ASI pada bayi baru lahir adalah hal yang normal dan biasanya bersifat sementara.

DREAM.CO.ID - Beberpa bayi setelah lahir mengeluarkan cairan menyerupai Air Susu Ibu (ASI) dari payudara. Kondisi ini mungkin membuat panik dan bingung para orangtua baru.

Nah, para ayah bunda penting mengetahui kondisi tersebut. Pasalnya, kondisi yang banyak dianggap aneh ini sebenarnya umum terjadi dan biasanya tidak berbahaya.

Dokter Kresnawati Setiono dari Alodokter mengatakan bahwa kondisi ini dikenal dengan istilah medis galaktore neonatal atau witch’s milk, dan dapat terjadi pada bayi laki-laki maupun perempuan. 

" Kondisi yang dialami anak anda disebut sebagai galaktorea. Galaktorea adalah cairan seperti susu dari puting susu namun berbeda dengan air susu yang diproduksi ibu menyusui," kata dr. Kresnawati. 


1 dari 2 halaman

Biasanya, cairan tersebut keluar dari puting bayi dalam jumlah kecil selama beberapa hari atau minggu pertama setelah lahir. Fenomena ini diperkirakan terjadi pada sekitar 5 hingga 10 persen bayi baru lahir. 

Bayi Baru Lahir Diisolasi karena Perawatnya Positif Covid-19


Kondisi ini tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Orangtua cukup menjaga kebersihan area payudara bayi dan tidak memencet atau menekan puting, karena bisa menyebabkan iritasi atau infeksi.

Jika cairan terus keluar setelah bayi berusia lebih dari dua bulan, atau jika terdapat tanda-tanda lain seperti pembengkakan hebat, kemerahan, atau demam, orang tua disarankan segera membawa bayi ke dokter.


2 dari 2 halaman

" Sewaktu hamil, hormon estrogen ibu masuk ke bayi melalui plasenta. Hal ini  dapat menyebabkan pembesaran jaringan payudara dan mungkin terkait dengan keluarnya cairan susu dari payudara bayi. Hal ini dapat dialami oleh bayi laki-laki ataupun bayi perempuan," kata dr. Kresnawati.

" Jika diketahui penyebabnya, maka diobati penyebabnya. Jika pada bayi yang akibat estrogen ibu, tidak perlu tindakan atau terapi khusus untuk hal ini," sambung dia. 

Penyebab utamanya adalah pengaruh hormonal dari ibu selama kehamilan. Meski begitu, pengamatan tetap perlu dilakukan agar kondisi yang tampaknya sepele ini tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.

Beri Komentar