Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Dream - Menyandang status sebagai difabel tak sepatutnya menciutkan nyali seorang anak dalam berkarya. Dengan niat mengasah keterampilan, anak difabel juga mampu menciptakan karya seni luar biasa.
Seperti yang dilakukan oleh tiga sahabat dari Bandung, Hendra Gunawan, Fatur Ridho, dan Claudia Panca. Mereka meluncurkan merchandise eksklusif spesial seri anniversary Starbucks yang ke-17.
Berbekal kemampuan memakai software komputer, mereka mendesain koleksi tumbler dan tote bag yang sangat menarik.

" Untuk membuat karya ini, pertama-tama digambar. Terus discan atau difoto. Kemudian di-trace dengan aplikasi Adobe Illustrator," papar Hendra di acara Starbucks 17th Anniversary, Jakarta, Senin 13 Mei 2019.

Ketiga desainer grafis dari komunitas The Special ID itu menciptakan koleksi yang berbeda sesuai dengan imajinasi masing-masing.
Seperti Hendra dan Fatur yang berangkat dari rasa cinta mereka terhadap klub sepak bola dan hobi traveling. Lalu, ada Claudia yang terinspirasi dari kucing jalanan.

" Lihat kucing di belakang rumah aku lihatin, dari situ kepikiran untuk gambar. Ada kucing yang lagi menyusui, ada yang ngantuk, main, makan, ada pula yang lagi berantem. Padahal sebenarnya aku enggak punya kucing di rumah," ujar Claudia.
Kepiawaian mereka dalam mengoperasikan komputer juga diakui oleh sang pelatih. Meski berkebutuhan khusus, ketiga desainer ternyata sangat mahir memainkan software.
" Dari awal kita ada tes bakat, kelihatan potensi mereka di otak kanan. Diasah dengan interaksi komputer pun sangat cepat karena mereka generasi muda milenial. Mengenai software, kelebihan mereka adalah lebih fokus dan cepat memahami," tutur Firli Herdiana, Founder The Special ID.

Komunitas yang digawangi oleh Art Theraphy Center Widyatama itu berfokus pada pelatihan anak berkebutuhan khusus di bidang seni rupa dan musik.
" Di kalangan anak-anak ini, ternyata minat terbesarnya ada di kesenian. Mereka cenderung memakai otak kanan. Kami pun berpikir bahwa harus ada lembaga resmi yang mengakomodir minat mereka untuk jadi creativepreneur," ujar Anne Nurfarina, Director of Art Therapy Center Widyatama.
Dengan adanya wadah bisnis dan berkarya, Anne berharap anak-anak berkebutuhan khusus tak lagi dipandang sebelah mata. Bersama-sama, mereka melawan stigma anak difabel yang selalu bergantung kepada orang lain.

" Kita fasilitasi mereka, style-nya tidak kita ganggu gugat. Mereka harus hidup selayaknya manusia pada umumnya, mendapat income dan terbiasa membangun kemandirian secara finansial," imbuh dia.
Advertisement
Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi