(Foto: Independent)
Dream - Aung San Suu Kyi, mantan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang kini jadi Presiden Myanmar, kembali kehilangan penghargaan yang pernah diterimanya.
Holocaust Memorial Museum di Amerika Serikat mencopot penghargaan Elie Wiesel Award yang telah diberikan karena menganggap Suu Kyi tidak bisa berbuat banyak terkait aksi pembersihan etnis dan genosida yang dilakukan terhadap minoritas Muslim di negaranya.
Selama 12 bulan terakhir ini muncul berbagai laporan tentang kekejaman yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya. Akibatnya, lebih dari 700 ribu etnis Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Masyarakat internasional telah berulang kali meminta Suu Kyi, pemimpin Myanmar dan peraih Nobel, untuk menghentikan pembunuhan dan pembersihan yang oleh PBB digambarkan sebagai kasus pembersihan etnis 'di atas kertas'.
Melalui Twitter, Holocaust Memorial Museum mengumumkan pencopotan gelar tersebut. Sementara di situs resminya Holocaust Memorial Museum menjelaskan alasannya mengapa mereka mencabut penghargaan yang diterima Suu Kyi pada tahun 2012.
We rescinded Aung San Suu Kyi's Elie Wiesel Award on March 6, 2018. Read our letter to her explaining the decision. #Burma #Rohingya https://t.co/ZtK6AR7pte
— US Holocaust Museum (@HolocaustMuseum)March 7, 2018
Dream - Tidak hanya mengumumkan lewat Twitter, Holocaust Memeroial Museum juga menjelaskan panjang lebar soal keputusan tersebut di situs resmi mereka.
" Berdasarkan perjuangan yang telah Anda kobarkan selama ini terhadap pemerintahan militer yang diktator, dan juga pesan kebebasan dan HAM yang telah Anda sampaikan kepada rakyat Myanmar, kami merasa terhormat untuk memberikan Elie Wiesel Award pertama kepada Anda pada tahun 2012.
" Namun, dengan penuh penyesalan bahwa kami sekarang mencabut penghargaan tersebut. Kami melakukan ini bukan tanpa alasan yang mendalam," bunyi pernyataan Holocaust Memorial Museum di situs resminya.
Disebutkan bahwa Holocaust Memorial Museum telah melakukan investigasi mendalam tentang pembunuhan minoritas Muslim oleh militer Myanmar sejak tahu 2013.
Investigasi tersebut terus berlanjut hingga tahun 2015. Namun Suu Kyi dan pemerintahannya tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk mengurangi kekerasan yang terjadi.
" Sayangnya selama lima tahun terakhir situasinya semakin buruk dan tampaknya tidak bisa dipertahankan lagi bagi populasi Rohingya," lanjut pernyataan tersebut.
(Sah/Sumber: The Independent)
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta