Izin suami diperlukan jika tindakan istri berhubungan langsung dengan hak suami, kesepakatan bersama, atau kemaslahatan keluarga.
Izin suami diperlukan jika tindakan istri berhubungan langsung dengan hak suami, kesepakatan bersama, atau kemaslahatan keluarga.
Dream - Islam mengajarkan kepada umatnya, terutama para istri tentang betapa pentingnya izin kepada suami. Hal ini demi mencapai kebaikan, kemaslahatan, dan kehormatan dalam sebuah keluarga.
Menurut Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc, MA, yang merupakan pengasuh pondok pesantren Mahasna Darul Qur'an wal Hadits mengatakan bahwa izin suami diperlukan jika tindakan istri berhubungan langsung dengan hak suami, kesepakatan bersama, atau kemaslahatan keluarga.
Izin kepada suami juga perlu dilakukan oleh seorang istri ketika hendak melakukan amalan-amalan agar tidak menimbulkan dosa.
Bahkan ajaran tersebut juga telah dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi.
Apa saja amalan yang ketika tidak izin kepada suami bisa mendatangkan dosa? Berikut penjelasannya sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.
Berikut adalah beberapa amalan yang istri yang harus meminta izin suaminya terlebih dahulu agar tidak mendatangkan dosa:
Amalan yang pertama adalah puasa sunah. Misalnya saja puasa Senin-Kamis.
Amalan ini memang dianjurkan untuk umat Islam. Namun, bagi perempuan yang sudah bersuami, maka harus meminta izin suaminya terlebih dahulu.
Hal ini karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang kepada istrinya dan merupakan bagian dari sunah. Sunah itu tentunya bisa dilakukan jika suami berada di kota tersebut.
Namun, jika suami sedang bepergian, maka istri diperbolehkan untuk berpuasa karena tidak ada ajakan untuk bersenang-senang dari suaminya.
Berbeda jika puasanya adalah puasa wajib seperti puasa Ramadan, nazar, dan kafaroh. Maka tidak perlu meminta izin suaminya.
Selain itu, jika akan melakukan puasa qadha atau mengganti puasa, maka seorang istri harus tetap meminta izin kepada suaminya. Karena puasa itu masih memungkinkan untuk ditunda.
Amalan berikutnya yang harus izin kepada suami adalah bersedekah. Karena seorang istri ketika akan mengeluarkan apapun dari rumahnya, maka harus izin kepada suami terlebih dahulu.
Abu Umamah Al-Bahali mengatakan:
" Aku mendengar Rasulullah saw pada khutbahnya di hari Hajjatu Al-Wada bersabda: '(Istri) tidak boleh mengeluarkan sesuatu pun dari rumah suaminya kecuali atas izinnya.' Dikatakan Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah, samapi pun makanan?' Ia adalah harta benda kita yang paling baik, jawab Rasulullah."
Ketika istri izin kepada suaminya saat akan bersedekah, maka barulah bisa mendatangkan pahala sempurna dan tidak mengurangi pahala suaminya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dari Aisyah ra:
" Jika perempuan (istri bersedekah dari rumah suaminya, maka dia mendapatkan pahala sepertinya. Bagi suaminya mendapatkan seperti itu, juga untuk yang menjaga (hartanya), masing-masing tidak mengurangi pahala yang lainnya, dia (suaminya) mendapatkan apa yang diusahakan dan istri mendapatkan apa yang tlah dia sedekahkan."
Berhubungan intim bagi suami dan istri adalah sunah nabi. Namun, ketika istri menolak ajakan tersebut tanpa alasan yang jelas, maka bisa mendatangkan dosa.
Rasulullah saw bersabda:
" Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, tidak ada seorang laki-laki yang memanggil istrinya ke tempat tidur lalu dia menolaknya kecuali bahwa yang ada di langit murka kepadanya (istri) sampai suaminya meridhainya (istri)."
Terkait dengan hadis di atas, Imam Nawawi mengatakan bahwa haid bukanlah uzur yang membolehkannya menolak, karena suami berhak untuk bersenang-senang dengan istri pada bagian atasnya.
Rasulullah juga bersabda:
" Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, tidaklah seorang perempuan melaksanakan hak Tuhannya hingga dia melaksanakan hak suaminya. Jika dia (Suami) meminta dirinya saat dia pada perjalanan pendek, maka dirinya tidak boleh menolak,"
Meski begitu, suami juga harus memerhatikan bagaimana kondisi istrinya. Karena dalam sebuah rumah tangga Islam dilarang adanya pemaksaan. Karena hubungan suami-istri yang baik akan tercipta kerukunan.
Advertisement