Sebuah tim terdiri dari tiga ahli paleontologi, dua di antaranya dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan satu lagi dari Muséum national d'Histoire naturelle, telah menemukan sisa-sisa fosil dua spesies lamprey besar dari zaman Jurassic di timur laut Tiongkok.
Dalam makalah mereka yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, Feixiang Wu, Philippe Janvier, dan Chi Zhang menjelaskan lokasi penemuan fosil, kondisinya, dan ciri-ciri lamprey kuno.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa lamprey, sejenis vertebrata akuatik dengan kemiripan bentuk seperti belut, tanpa rahang dan memiliki mulut berbentuk pengisap, pertama kali muncul sekitar 360 juta tahun yang lalu.
Lamprey masih tersebar luas di lautan dunia dan beberapa lingkungan air tawar hingga saat ini. Awalnya berukuran kecil, hanya beberapa sentimeter. Namun seiring waktu, ukuran mereka bertambah besar dan mencapai lebih dari satu meter panjangnya
Pengetahuan tentang sejarah evolusi makhluk ini terbatas karena jarangnya penemuan fosil. Namun, dalam penelitian terbaru ini, dua fosil yang mewakili dua spesies yang berusia sekitar 160 juta tahun ditemukan oleh para peneliti. Temuan ini membantu melengkapi beberapa informasi yang sebelumnya belum terungkap dalam sejarah evolusi lamprey.
Kedua fosil tersebut ditemukan di Biota Yanliao, sebuah formasi batuan yang menghasilkan banyak fosil makhluk purba.
Kedua spesimen tersebut digambarkan dalam kondisi sangat baik, sehingga memungkinkan para peneliti untuk mempelajari makhluk tersebut dari kepala hingga ekor.
Spesimen yang lebih besar dikenal sebagai Yanliaomyzon occisor, memiliki panjang sekitar 58 sentimeter.
Sementara yang lebih kecil disebut Yanliaomyzon ingensdentes, dengan ukuran sekitar 28 sentimeter.
Kedua spesies ini ditandai dengan jumlah gigi yang signifikan, dengan fosil yang lebih besar memiliki 16 gigi, sedangkan fosil yang lebih kecil memiliki 23 gigi.
Para peneliti mencatat bahwa struktur mulut, gigi, dan bagian penahan lidah pada keduanya menunjukkan bahwa keduanya cenderung melekat pada mangsanya. Selain menghisap darah, mereka juga menghilangkan jaringan untuk kemudian dikonsumsi.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN