Aurellia Qurrota Ain (Instagram @benyamindavine)
Dream - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan dugaan adanya kekerasan di balik meninggalnya calon pengibar bendera pusaka (Capaska) tingkat Kota Tangerang Selatan, Aurellia Qurratuaini, 16 tahun, pada Kamis 1 Agustus 2019.
" Kekerasan tidak diperkenankan juga meski dengan alasan untuk mendidik dan mendisiplinkan," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, dikutp dari Merdeka.com, Rabu 7 Agustus 2019.
KPAI menerima laporan bahwa Aurellia mengalami kekerasan saat menjalani latihan pada 9 hingga 31 Juli 2019. Kekerasan fisik, kata Retno, tidak berhubungan dengan ketahanan fisik.
" Jadi sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan dan bahkan dilatih ketahanan fisik dengan berlari membawa beban berat di punggungnya, apalagi anggota Paskibra tersebut semuanya masih usia anak," kata dia.
Aurellia Qurrota Ain (Instagram @benyamindavine)
Orang tua Aurellia memang tidak melaporkan kasus ini ke polisi. Tapi, polisi berinisiatif mendatangi mereka.
" Tidak hanya Polres Kota Tangsel, namun pihak Polda Metro Jaya juga mendatangi pihak keluarga, guna meminta keterangan dan bahkan pada kesempatan tersebut, pihak keluarga juga menyerahkan alat bukti berupa buku diary dan ponsel ananda AQA untuk proses pemeriksaan pihak kepolisian," ucap Retno.
Atas temuan ini, Retno mendesak Pemerintah Kota Tangerang membentuk tim investigasi. " KPAI mendukung proses hukum ditegakkan, namun yang tak kalah penting adalah sikap dan tindakan pemerintah Tangsel terhadap kasus ini," ujar dia.
Retno mengatakan bahwa KPAI akan bersurat kepada Wali Kota Tangsel untuk menggelar rapat koordinasi agar kematian Aurellia tidak terulang.
Berdasarkan penelusuran KPAI, Retno mengungkap catatan kekerasan yang dialami Aurel selama pelatihan. Berikut daftarnya,
1. Aurellia mengaku pernah ditampar seniornya saat menjalani pelatihan paskibra di kota Tangsel.
2. Aurellia mengaku pernah diperintahkan makan jeruk dengan kulitnya, saat mengikuti pelatihan paskibra di kota Tangsel, hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak.
3. Aurellia mengaku pernah diperintahkan melakukan push up dengan mengepal tangan saat dihukum akibat timnya melakukan kesalahan saat pelatihan, sehingga menimbulkan luka pada tangannya.
Sumber: Merdeka.com
4. Aurellia mengaku diminta mengisi buku diary setiap hari, ditulis tangan, dijadikan PR yang harus dikumpulkan setiap pagi, harus ditulis berlembar-lembar.
5. Aurellia mengaku ada 4 temannya yang tidak mengumpulkan buku diary, kemudian berimbas pada perobekan buku diary satu tim Aurellia, lalu diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan, hal ini sempat dikeluhkan Aurellia karena dia sangat kelelahan menulis kembali diary yang disobek oleh seniornya tersebut.
6. Aurellia mengaku diperintah berlari keliling lapangan dengan membawa tas ransel berat yang berisi 3 kilogram pasir, 3 liter air mineral dan 600 mililiter teh manis.
Dream - Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kota Tangerang Selatan, Aurel Qurrota Ain, meninggal dunia, Kamis 1 Agustus 2019. Aurel sudah berlatih sejak 9 Juli 2019.
Rencananya, pelajar SMN Al Azhar BSD itu bertugas sebagai pembawa baki bendera saat upacara HUT ke-74 RI di Lapangan Cilenggang, Tangerang Selatan.
" Keterangan orangtuanya, almarhumah pada subuh hari kejadian dari rumah sudah siap menuju lokasi pelatihan Paskibraka di Lapangan Cilenggang. Saat di rumah, Aurel terjatuh," kata Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kota Tangsel, Warta Wijaya, saat dikonfirmasi merdeka.com, Jumat 2 Agustus 2019.
" Selanjutnya kami dapat informasi dari teman sekolahnya bahwa Aurel sudah meninggal," tambah Warta.
Menurut Warta, sebelum meninggal dunia, Aurel rutin berlatih. Siswi kelas XI jurusan MIPA itu selalu bersemangat mengikuti latihan.
" Dia salah satu anak yang paling bersemangat dan terbaik dalam menjalani latihan. Makanya almarhumah sebelumnya kita plot untuk pembawa baki bendera," kata dia.
Kabar meninggalnya Aurel ramai dibicarakan karena dugaan penganiayaan. Tapi, Warta menegaskan kabar itu tidak benar. " Dapat kami pastikan bahwa informasi tersebut hoaks," ucap dia.
Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, mengaku sedih dengan kepergian salah satu tim paskibraka. " Saya sangat berduka, saya bisa merasakan kesedihan ibunya. Sebagai orangtua juga saya sangat bersedih. Saya enggak sanggup menahan air mata," kata Benyamin.
Benyamin memastikan tak ada aksi kekerasan dan tindakan berlebih saat berlatih Paskibra, hingga menyebabkan Almarhumah meninggal dunia.
" Kami tidak menduga itu, tidak ada dugaan kesana. Karena orang tuanya, terutama Ayah cukup tabah, ibundanya memang saya lihat sangat terpukul tapi mudah-mudahan semoga bisa cepat kembali pulih menerima ini," katanya.
Benyamin yakin Aurel merupakan sosok pelajar baik dan meninggal dalam keadaan baik.
" Kita melihat sosok almarhumah meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, kita lihat sakaratul mautnya dimudahkan, meninggal gampang. Tidak ada kita berprasangka ke sana (kekerasan)," ucap dia.
Benyamin berharap kepada rekan-rekan Aurel baik itu rekan sekolah maupun rekan anggota Paskibraka Tangsel untuk mendoakan Aurel.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik