Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang

Reporter : Editor Dream.co.id
Rabu, 20 Maret 2024 12:12
Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang
Ternyata saat bermain, anak perempuan cenderung perfeksionis dan takut gagal karena tekanan yang diberikan kepada mereka.

1 dari 13 halaman

 Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang

 Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang © Sudah Jadi Ibu, Psikiater Ingatkan Jangan Sampai Lupa 4 Hal Ini Shutterstock

2 dari 13 halaman

© Ternyata saat bermain, anak perempuan cenderung perfeksionis dan takut gagal karena tekanan yang diberikan kepada mereka. Shutterstock

Dream - Bermain bagi anak bukan sekadar bersenang-senang. Lewat bermain, anak belajar banyak hal. Mulai dari stimulasi fisik, motorik, kognitif hingga membantu perkembangan mentalnya.

3 dari 13 halaman

© Saran Dokter Anak, Mulai Ajarkan Si Kecil Berbagi di Usia Balita Shutterstock

Momen bermain juga jadi hal yang sangat penting untuk melatih kreativitas anak. Hal inilah yang membuat banyak orang mengatakan kalau tugas anak anak-anak adalah bermain.

4 dari 13 halaman

Ada sebuah fakta penting yang diungkap lewat studi berjudul Play Well 2024 Research yang melibatkan lebih dari 61.500 orangtua dan anak usia 5 hingga 12 tahun di 36 negara termasuk Indonesia. Ternyata saat bermain, anak perempuan cenderung perfeksionis dan takut gagal.

Dari penelitian diketahui bahwa kepercayaan diri dan kreativitas anak perempuan dipengaruhi oleh societal pressure (tekanan sosial) yang menuntut mereka untuk senantiasa menjadi sempurna. Hal tersebut membuat kepercayaan diri kreatif mereka menurun.

5 dari 13 halaman

© Dream

Kepercayaan diri kreatif adalah keberanian untuk mencoba dan menerima kegagalan saat mengembangkan ide baru, yang dapat memengaruhi anak-anak hingga dewasa. 

6 dari 13 halaman

Studi mengungkap bahwa bahkan anak perempuan berusia lima tahun sudah mengalami penurunan kepercayaan diri kreatif akibat tekanan untuk mencapai kesempurnaan dan pengaruh bahasa sehari-hari.

Pada usia muda ini, tiga perempat (76%) merasa percaya diri dalam kreativitas mereka, namun hal ini menurun seiring bertambahnya usia. Dua pertiga dari semua anak perempuan sering merasa khawatir untuk berbagi ide mereka.

7 dari 13 halaman

Pada usia muda ini, tiga perempat (76%) merasa percaya diri dalam kreativitas mereka, namun hal ini menurun seiring bertambahnya usia. Dua pertiga dari semua anak perempuan sering merasa khawatir untuk berbagi ide mereka.


Hal ini diperberat oleh beban perfeksionisme dan kecemasan akan membuat kesalahan (72%). Anak perempuan berusia 5 hingga 12 tahun mengatakan bahasa yang mereka dengar membuat mereka merasa seolah-olah mereka tidak diperbolehkan untuk bereksperimen dan melakukan kesalahan (71%), atau memperkuat kebutuhan akan kesempurnaan (73%).

8 dari 13 halaman

Lalu sebanyak 80 persen mengatakan bahwa mereka akan lebih berani untuk mencoba hal-hal baru jika kesalahan yang diperbuat justru dipuji lebih banyak sebagai peluang untuk belajar, dan anak perempuan mengatakan bahwa mereka merasa terdorong oleh pujian growth-mindset seperti 'imaginatif', 'berani', dan 'menginspirasi'.

9 dari 13 halaman

Bangun Kepercayaan Diri Anak

Untuk membantu keluarga dalam menumbuhkan kepercayaan diri kreatif melalui kekuatan bermain dan bahasa sehari-hari, peneliti parenting yang berlatar belakang Harvard dan penulis terlaris Jennifer B Wallace bekerja sama dengan The LEGO Group meluncurkan panduan parenting " 10 Steps to Fostering Creative Confidence"

10 dari 13 halaman

© Ternyata saat bermain, anak perempuan cenderung perfeksionis dan takut gagal karena tekanan yang diberikan kepada mereka. Lego

Dalam panduan ini, Ia memberikan tips tentang cara menumbuhkan kepercayaan diri kreatif, seperti menjadi lebih sadar akan stereotip gender saat berbicara tentang ide-ide kreatif.

11 dari 13 halaman

Misalnya, menggunakan kata-kata seperti " jenius" , " pintar" dan " berani" untuk mendeskripsikan pekerjaan anak laki-laki, atau " cantik" , " lucu" dan " cantik" untuk mendeskripsikan pekerjaan anak perempuan.


Sebagai gantinya, Wallace menyarankan untuk menggunakan campuran kata-kata tersebut, dan mendorong anak-anak untuk bertanya dan mempertanyakan stereotip sosial ini. Selain itu bisa selalu menstimulasi anak dengan bermain brick seperti Lego untuk membuat mereka lebih berani melakukan eksplorasi.

12 dari 13 halaman

© Dream

Secara khusus di Indonesia dan dari 643 anak yang disurvei, penelitian mengungkapkan bahwa 96 persen mengatakan bahwa bermain LEGO membantu anak perempuan mengatasi ketakutan akan melakukan kesalahan.

13 dari 13 halaman

Sebanyak 97 persen merasa lebih percaya diri dalam keterampilan kreatif mereka, dan 96 persen merasa ini membantu mereka belajar bahwa kemajuan lebih penting daripada kesempurnaan.

" Melalui proses membangun dan merakit kembali LEGO bricks, ini membentuk fondasi bagi kepercayaan diri kreatif, keberanian, dan keyakinan diri. Ini adalah kunci, karena ketika anak perempuan memiliki ruang dan kebebasan untuk mengekspresikan diri secara penuh, mereka menjadi tak terhentikan," ujar Alero Akuya, VP Brand Global di The LEGO Group dalam siaran pers yang diterima Dream.

Beri Komentar