Tren Chroming yang Dilakukan Anak Remaja di Media Sosial, Bisa Berujung Kematian

Reporter : Editor Dream.co.id
Sabtu, 15 Juni 2024 16:20
Tren Chroming yang Dilakukan Anak Remaja di Media Sosial, Bisa Berujung Kematian
Chroming merupakan tantangan menghirup aroma dari produk-produk rumah tangga atau pun bahan kimia lain.

1 dari 10 halaman

Tren Chroming yang Dilakukan Anak Remaja di Media Sosial, Bisa Berujung Kematian

Tren Chroming yang Dilakukan Anak Remaja di Media Sosial, Bisa Berujung Kematian © Chroming merupakan tantangan menghirup aroma dari produk-produk rumah tangga atau pun bahan kimia lain. Shutterstock

2 dari 10 halaman

© Chroming merupakan tantangan menghirup aroma dari produk-produk rumah tangga atau pun bahan kimia lain. Shutterstock

Dream - Ada banyak tren tantangan atau challenge yang berkembang di media sosial. Banyak yang mengarah ke hal positif tapi juga banyak yang berupa tantangan mematikan atau ke arah negatif.

3 dari 10 halaman

© Chroming merupakan tantangan menghirup aroma dari produk-produk rumah tangga atau pun bahan kimia lain. Shutterstock

Sebagai orangtua dan memiliki anak remaja yang sudah mulai bermain media sosial, penting untuk mengetahui tren-tren tantangan tersebut. Salah satu yang harus diwaspadai yaitu tren tantangan chroming atau chroming challenge.

4 dari 10 halaman

© Lebih dari separuh generasi berusia 18 hingga 34 tahun memilih untuk tidak memiliki anak. Shutterstock

Chroming merupakan tantangan menghirup aroma dari produk-produk rumah tangga atau pun bahan kimia lain. Banyak dilakukan anak remaja hanya untuk menjawab rasa penasaran dan ikut eksis di media sosial.

5 dari 10 halaman

Bisa Berdampak Fatal

Akhir-akhir ini, chroming jadi tren dan viral di media sosial, terutama Tiktok. Ada kasus anak 13 tahun asal Australia meninggal karena mengikuti tren ini. Lalu pada 2 Maret 2024 lalu di Inggris ada anak lelaki yang juga meninggal karena menghirup zat kimia beracun dan ikut tren chroming.

“Chroming adalah tindakan menghirup bahan kimia atau uap dengan sengaja dengan tujuan agar mabuk atau keracunan,” kata Kelly Johnson-Arbor, ahli toksikologi medis di National Capital Poison Center.

6 dari 10 halaman

© Gadis asal provinsi Sichuan terobsesi dengan pacarnya sehingga dia membuat hidup mereka berdua menjadi mimpi buruk. Shutterstock

Chroming memang bukan hal baru, bentuknya saja berbeda. Tren ini menjamur di Tiktok sejak awal 2024 lalu. Menghirup bahan kimia dari produk-produk rumah tangga seperti lem, cat aerox, dan lain sebagainya memang bisa bikin mabuk.

7 dari 10 halaman

Hal itu membuat anak remaja yang penuh rasa penasaran mencoba ikut tren berbahaya satu ini.

“Chroming merupakan tindakan ilegal yang dikategorikan sebagai salah satu penyalahgunaan zat kimia larut yang mudah menguap. Ini (chroming) adalah metode yang berbahaya untuk menjadi mabuk,” kata Betty Choi, seorang dokter anak.

8 dari 10 halaman

Anak Remaja Banyak Gunakan Spidol dan Cat Semprot

Johnson Arbor, seorang ahli medis di Washington DC menyebutkan ada beberapa bentuk chroming, yaitu sniffing (menghirup uap langsung dari wadah, misalnya botol nail polish remover), bagging (menghirup uap, seperti semprotan pengharum ruangan langsung dari wadahnya), dan huffing (menghirup bensin, cairan korek api, atau uap lain yang direndam dalam kain). Ia mengungkap kalau metode huffing adalah yang paling berbahaya.

9 dari 10 halaman

© Chroming merupakan tantangan menghirup aroma dari produk-produk rumah tangga atau pun bahan kimia lain. Shutterstock

“Uap seringkali lebih pekat ketika direndam dalam kain atau disemprotkan ke dalam tas, menghirup bahan kimia dengan metode ini dapat meningkatkan jumlah asap yang dihirup dan menyebabkan tingkat keracunan yang lebih tinggi,” katanya.

10 dari 10 halaman

Menurut Arbor, produk yang biasanya dipakai gen-z buat chroming adalah cat semprot dan spidol yang mudah dibeli. Biasanya, remaja ikutan tren chroming karena ingin diakui oleh teman, atau sebagai bentuk pemberontakan remaja.

“Produk-produk ini juga kemungkinan besar tidak akan menarik perhatian para guru, orang tua, pengasuh, atau penegak hukum,” kata dokter Arbor.

Laporan Salma Rihhadatul Aisy/ Sumber: Parents

Beri Komentar