Pinru 13 Di Stadion Kanjuruhan (Foto: Bola.com)
Dream - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memastikan puluhan minuman keras (miras) oplosan yang ditemukan di dekat Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, bukan milik suporter. Dari pengakuan pemiliknya, minuman tersebut akan digunakan sebagai bahan pembuatan obat sapi.
" Itu bukan untuk diminum. Itu untuk sesuatu yang lain. Itu sudah dibawa dua dus, dibawa sama Labfor. Kalau teman-teman Komnas HAM ingin tahu lebih banyak," kata Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam kepada wartawan, dikutip dari Merdeka.com, Kamis, 13 Oktober 2022.
Menurut Anam, minuman yang dikira Miras sebanyak dua dus itu ditemukan di gedung Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Gedung Dispora diketahui terletak di Stadion Kanjuruhan, tempat terjadinya tragedi kericuhan yang membuat 132 orang meninggal dunia.
Ketika menelusuri asal muasal minuman tersebut, Anam memastikan tim dari Komnas HAM bertemu langsung dengan pemiliknya. Informasi lain juga diperoleh dari pihak yang bertanggung jawab di gedung Dispora.
" Memang itu UMKM, semacam UMKM gitu, memproduksi untuk pengobatan sapi," jelas Anam.
Dari penjelasan pihak Dispora, dus berisi botol Miras itu dititipkan pemiliknya di kantor Dispora karena akan dibawa ke Jakarta.
Sebelumnya, polisi menemukan puluhan botol miras tersebut di seputaran Stadion Kanjuruhan. Ada pula botol miras yang ditemukan di pintu-pintu keluar. Barang bukti itu pun telah diamankan pusat laboratorium forensik (Labfor).
" Sampel miras yang saat ini sedang dianalisa dan diperiksa Labfor," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo saat dihubungi, Sabtu, 8 Oktober 2022.
Tercatat setidaknya ada sekitar 46 botol miras oplosan yang ditemukan.
" Sebanyak 46 botol miras oplosan ukuran 550 ml,11 botol yang sedang diperiksa labfor," ucap Dedi.
Penemuan botol miras ini merupakan buntut dari tragedi maut Kanjuruhan yang terjadi seusai laga Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan.
Berdasarkan data terbaru yang dilaporkan, korban meninggal dunia hingga kini berjumlah 132 jiwa.
Dream - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebut pemicu utama tragedi Kanjuruhan, Malang yang menelan 132 korban jiwa adalah gas air mata. Penilaian itu dibuat Komnas HAM dari hasil hasil investigasi sementara atas tragedi Stadion Kanjuruhan,
Hasil temuan Komnas HAM menemukan fakta massa terlihat masih terkendali 20 menit usai peluit panjang tanda pertandingan antara Arema Malang vs Persebaya berakhir. Kala itu para pemain Arema menyampaikan permintaan maaf seperti selama ini menjadi tradisi klub ketika dilanda kekalahan.
Sikap para pemain ini disambut penonton yang turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan untuk memberikan semangat.
" Ao ini salam satu jiwa! jangan menyerah! suasana masih terkendali. Ini terkonfirmasi," kata Anam saat menyampaikan konferensi pers terkait hasil investigasi sementara tragedi Stadion Kanjuruhan, di Jakarta, dikutip dari Merdeka.com, Rabu, 12 Oktober 2022.
Situasi berubah menjadi memanas dan memicu kepanikan ketika massa suporter digeruduk petugas. Kondisi makin tak terkendali ketika muncul tembakan gas air mata saat jam menunjukan pukul 22.08 lewat 59 detik.
Waktu kejadian tersebut, lanjut Anam, menjadi penanda sekaligus pemicu insiden yang dilaporkan menelan 132 korban jiwa dan ratusan orang lainnya luka-luka.
" Penembakan gas air mata pertama kali ditembak ke tribun selatan pada 22.08.59 WIB, angka ini penting untuk mengukur kapan gas air mata itu. Sebab itu pemicu utama yg menyebabkan korban jiwa dan luka," ucap dia.
Kesimpulan sementara ini didukung sejumlah bukti yang telah dikumpulkan Komnas HAM mulai dari dokumen hingga keterangan beberapa saksi.
" Kami dengan pendalaman yang kami punyai mulai dari rencana pengamanan, prakondisi, beberapa dokumen sampai dokumen kunci kami sampai detik ini," ujarnya.
" Pemicu dari jatuhnya banyak korban adalah gas air mata, termasuk yang ke tribun," ujar Anam.
Selain soal tembakan gas air mata, Anam juga mengungkapkan temuan lain saat kericuhan terjadi di Stadion Kajuruhan. Suporter diketahui sempat melemparkan sepatu ke lapangan karena tak kuat mendapatkan semprotan gas air mata.
" Jadi kami menemukan banyak sepatu di lapangan karena kepanikan gas air mata yang tadinya di tembakan ke lapangan lalu ke tribun. Sebagai senjata ketidakberdayaan makanya sepatu dipakai," ujarnya.
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online