Demi Sang Ayah, Lu Menggemukkan Badan (Foto: Shanghaiist)
Dream - Seorang bocah sebelas tahun dari Provinsi Henan, China, Lu, makan lima kali sehari. Dia melakukan itu demi sang ayah yang sedang sakit.
Dikutip laman Shanghaiist, Selasa 16 Juli 2019, sang ayah menderita semacam leukemia yang butuh transplantasi tulang sumsum. Lu berharap dapat menjadi donor.
Untuk menyumbang sumsum tulang, Lu harus berbobot 50 kilogram. Untuk mendapatkan bobot ini, dia makan tanpa henti.
Pada Maret 2019, bobot Lu baru mencapai 30 kilogram. Tapi, saat ini beratnya berkembang pesat menjadi 48 kilogram. Akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan, Lu menyebut tak bisa tidur.
" Kadang aku terlalu kenyang saat malam hari sehingga sulit tidur, tapi aku melakukan itu semua demi ayahku," kata Lu.
Keluarganya mengaku kesulitan membayar tagihan rumah sakit. Operasi transplantasi sumsum akan menelan biaya ratusan ribu yuan lebih.
Saat ini, keluarga Lu sedang menggalang donasi. Mereka menargetkan mendapat donasi sebesar 800 ribu yuan, atau setara Rp1,6 miliar. Sementara itu, donasi yang terkumpul baru mencapai Rp162 juta.
Dream - Sebagian ibu hamil pasti mengharapkan persalinan yang normal dan lancar. Sayang tidak semuanya bisa berjalan sesuai harapan.
Karenanya, operasi caesar menjadi jalan terakhir jika persalinan mengalami masalah dan berisiko. Kondisi medis ibu dan janin jadi pertimbangan utama saat dokter merekomendasikan operasi caesar.
Banyak sekali mitos yang beredar soal operasi ini yang sebenarnya salah. Dilansir dari India of Times, berikut ini 6 mitos yang tidak benar seputar operasi caesar dan ketahui faktanya.
1. Tidak bisa menyusui setelah operasi caesar
Apapun cara melahirkan bayi, tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menyusui. Menurut rekomendasi dokter, dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan setelah bayi lahir.
Hal ini sepenuhnya tergantung pada ibu, apakah ingin memberi ASI eksklusif atau menggunakan susu botol. Sebagian besar ibu yang baru pertama melahirkan mungkin merasa sedikit sulit untuk menyusui bayi pada awalnya. Mintalah bantuan perawat atau bidan saat menyusui bayi.
2. Tidak boleh menyentuh bayi
Ini hanyalah mitos. Justru sentuhan ibu kepada bayi setelah dilahirkan sangat diperlukan untuk menenangkan sang buah hati. Mitos ini mungkin berkembang karena ibu yang baru melahirkan biasanya mengalami kesulitan untuk menggendong bayinya.
Yang terpenting, saat menggendong, posisi ibu dan sang buah hati terasa nyaman. Selain itu, saat menggendong bayi, jauhkan dari bekas luka operasi karena mungkin masih basah.
3. Tidak bisa melahirkan normal lagi
Mitos bahwa setelah menjalani operasi caesar tidak bisa melahirkan secara normal lagi adalah salah. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, sekitar 60 hingga 80 persen wanita bisa melahirkan secara normal setelah menjalani bedah caesar.
4. Tidak merasakan apa-apa saat bedah caesar
Seperti di operasi besar lainnya, dokter pasti akan memberikan anestesi atau suntikan bius. Ini dilakukan agar pasien tidak terlalu mengalami kesakitan selama proses operasi berjalan.
Meski demikian, Anda masih bisa merasakan tarikan dan tekanan pada bagian perut selama proses melahirkan dengan operasi caesar. Banyak ibu hamil yang panik karena masalah ini, tetapi itu adalah kondisi yang normal.
5. Butuh waktu lama untuk pulih
Justru sebaliknya. Setelah operasi caesar, wanita disarankan untuk menggerakkan tubuh untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
Ya, memang benar bahwa Anda tidak dapat melakukan semua pekerjaan sendiri dan akan membutuhkan bantuan. Tetapi tentunya tidak akan disarankan untuk tetap di tempat tidur setiap saat.
6. Operasi caesar bebas masalah
Dokter akan selalu menyarankan ibu hamil untuk melahirkan secara normal. Melahirkan melalui operasi caesar hanya dilakukan jika ada komplikasi atau masalah pada ibu dan janin.
Karenanya, ibu hamil sebaiknya memilih jalur normal jika kondisi kandungan dan bayinya tidak mengalami masalah.
Sumber: India of Times
Dream - Penderita kanker tiap tahun terus meningkat secara drastis. Itulah data yang tercatat dalam sejumlah penelitian.
Pada 2014, kasus kanker diperkirakan meningkat 299 ribu dalam satu tahun. Lalu menurut data Globocan pada 2018, pasien kanker meningkat 348.809 dalam setahun. Angka-angka ini pun diperkirakan bakal meningkat menjadi jutaan seiring dengan berjalannya waktu.
Dari sekian jenis kanker, yang paling banyak diidap adalah kanker payudara, paru-paru, serviks, dan kolorektal. Untuk mencegah penyebaran sel kanker dan mempermudah penyembuhan, kamu perlu melakukan deteksi dini. Sayangnya, tidak semua kanker bisa dideteksi dini.
" Biasanya, jenis yang bisa dideteksi dini adalah yang perjalanannya cukup lama dan memang masalah kesehatan masyarakat (penderitanya banyak)," ujar dr. Ronald Hukom, Spesialis Penyakit Dalam di Hong Kong Cafe, Jakarta Pusat, Senin 15 Juli 2019.
Jenis kanker yang bisa dideteksi dini, yaitu kanker payudara, kolorektal, dan serviks. Hal ini terbukti memiliki manfaat bagi penderita.
" Kanker paru-paru juga penderitanya banyak tapi cara deteksinya belum sepenuhnya terbukti valid. Foto paru-paru secara berkala nggak cukup kuat untuk dijadikan cara mendeteksi dini," kata dr. Ronald.
Deteksi dini disarankan untuk dilakukan setahun sekali. Untuk deteksi kanker payudara tergantung usia, bisa diperiksa sendiri (SADARI), USG atau MRI.
" Kalau kolorektal diperiksa tinjanya ke laboratorium secara berkala. Kalau belum pernah periksa dan sudah mencapai 45 tahun, lakukan endoskopi," kata dr. Ronald.
Jika ada keluarga yang memiliki riwayat kanker, disarankan untuk melakukan pemeriksaan di usia lebih muda dan lebih sering. " Begitu juga dengan kanker serviks. Kalau mengalami aktivitas seksual di usia lebih muda, pemeriksaannya juga harus lebih dini," pesan dr. Ronald.
Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita kanker. Rupanya, harapan hidup penderita kanker di Indonesia rendah karena hanya 3,4 persen yang dideteksi pada stadium 1.
" Lalu harapan hidup sekitar 20,4 persen untuk pasien yang dideteksi pada stadium 2 dan 40,1 persen yang dideteksi pada stadium 3 serta 36,1 persen yang dideteksi pada stadium 4," ujar Abdul Hamid, Sekjen Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI).
Advertisement
Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti
Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget
Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000
Kemenkeu Siapkan Rp20 Triliun untuk Hapus Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
5 Komunitas Olahraga di Decathlon Summarecon Bekasi, Yuk Gabung!