Bukan Sahara, Gurun Terpanas Di Dunia Ternyata Di Daerah Ini, Suhu Bisa 70 Derajat (Shutterstock)
Dream - Gurun Sahara yang terletak di Afrika dikenal sebagai gurun terluas di dunia. Suhu di Sahara bisa mencapai 38 derajat Celcius pada siang hari di musim panas.
Meski sudah sangat panas di siang hari, ternyata Sahara bukan gurun terpanas di dunia. Ternyata, Gurun Lut di Iran memegang predikat sebagai gurun terpanas di dunia.
Gurun Lut dikenal dengan salinitas tertinggi di Iran bagian tenggara. Gurun tersebut memiliki luas 51.800 kilometer persegi dan panjang sekitar 480 kilometer serta lebar 320 kilometer.
Hal inilah yang membuatnya sebagai gurun terbesar ke-25 di dunia. Terletak di dua benua, yakni Asia dan Afrika, gurun ini juga dikenal sebagai Gurun Afrika-Asia.
Dikutip dari britannica.com, di atas awan gurun ini diselimuti oleh lava yang berwarna gelap. Menurut legenda yang beredar, lava gelap itu berasal dari gandum yang pernah terbakar.
Tingginya suhu membuat makhluk hidup pun enggan untuk tinggal, bahkan bakteri sekali pun.
Kaktus yang dikenal dapat bertahan di suhu panas pun tak mampu bertahan di Gurun Lut.
Suhu di Gurun Lut disebabkan oleh udara panas yang terperangkap di atas bukit pasir. Menurut Science Alert pada tahun 2005 suhu di Gurun Lut mencapai titik tertingginya, yaitu 70,7 derajat Celcius.
Panas matahari ini kemudian tersimpan di permukaan Gurun Lut. Hal tersebut didukung oleh warna tanah daerah tersebut.
Perubahan suhu ekstrem juga sering terjadi di Gurun Lut, misalnya ketika malam datang suhu di sekitar gurun berubah drastis.
Pada saat musim kemarau, suhu permukaan gurun yang panas di siang hari bisa menjadi dingin di malam hari.
Dream - Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri dari ribuan pulau. Dari semuanya, ada dua pulau besar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Di Pulau Kalimantan, Indonesia bertetangga dengan Malaysia. Sementara di Pulau Papua, daratan Indonesia berbatasan dengan Papua Nugini.
Papua sendiri adalah pulau dengan luas terbesar kedua setelah Pulau Greenland yang jadi wilayah Denmark. Luas Pulau Papua mencapai 785.753 km persegi.
Indonesia menguasai wilayah Pulau Papua di bagian barat. Sementara di bagian timur, merupakan wilayah negara Papua Nugini. Batas kedua negara ini berada tepat di tengah-tengah pulau.
Karena bentuk Pulau Papua mirip burung Cendrawasih, maka Indonesia menempati bagian kepala sampai badan. Sedangkan Papua Nugini menempati bagian badan sampai ekor pulau.
Kalau melihat petanya, garis perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini tersebut berbentuk garis lurus.
Namun jika dilihat lebih detail, garis lurus tersebut akan sedikit melengkung ke kiri saat mendekati bagian bawah.
Mungkin di antara kalian bertanya-tanya, kenapa ya garis perbatasan Indonesia dan Papua Nugini bisa melengkung di bagian tersebut? Padahal bisa saja garis perbatasan tersebut dibuat lurus saja tanpa perlu berbelok-belok.
Ternyata, ada kisah yang cukup menyeramkan di balik garis perbatasan Indonesia dan Papua Nugini yang bentuknya melengkung di bagian bawahnya itu.
Sebelum membahasnya, terlebih dahulu kita mundur ke abad 16 silam, ketika orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Pulau Papua.
Rata-rata orang Eropa datang hanya untuk berdagang. Mereka umumnya datang ke bagian kepala (sekarang Papua Barat) yang saat itu masih dikuasai oleh Kesultanan Ternate-Tidore.
Waktu kantor dagang Belanda VOC berkuasa, kekuasaannya juga sampai di Pulau Papua. Belanda baru mengklaim Pulau Papua sebagai tanah jajahannya sejak 24 Agustus 1828.
Untuk menguatkan pertahanan sekaligus simbol kekuasaannya, Belanda mendirikan benteng Fort Du Bus di Teluk Triton yang sekarang masuk Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Belanda kemudian menyatakan wilayah tersebut dengan nama Dutch New Guinea.
Selanjutnya pada tahun 1884, giliran Kekaisaran Jerman mengklaim bagian timur Pulau Papua. Kekaisaran Jerman menamakan daerah koloninya itu sebagai Deutsch New Guinea.
Tidak mau kalah dengan Belanda dan Jerman, Inggris juga mendeklarasikan kekuasaannya di pantai selatan Pulau Papua dengan nama British New Guinea empat tahun kemudian.
Mengenai garis perbatasan yang melengkung itu, semuanya terkait dengan keberadaan Inggris dan Belanda selama berabad-abad di Pulau Papua.
Menurut yang diceritakan kanal YouTube Mr Frestea, awalnya garis perbatasan itu memang lurus. Namun pada satu waktu, terjadi kasus mengerikan di bagian selatan atau area bawah jika dilihat di peta.
Kasus tersebut adalah praktik headhunting atau perburuan kepala oleh orang-orang suku pedalaman. Perburuan kepala manusia ini memakan banyak korban dari pihak Inggris.
Menurut teori sejarah, praktik tersebut dilakukan untuk mencari kekuatan jiwa. Suku pedalaman Papua menjadikan kepala buruannya sebagai simbol kekuatan dan biasa dipajang di pemukiman.
Praktik perburuan kepala ini tentu saja membuat resah pemerintah kolonial Inggris kala itu. Mereka kemudian merancang solusi agar tidak menjadi korban setiap kali berpatroli.
Inggris sebenarnya sempat melakukan pembasmian terhadap suku pedalaman tersebut pada 1893. Namun mereka kesulitan mengingat medan hutan yang sangat lebat dan keberadaan suku pedalaman yang sulit terdeteksi.
Selain itu, Inggris merasa tidak leluasa karena tak bisa melewati wilayah yang dikuasai Belanda. Akhirnya, Inggris mengajak Belanda untuk membuat kesepakatan ulang tentang perbatasan wilayah jajahan mereka.
Kedua bangsa Eropa itu sepakat perbatasan di bagian yang bermasalah akan dibuat melengkung ke kiri, menyesuaikan bentuk Sungai Fly. Meski kesepakatan itu membuat wilayah Belanda berkurang, namun Inggris memberikan kompensasi dengan menarik mundur garis perbatasan di bagian selatan.
Berkat kesepakatan itu, Inggris menjadi leluasa berpatroli dengan kapal menyusuri Sungai Fly tanpa harus melewati perbatasan Belanda. Dengan berpatroli di atas sungai, Inggris jadi lebih mudah melawan suku pemenggal kepala tersebut.
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik