Dream - Bagi pasangan suami istri, biasanya banyak hal yang jadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk memiliki atau menambah anak. Seperti ekonomi, pendidikan, pekerjaan, hingga aspek psikologis.
Menunda kehamilan pun dilakukan, harapannya agar hadirnya anak dalam keluarga bisa terencana dengan baik sehingga pengasuhan lebih berkualitas.
Bukan hanya dengan menggunakan alat kontrasepsi, tapi juga pembekuan sel telur. Di negara tetangga Singapura, sedang terjadi peningkatan signifikan jumlah perempuan muda berusia 21 hinggga 37 tahun yang melakukan pembekuan sel telur.
Fenomena ini dipicu oleh pelonggaran peraturan pada bulan Juli, yaitu membolehkan perempuan berusia antara 21 dan 37 tahun menjalani prosedur pembekuan sel telur secara elektif.
Langkah ini diambil untuk memberikan pilihan lebih luas kepada perempuan, terutama yang menunda pernikahan dan kehamilan hingga usia yang lebih lanjut.
Pusat kesuburan terkemuka seperti Monash IVF Singapura dan Thomson Medical Center melaporkan lonjakan permintaan yang signifikan sejak pelonggaran peraturan tersebut.
Monash IVF Singapura, misalnya, telah melakukan 20 prosedur pembekuan sel telur, yang mencapai dua kali lipat dari jumlah bulan Juli. Sementara itu, Thomson Medical Center melaporkan lebih dari 70 prosedur serupa dalam lima bulan terakhir.
Tidak hanya klinik-klinik tersebut yang mengalami lonjakan permintaan, tetapi juga banyak pertanyaan informasi yang meningkat sekitar 50 persen. Para dokter di Mount Elizabeth Fertility Centre menerima sekitar 100 pertanyaan dalam beberapa bulan terakhir, mayoritas berasal dari wanita lajang yang merasa cemas dengan risiko sulitnya punya anak di kemudian hari karena pertambahan usia.
“Terutama usia 37, kelompok pasien ini sudah mulai menelepon dan bertanya tentang apa yang perlu mereka lakukan dan kapan mereka harus mulai menemui dokter,” kata MsIrene Yuan, perawat senior di bagian kesuburan.
Pembekuan sel telur memberikan opsi mempertahankan kesuburan, hanya pasangan yang menikah yang diizinkan untuk menggunakan sel telur tersebut untuk keperluan reproduksi. Oleh karena itu, penting bagi perempuan muda untuk mempertimbangkan opsi ini lebih awal.
Dr. Suresh Nair, pendiri Monash IVF Singapura, menekankan pentingnya tidak menunda keputusan untuk memulai keluarga. “Penekanan utama kami adalah melihat keadaan dan mendorong calon pasien untuk tidak menunda melahirkan anak (kecuali) karena alasan medis. Permintaan masuk akal lainnya adalah jika pasien belum menemukan seseorang yang cocok untuk memulai sebuah keluarga,” ujar Nair.
Para dokter menekankan bahwa pembekuan sel telur bukanlah jaminan keberhasilan. Faktor usia masih menjadi kendala utama, dan memulai proses ini lebih awal memberikan peluang lebih baik. Pembekuan sel telur dianggap sebagai langkah awal, dan keberhasilannya bergantung pada kondisi dan usia individu yang menggunakannya.
Untuk harga pengambilan sel telur di Singapura sekitar S$10.000 atau sekitar Rp116,6 juta dan belum termasuk biaya penyimpanan sel telur tahunan. Para dokter mengatakan bahwa meskipun melahirkan anak di usia yang lebih muda masih lebih bermanfaat, dengan adanya Undang-Undang baru ini berarti perempuan di Singapura kini memiliki lebih banyak pilihan.
“Saya pikir hal ini sangat memberdayakan perempuan muda untuk memiliki pilihan memikirkan kesuburan di kemudian hari. Ini seperti membeli polis asuransi. Mereka berharap mereka tidak perlu menggunakannya. Setidaknya ketika sel telur sudah dibekukan, jika benar-benar membutuhkannya, mereka punya beberapa pilihan,” kata dr Anupriya Agarwal, dari Mount Elizabeth Fertility Centre.
Sumber: Channelnewsasia.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN