Ilmuwan Jerman Temukan Samudera Di Dalam Bumi
Dream - Lautan menutupi 71% permukaan Bumi. Laut memainkan peran penting dalam siklus kehidupan dengan mengedarkan air melalui atmosfer.
Tapi tahukah kalian bahwa di dalam perut Bumi ini diduga juga terdapat lautan dengan siklus air yang cukup unik?
Penemuan oleh seorang profesor Goethe University ini didapatkan setelah tim ilmuwan internasional meneliti inklusi pada berlian.
Inklusi pada berlian atau diamond inclusion ini adalah semacam 'tanda lahir' yang sering ditemukan pada berlian.
Tanda lahir ini merupakan hal yang normal dan hanya terlihat pada bagian dalam, bukan di bagian permukaan berlian.
Ketika melakukan penelitian terhadap inklusi pada berlian ini, tim ilmuwan Goethe Institute, Jerman, yang dipimpin Profesor Frank Brenker menemukan cairan padat di dalamnya.
Sebelumnya, lapisan batas antara mantel atas dan bawah Bumi dikenal sebagai transition zone (TZ) atau zona transisi (TZ). Zona ini terletak antara 410 dan 660 kilometer di bawah permukaan.
Di zona dengan suhu dan tekanan ekstrem hingga 23.000 bar inilah tercipta mineral yang disebut dengan olivin yang umumnya dikenal sebagai peridot.
Peridot yang berada di kedalaman 410 kilometer di bawah permukaan Bumi atau di tepi atas TZ akan berubah menjadi wadsleyite. Sementara peridot yang berada di kedalaman 520 kilometer akan berubah menjadi ringwoodite.
Setelah mengalami pemanasan dalam suhu dan tekanan tinggi, wadsleyite dan ringwoodite ini akan memadat hingga terbentuklah berlian yang kemudian ditambang oleh manusia.
Namun dalam proses pemadatan yang memerlukan waktu yang tidak sebentar, ringwoodite ini pada akhirnya akan menjadi inklusi dalam berlian.
Menurut Profesor Brenker, air dibawa ke bawah permukaan Bumi di lapisan subduksi. Lapisan ini tercipta ketika lempeng samudera longsor di bawah lempeng benua.
" Lapisan subduksi di dalam mantel akan membawa sedimen laut ke interior Bumi. Sedimen ini dapat menampung air dan CO2 dalam jumlah besar," terang Profesor Brenker.
Profesor Brenker kemudian membuktikannya dengan menganalisis berlian dari Botswana, Afrika. Berlian itu berasal dari kedalaman 660 kilometer. Di antara zona transisi dan mantel bawah, di mana mineral dominannya adalah ringwoodite.
Berlian dari lokasi ini sangat langka, bahkan jumlahnya hanya 1% dari semua berlian. Studi menemukan bahwa berlian itu memiliki kandungan air yang tinggi karena adanya banyak inklusi ringwoodite. Tim peneliti juga mampu menetapkan komposisi kimia dari berlian tersebut.
Kandungannya hampir persis sama dengan hampir setiap fragmen batuan mantel yang ditemukan di basal di mana pun di dunia. Ini menunjukkan bahwa berlian itu pasti berasal dari potongan normal mantel Bumi.
" Penelitian ini menunjukkan bahwa zona transisi bukanlah spons kering, tetapi berisi air dalam jumlah yang cukup besar.
" Studi ini juga membawa kita selangkah lebih dekat ke dongeng Jules Verne tentang samudera di dalam Bumi. Bedanya, di bawah sana tidak ada samudra, melainkan batuan hidrous," sambungnya.
Ringwoodite pertama kali terdeteksi dalam berlian yang muncul dari zona transisi pada awal 2014. Brenker juga terlibat dalam penelitian itu. Namun, mereka tidak bisa menentukan komposisi kimia yang tepat dari berlian tersebut karena terlalu kecil.
Namun inklusi dalam berlian dari Botswana cukup besar untuk memungkinkan meneliti komposisi kimianya dengan tepat, dan ini memberikan konfirmasi akhir dari hasil awal penelitian di 2014.
Sumber: ScitechDaily