Dream - Ramai di TikTok dan media sosial lainnya, video seorang ibu yang memperlihatkan metode baru untuk mengawetkan air susu ibu (ASI) dengan cara diproses menjadi bentuk bubuk. Metode ini dikenal dengan sebutan freeze-drying.
Untuk membuatnya, ASI yang diperah dan masih berbentuk cair dikirimkan melalui coller box, lalu kemudian diolah dengan mesin khusus untuk diubah bentuknya menjadi bubuk.
ASI bubuk ini diklaim bisa lebih tahan lama dalam freezer, mencapai 3 tahun dan lebih hemat tempat di kulkas. Juga mudah dibawa kemana pun karena bentuknya dalam wadah mungil dan tinggal diseduh dengan air hangat saat ingin dikonsumsi.
Dari video yang diunggah akun Tiktok @natasha.surya, layanan tersebut baru disediakan oleh Milk's Journey.
Komentar dan kritikan pun ramai di kolom komentar unggahan tersebut. Terkait hal tersebut. dr. Utami Roesli, spesialis anak, yang juga menjabat sebagai Kepala Satuan Tugas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, (IDAI) angkat bicara.
Menurut dr. Utami, pembekuan ASI yang lazim dilakukan pada praktik rumahan telah diteliti dan dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein, seiiring lamanya penyimpanan beku.
Lalu bagaimana dengan freeze-drying yang mengubah ASI menjadi bubuk?
" Dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui. Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI," pernyataan dr. Utami, dalam unggahan di Instagram dr. Tan, @drtanshotyen.
Ia juga menjelaskan metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI menjadi bentuk bubuk (teknik lyophilization) dilakukan dengan tujuan memperpanjang umur simpan ASI dari semula 6 bulan di dalam freezer menjadi 3 tahun.
Proses freeze-drying meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrem yaitu -50 derajat celcius selama 3 sampai 5 jam. Lalu ASI beku diubah menjadi bubuk menggunakan teknik sublimasi yaitu transisi ekstraksi air selama 2 hari, dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair.
Menurut dr. Utami, terkait keamanan dan nilai nutrisi pada ASI bubuk yang telah melewati proses tersebut belum diketahui secara detail, karena butuh riset yang lebih mendalam.
" Metode ini adalah temuan yang relatif masih sangat baru, belum lengkap pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC (Central of Disease Control), AAP (American Academy of Pediatric atau FDA (Food and Drug Administration Amerika Serikat)," ungkapnya.
Dokter Utami mengingatkan para orangtua untuk berhati-hati dan tidak gegabah memberikan produk ASI bubuk pada bayi. Terutama pada bayi yang memiliki kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.
" Zat aktif yang jadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze drying. Produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan," ungkap dr. Utami.
Ia juga mengingatkan kalau pemberian ASI terbaik adalah dengan menyusui bayi langsung dari payudara. Pasalnya, dalam proses tersebut bukan sekadar memberi asupan nutrisi, tapi juga membuat ikatan antara ibu dan bayi, membuat anak merasa nyaman dan aman, serta memberi ketenangan pada bayi.
" Menyusui bukan sekadar memberikan ASI," pesan dr. Utami.
Sumber: Instagram @drtanshotyen
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN