Moeldoko Pastikan Ada Sanksi untuk Polisi yang Represif pada Demonstran

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 25 September 2019 19:30
Moeldoko Pastikan Ada Sanksi untuk Polisi yang Represif pada Demonstran
Dianggap tak sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.

Dream - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, memastikan polisi yang bertindak represif kepada demonstran bakal mendapat sanksi. Tindakan represif polisi, kata Moeldoko, tidak sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo.

" Pasti (ada sanksi). Yang pertama (aparat) pasti dievaluasi, pasti dievaluasi. Yang kedua, pasti anak-anak di lapangan yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak proporsional, karena perintah presiden proporsional dan profesisonal," ucap Moeldoko, dikutip dari Merdeka.com, Rabu, 25 September 2019.

Menurut Moeldoko, Jokowi telah meminta evaluasi tindakan polisi. Sebab, tindakan itu dinilai mengganggu masyarakat. " Terhadap hal-hal yang di luar itu ditanyakan tadi, akan kita evaluasi, dimana letaknya titik krusialnya dimana. Sehingga terjadi peristiwa seperti itu," ujar dia.

Moeldoko juga menyayangkan intimidasi polisi terhadap sejumlah jurnalis. Dia mengatakan, tindakan represif polisi terhadap massa aksi demo karena ambang batas kesabaran dan emosi.

" Psikologi di lapangan itu, satu menghadapi psikologi massa. Psikologi massa itu juga punya ambang batas kesabaran, juga punya ambang batas emosi, dia juga punya ambang batas kelelahan dan seterusnya," ucap dia.

1 dari 5 halaman

Orangtua Faisal Amir Bakal Melapor ke Komnas HAM

Dream - Siti Asmah Ratu Agung, akan melaporkan ke Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) terkait kondisi anaknya, Faisal Amir, yang kritis saat demonstrasi di depan Gedung DPR, Selasa, 24 September 2019.

Mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia itu ditemukan penuh luka di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

" Saya akan lapor Komnas HAM, Presiden, Kapolda supaya diusut," kata Asmah dilaporkan Liputan6.com, Rabu, 25 September 2019.

Seperti yang diketahui, Faisal mengalami pendarahan di otak dan retak di batok kepalanya. Selain itu, tulang bahu Faisal juga patah.

Tubuh Faisal penuh dengan memar. Dokter di Rumah Sakit Pelni menyebut, luka itu akibat benturan benda tumpul.

" Itu kata dokter. Berarti anak saya sepertinya diperlakukan semena-mena," ujar dia.

Asmah menyayangkan tindakan represif terhadap anak keduanya itu.

" Kami rakyat ini harus dilindungi. Apalagi ini ingin menyampaikan aspirasi rakyat. Kenapa diperlakukan seperti ini," ujar dia.

Faisal menjalani serangkaian operasi selama 8 jam di Rumah Sakit Pelni. " Operasi dilakukan kemarin dari jam 8 malam sampai jam 5 subuh," ucap dia.

Sumber: Liputan6.com/Ady Anugrahadi

2 dari 5 halaman

Mahasiswa Al Azhar Faisal Amir Meninggal? Hoax! Ini Kondisinya

Dream - Beredar kabar mahasiswa Al Azhar Indonesia, Faisal Amir meninggal dunia. Dari foto yang beredar tampak kepalanya penuh luka. Kabar itu dipastikan hoax alias palsu. 

Komisioner Komnas HAM, Amiruddin mengatakan, kondisi Faisal saat ini masih dalam penanganan tim dokter Rumah Sakit Pelni, Jakarta.

" Saya sudah lihat langsung tadi, satu tentang Faisal yang banyak beredar di mana-mana katanya meninggal, ternyata tadi saya temui langsung bersama dengan ibunya, saya lihat tadi sudah tertangani dengan baik," ujar Amir di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Rabu 25 September 2019.

Amir mendoakan agar kondisi Faisal cepat pulih dan bisa kembali melakukan aktivitas seperti sediakala. " Mudah-mudahan cepat pulih," ucap dia.

Faisal Amir, mahasiswa Universitas Al Azhar

Faisal Amir, mahasiswa Universitas Al Azhar (Foto: Istimewa)

Faisal ditemukan oleh teman-temannya dalam keadaan luka parah di kepala dan bahu. Dia harus menjalani serangkaian operasi terhadap luka yang dideritanya.

Saat ini, Faisal sudah melewati masa kritisnya. " Semalam 01.30 dioperasi. Alhamdulillah masa kritisnya sudah lewat. Tadi pagi juga operasi bahunya. Sekarang lagi istirahat," kata Dekan Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, Yusuf Hidayat dikutip dari laman Merdeka.com.

3 dari 5 halaman

94 Pendemo DPR Dibekuk, Ada Pembawa Bom Molotov

Dream - Polda Metro Jaya mengamankan puluhan massa pengunjuk rasa di depan gedung DPR/MPR RI, Selasa 24 September 2019 kemarin.

" Kami sudah mengamankan beberapa orang, itu lebih kurang jumlahnya 94 orang," ujar Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono di Jakarta, Rabu, 25 September 2019.

Gatot mengatakan, polisi saat ini masih menyaring apakah mereka benar-benar mahasiswa atau bukan. " Masih dalam proses pemeriksaan, kami akan pilah-pilah dari mana mereka ini," ucap dia.

Dia mengatakan, pendemo yang diamankan itu ada yang membawa bom molotov. " Bawa bom molotov adalah seorang pelajar dan sudah kita amankan di Polres Jakarta Barat," kata dia.

Lebih lanjut, Gatot mengimbau kepada mahasiswa dan semua pihak yang hendak melakukan unjuk rasa sebaiknya memperhatikan aturan yang ada, seperti tidak boleh berunjuk rasa lebih dari pukul 18.00 WIB.

Selain itu, jenderal bintang dua ini meminta pendemo senantiasa menjaga ketertiban dan juga tidak merusak fasilitas umum ketika melakukan unjuk rasa.

" Unras boleh disampaikan, aspirasi boleh tapi saya yakni betul bahwa adik-adik mahasiswa cerdas, lakukan dengan cara-cara cerdas," ujar dia.

4 dari 5 halaman

Buntut Bentrok Demo DPR, Mahasiswa Pendarahan di Otak

Dream - Rumah Sakit Pusat Pertamin (RSPP), Jakarta menerima 90 mahasiswa yang menjadi korban ketika aksi unjuk rasa di DPR RI pada Selasa, 24 September 2019.

Direktur RSPP, dr. Kurniawan Iskandarsyah mengatakan, dari 90 mahasiswa, 3 diantaranya masih menjalani perawatan intensif dan salah satunya masuk ruang ICU.

" Yang kita temui trauma tumpul, yang akibatkan kompresi dari tulang tengkorak daerah parietal kanan, yang sebabkan pendarahan di dalam otak pada selaput sub paranoid," ujar Kurniawan, Rabu, 25 September 2019.

Meski demikian, pihak rumah sakit belum dapat memberikan identitas ketiga korban itu.

" Kami belum bisa beri info nama, kami harus izin keluarga, sementara 3 orang ini laki-laki dengan usia 1 orang 19 tahun dan yang 2 orang 20 tahun," ucap dia.

5 dari 5 halaman

Observasi

Kabid Humas RSPP, Agus W Susetyo mengatakan, korban yang dirawat di ruang ICU saat ini dalam keadaan baik dan stabil.

" Tidak mendapatkan support nafas, support hemodinamik atau tekanan darah, pasien full penuh sadar," kata Agus.

Saat ini, RSPP masih melakukan observasi selama 24 jam ke depan untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

Selain itu, korban yang dirawat lainnya mengalami trauma benda tumpul di kepala. Kondisinya pun saat ini dalam keadaan stabil.

" Yang ketiga yang trauma tulang belakang juga baik dengan cosposmentis kesadaran penuh," ujar dia.

Ketiga pasien tersebut saat ini mendapat perawatan penuh oleh dokter syaraf, untuk proses kesembuhannya.

" Untuk yang di ICU ditangani oleh dokter spesialis bedah syaraf dan dokter syaraf, neurologi. Untuk yang luka tulang belakang ditangani oleh ahli ortopedi dan yang satu lagi yang trauma kepala itu ditangani dokter syaraf," kata Agus.

Beri Komentar